Nakita.id - Moms and Dads, ini cara menumbuhkan kepercayaan diri anak yang memiliki gangguan pendengaran. Yaitu, pembelajaran terstruktur dan manajemen kecemasan.
Kepercayaan diri atau self esteem berkomunikasi pada anak-anak dengan gangguan dengar sangat penting. Jika anak percaya diri untuk berkomunikasi, dapat bersosialisasi lebih baik.
Selain itu, membuat anak memperbaiki kualitas hidup di masa depan.
BACA JUGA: Agar Anak Sukses, Begini Cara Tumbuhkan Self-Esteem Sejak Dini
Self esteem adalah pandangan pribadi mengenai dirinya sendiri dalam pikiran dan perilaku. Ini tampak dari cara anak berkomunikasi dan keberaniannya berinteraksi dengan orang lain. Yang ujungnya adalah peningkatan kualitas hidup dan kemandirian.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, perlu kerja sama antara tiga pihak, yaitu: orangtua, pendidik profesional (terapis/sekolah/praktisi), dan pekerja medis.
Ini seperti ditampilkan pada gambar berikut:
BACA JUGA: Terapi Okupasi, Asah Sensorik dan Motorik Anak Berkebutuhan Khusus
Orthopedagog, Ignatius Dharta Ranu Wijaya, menjelaskannya dalam pertemuan dengan komunitas Parent Education Kasoem Bandung, akhir Maret 2018 lalu.
Lingkaran itu sesungguhnya ingin menunjukkan peran yang saling beririsan antara profesi/kompetensi dengan area perkembangan anak.
Tiga lingkaran tersebut adalah: Pertama adalah fisik yang ditangani secara medis. Oleh dokter dan audilogis pada kasus hearing impairment.
Kedua, kognitif yaitu meningkatkan kemampuan akademis. Ini menjadi peran guru/terapis AVT (Auditory Verbal therapy).
Dan, lingkaran ketiga adalah sosial-emosi. Ini merupakan peran yang paling vital dari orangtua khususnya dalam membangun kepercayaan diri pada anak berkebutuhan khusus.
BACA JUGA: Tak Mau Si Kecil Jadi Minder? Jangan Lakukan 5 Hal Ini Agar Ia Pede
Salah satu yang diingatkan Dosen di Universitas Kristen Maranatha Bandung ini kepada orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus adalah, “Jangan pernah lelah untuk mendukung buah hatinya” dalam menggapai cita-citanya dan juga untuk memupuk kepercayaan diri buah hati untuk menghadapi dunia luar.”
Melalui tiga pihak yang saling bekerja sama tersebut, maka anak dapat mulai melakukan pembelajaran terstruktur dan manajemen kecemasan.
Pembelajaran Terstruktur
Pembelajaran terstruktur menggunakan empat pembelajaran.
Pembelajaran pertama, struktur fisik. Yaitu mengatur tata lingkungan fisik kita. Yaitu menolong anak dapat membedakan dengan jelas area-area. Misalnya, ruang makan, bermain, dan belajar. Struktur fisik ini menolong anak berfokus pada konsep dan bukan detail.
Pembelajaran ke-2 adalah jadwal harian yang menggunakan tulisan dan gambar. Jadwal harian secara visual memberitahukan kepada anak agar mudah memahami aktivitas apa yang akan dilakukan, dan dalam area yang mana.
Pembelajaran ke-3 adalah sistem kerja individual. Sistem kerja individual merupakan rutinitas yang menjawab empat pertanyaan pada anak, yaitu: aktivitas apa, seberapa banyak, aktivitas yang dilakukan, konsep hasil kerja, dan selanjutnya apa?
Jenis-jenis sistem kerja individual adalah sistem tertulis, mencocokkan: warna, bentuk, huruf atau nomor , dan menyusun kotak dari kiri ke kanan.
BACA JUGA: Perkembangan Kognitif Normal Anak Usia 1 Tahun, Catat Moms!
Pembelajaran ke-4, struktur visual. Pembelajaran visual berprinsip pada petunjuk dan arahan visual daripada verbal untuk memberikan informasi dan menjelaskan harapan yang diinginkan. Misalnya, dengan memberikan tugas singkat, menggunakan rekaman visual, atau peer note taker.
Manajemen Kecemasan
Selain Pembelajaran terstruktur, manajemen kecemasan membantu anak meningkatkan kemampuan adaptif dan ekspektasi sosial. Manajemen kecemasan dimulai dengan mengenali pencetus kecemasan dan mencari strategi pencegahannya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan problem solving dan alternatif kegiatan. Misalnya, olahraga dan seni.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Bayu Probo |
Editor | : | Bayu Probo |
KOMENTAR