Nakita.id - Anak kecil tentu sering menangis meskipun penyebabnya tentu beraneka macam.
Sebagai orangtua, kita perlu mengetahui penyebab anak kita menangis dan bagaimana cara mengatasi untuk mendapatkan solusinya:
1. Rasa sedih
Contoh, anak sedih karena merasa tidak ditemani atau ditinggalkan orangtua, sedih karena mainannya rusak, dan sebagainya.
Untuk solusinya, yaitu bila sedihnya karena tidak ditemani, orangtua bisa mencari sosok pengganti seperti teman anak, pengasuh, dan sosok lain untuk menemaninya bermain.
Bila ingin meninggalkan anak dalam waktu singkat seperti pergi ke kamar mandi, katakan, orangtua hanya pergi sebentar dan akan kembali lagi menemani anak.
Awalnya mungkin anak akan menangis, tapi lama-lama ia akan terbiasa sehingga tak menangis lagi.
Ketika mainannya rusak, bujuk anak untuk mencoba memperbaikinya bila kerusakannya ringan atau menggantinya bila rusaknya parah.
Orangtua juga dapat mencari cara untuk memulihkan rasa sedih tadi dengan berbagai kegiatan lain seperti bercerita, menggambar, mendengarkan musik, bernyanyi, dan lain-lain.
2. Takut
Penyebab anak menangis bisa jadi karena takut diperiksa atau disuntik oleh dokter, takut badut, gelap, binatang, dan lain-lain.
Untuk cara mengatasi penyebab anak menangis saat anak takut ke dokter, mula-mula orangtua dapat memberikan empati dan pengertian agar anak bisa memahami apa yang terjadi.
Misal, menjelaskan bahwa proses disuntik itu memang agak sakit, namun tubuh si kecil dapat kembali sehat dan bisa terhindar dari penyakit.
Ajak juga anak bermain dokter-dokteran agar anak tidak lagi takut saat diperiksa dokter.
Ketika anak takut melihat badut yang besar dan aneh, jelaskan, tak perlu takut pada badut karena dia juga manusia, hanya pakaian dan wajahnya yang dirias sedemikian rupa.
Ajak si kecil untuk bersalaman dengan badut, sehingga ia pun tak menangis lagi kalau di suatu hari bertemu atau melihat badut lagi.
3. Sakit
Anak meringis, menjerit, dan menangis kala ia merasakan sakit pada anggota tubuhnya, entah karena terjatuh, terjepit, terbentur, digigit serangga, dan lainnya yang menyebabkan anak memar, lecet, benjol, dan lainnya.
Baca Juga: Pakai 3 Bahan Alami Ini Luka Dijamin Cepat Kering, Anak yang Baru Saja Jatuh Tak Akan Menangis Lagi
Bila ini penyebabnya, selain menangis kesakitan, anak juga akan memegang area anggota badan yang sakit tersebut.
Di usia 2—3 tahun, anak sudah bisa mengatakan, bagian mana yang sakit.
Selain itu, ketika sakit seperti demam, anak merasakan tak nyaman, sehingga diekspresikan dengan sedikit-sedikit menangis/rewel.
Anak yang tadinya lincah, eskpresif, mau mengeksplorasi apa saja, kini terkulai lemas, tak ceria, rewel, dan bahkan menjadi manja.
Untuk solusinya, saat anak cedera ringan, berikan perhatian dengan cara mengelus-elus kepala, mengusap-usap tubuh, memeluk, mencium, dan mendekap agar ia merasa nyaman.
Bisa juga dengan “meniup-niup” bagian yang cedera atau luka lecet sehingga terasa nyaman.
Saat anak cedera berat atau jatuh sakit, segera berikan pertolongan dan periksakan ke dokter.
Bersabarlah menghadapi sikap anak yang berubah jadi cengeng, rewel, bahkan manja.
Toh ketika ia sudah pulih dan sehat, ia kembali ceria dan aktif.
Baca Juga: Trik untuk Dads Bisa Berperan Sama Menenangkan Bayi yang Terus Menangis, Coba Lakukan Cara Mudah Ini
Berikan penghiburan sebagai “penawar” rasa sakitnya.
Caranya, ceritakan suatu kisah yang gembira, lucu atau menarik minatnya.
Dengan begitu, pikirannya tdak terkonsentrasi pada rasa sakit yang dialaminya.
Anak pun tak merasa bosan dan suasana hatinya senang walaupun sedang dalam kondisi sakit.
Cara mengatasi anak menangis karena penyebab ini bisa juga mengajaknya bermain sambil rebahan di atas tempat tidurnya, bermain yang ringan-ringan saja, misalnya mobil-mobilan atau membawa bonekanya.
4. Mencari perhatian
Sifat egosentrisnya membuat ia ingin menjadi pusat perhatian.
Dengan menangis, ia berharap semua orang memerhatikannya.
Apalagi jika ibu-ayahnya seharian bekerja, maka begitu libur, mulailah ia mencari perhatian dengan sebentar-sebentar merengek atau menangis.
Baca Juga: Bukan Karena Cengeng, Anak Sering Menangis Penyebabnya Bisa Karena Kelelahan Hingga Stres
Plus jadi terkesan manja, entah itu pengin digendong, disuapi, tak mau bersama pengasuh, ingin diajak bermain seharian penuh, dan sebagainya.
Solusinya adalah meski orangtua sibuk bekerja, berikan perhatian yang cukup kepada anak.
Bila ada waktu, sebelum berangkat ke kantor, orangtua dapat bermain dulu dengan anak.
Saat di kantor pun, orangtua sesekali dapat menelepon anak dan menanyakan kabarnya.
Kemudian pulang kantor, jika anak belum tidur, temanilah ia tidur malam sambil didongengi.
Namun ingat, orangtua tetap harus konsisten, kemandirian dan kedisiplinan anak harus tetap dibentuk.
Kalau makan ya tetap makan sendiri, tidak kemudian disuapi, akan tetapi tentunya didampingi karena bermain pun bukan berarti seharian penuh tapi ada waktunya istirahat, misal tidur siang.
Nah, kalau orangtua konsisten dengan aturan yang ditetapkan, niscaya si batita takkan terlalu “menuntut”.
Lain halnya bila orangtua selalu memenuhi, maka anak bisa menjadi pribadi yang senang menjadikan tangisan sebagai senjata, utamanya bila keinginannya tidak dikabulkan.
5. Keinginan tak terpenuhi
Sering kali anak memaksakan kehendaknya.
Ketika jalan-jalan melewati toko mainan, ia menunjuk mainan tertentu yang sebenarnya sudah dimiliki.
Ketika keinginannya itu tak terpenuhi, ia pun menangis dan tangisannya ini bisa berlangsung lama, sambil berteriak bahkan berguling-guling di lantai, mengentakkan kaki serta melemparkan barang atau sesuatu di sekitarnya.
Ini dibuatnya agar orangtua “menyerah” dan mengabulkan permintaannya.
Ini adalah tangisan “pura-pura” disebabkan alasan yang tidak tepat seperti keinginannya tak dipenuhi.
Kalau orangtua merasa tak tega, lalu mengabulkan keinginan anak, maka anak akan berpikir bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus dengan cara menangis dulu.
Apabila hal ini dipedulikan, justru akan membentuk sikap negatif pada anak.
Anak jadi mau menang sendiri, tidak bisa menghargai orang lain/benda, memaksa, memberontak, dan sebagainya.
Dengan kata lain, anak tumbuh menjadi pribadi egois.
Orangtua harus kembali konsisten dan memberi penjelasan kenapa anak tidak dibelikan mainan.
Contoh, harga mainan tersebut mahal dan uang yang ada hanya untuk membeli keperluan lebih penting seperti membeli lauk atau sayuran. Jelaskan alasan yang bisa dipahaminya.
Dengan begitu anak juga akan belajar bahwa tak semua kemauannya dapat terpenuhi, apalagi dengan segera atau saat itu juga.
Setelah anak tenang, jelaskan bahwa ayah dan ibu menyayanginya.
Jadi sekali lagi, dalam hal ini perlu arahan orangtua untuk bersikap konsisten dalam menerapkan aturan.
Perlu diketahui, anak yang dididik secara permisif atau selalu memperoleh apa pun keinginannya, cenderung lebih mudah menangis dibandingkan anak yang dididik dengan pola asuh demokratis.
Demikianlah 5 penyebab anak menangis dan cara mengatasi yang bisa dilakukan orangtua untuk menanganinya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Stop Katakan Anak 'Cengeng' karena Terus Merengek, Ini Cara Jitu Mengatasinya
KOMENTAR