Nakita.id - Batuk rejan (pertusis) adalah infeksi pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis (atau B. pertussis).
Hal ini terutama mempengaruhi bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yang belum dilindungi oleh imunisasi, dan anak-anak berusia 11 hingga 18 tahun yang imunitasnya sudah mulai memudar.
BACA JUGA: Sering Diabaikan, Ternyata 3 Kondisi Rambut Ini Jadi Pertanda Masalah Kesehatan
Batuk rejan dapat dikenali dari rentetan batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop).
Seseorang bisa menderita batuk rejan hingga tiga bulan lamanya, sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk seratus hari”.
Batuk ini bisa menjadi berbahaya sebab bisa membuat penderitanya kekurangan oksigen dalam darahnya.
BACA JUGA: Kenali Tanda Awal Autisme Pada Bayi yang Sering Diabaikan
Komplikasi lainnya, misalnya pneumonia (radang paru).
Pada beberapa kasus, tulang rusuk bisa terluka akibat batuk yang amat keras ini, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Perlu dicatat, batuk rejan ini dapat menular dengan cepat, sehingga perlu vaksin pertusis untuk mencegahnya.
Biasanya B. pertussis akan menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita batuk atau bersin.
Atau dari tetesan kecil cairan dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi.
Ini bisa menjadi udara ketika orang bersin, batuk, atau tertawa.
BACA JUGA: Selain untuk Kecantikan, Ini Manfaat Jika Minum Air Rebusan Beras
Orang lain kemudian dapat terinfeksi dengan menghirup tetesan atau mendapatkan tetesan di tangan mereka dan kemudian menyentuh mulut atau hidung mereka.
Bagaimana tanda dan gejala lainnya?
Gejala pertama batuk rejan mirip dengan gejala flu biasa seperti:
BACA JUGA: Saat Makan Bareng Ratu Elizabeth II, Ini Aturan yang Wajib Dipatuhi
- Hidung berair
- Bersin-bersin
- Batuk ringan
- Demam derajat rendah
BACA JUGA: Tanda Bayi Alami Sembelit Alias Konstipasi, Jangan Diabaikan!
Setelah sekitar 10-12 hari, bisa meningkat menjadi serangan batuk terus-menerus tanpa sempat menarik napas sehingga wajah penderitanya menjadi merah kebiruan.
Kadang-kadang bayi dapat terlihat seolah-olah mereka terengah-engah dengan wajah memerah dan mungkin benar-benar berhenti bernapas (ini disebut apnea) selama beberapa detik selama batuk yang amat keras.
Orang dewasa dan remaja mungkin memiliki gejala yang lebih ringan atau berbeda, seperti batuk berkepanjangan atau batuk tanpa jeritan.
BACA JUGA: Sering Diabaikan, Ternyata 3 Kondisi Rambut Ini Jadi Pertanda Masalah Kesehatan
Menurut situs kesehatan Mayo Clinic, kematian terkait batuk rejan jarang terjadi, tetapi kasusnya paling banyak ditemukan pada bayi dan balita.
Untuk itu, Moms perlu memastikan bila Si Kecil sudah melakukan imunisasi atau vaksin sejak dini.
BACA JUGA: Wah, Ini Manfaat Royal Jelly Bagi Kesehatan Kulit Terutama Saat Puasa!
Salah satu yang paling efektif untuk pencegahan penyakit tersebut adalah melalui pemberian vaksin DPT.
Vaksin untuk mencegah infeksi bakteri Bordetella pertusis, penyebab batuk rejan, ternyata sudah ada sejak era 70-an.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Mayo Clinic,kids health |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR