Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%.
Prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%).
Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%.
Banyaknya angka penderita hipertensi ini kemudian menyedot dana BPJS Kesehatan yang cukup besar.
Menurut data BPJS Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun pada 2015, dan Rp. 4,2 triliun pada 2016.
BACA JUGA: Adakah Perbedaan Kualitas ASI Saat Berpuasa? Ini Penjelasannya
Untuk itu, pemerintah melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Melalui program ini pemerintah berharap agar masyarakat dapat hidup dengan kualitas lebih baik.
Mengingat pencegahan Hipertensi sebenarnya dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti merokok, diet tidak sehat, kurang konsumsi sayur dan buah, dan mengonsumsi garam berlebih.
Selain itu, bertepatan dengan Hari Hipertensi Sedunia yang kebetulan jatuh di awal bulan Ramadan ini pemerintah mengimbau agar melakukan deteksi dini hipertensi secara teratur.
Misalnya dengan melakukan cek tekanan darah setiap tahun agar hipertensi dapat diketahui dan ditangani lebih dini.
BACA JUGA: Deretan Home Remedies Untuk Hilangkan Bekas Luka Cacar Pada Anak
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | kemenkes.go.id |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR