Nakita.id – Fase inisiatif tergolong tahapan kritis dalam perkembangan anak.
Pada tahap ini, seorang anak bisa jadi bakal tergerak melakukan beragam keinginan. Semuanya ingin dicoba.
Bahkan ada kemungkinan ide-ide yang muncul bersifat fantasi. Misalnya, ingin membentuk rambut eyangnya seperti sirip stegosaurus (salah satu jenis dinosaurus).
"Eyang, rambutnya dibuat model baru ya...," ucap Kika santai sambil menggunting rambut eyangnya.
Sang eyang yang tidak menyadari ulah cucunya hanya mengiyakan, karena perhatiannya terpusat ke majalah yang tengah dibaca.
Namun, betapa kagetnya sang eyang saat mengelus rambutnya dan menyadari panjang rambutnya tidak sama lagi. Pada satu sisi ada yang panjang dan sebagian yang lainnya pendek.
BACA JUGA: Begitu Dekat dengan Anak Sambungnya, Ungggahan Zaskia Adya Mecca Buat Warganet Menangis
Bila ada di antara putra atau putri Anda yang berulah seperti itu, sebaiknya jangan kaget.
Umumnya anak usia 3 sampai 5 tahun memang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Inilah wujud dari fase inisiatif yang merupakan salah satu fase krisis perkembangan psikososial anak usia prasekolah.
Percobaan yang dilakukan mungkin saja terjadi pada berbagai hal karena mereka sedang mengembangkan inisiatifnya.
Salah satunya melakukan eksperimen dengan rambut.
Wujud eksperimennya beragam; mengikat rambut dengan aneka alat ikat, jepit, bando, bandana, atau hiasan rambut lainnya.
Meningkat dari situ adalah munculnya keinginan memotong sendiri rambutnya. Bahkan bisa jadi memotong rambut orang lain.
BACA JUGA: Tragis! Perempuan Hamil Lompat dari Apartemen Setelah Pergoki Suami Hamili Ibu Kandungnya
Menghadapi perilaku seperti itu, orang tua hendaknya dapat bersikap lebih bijaksana. Hindari sikap langsung melarang anak jika ia melakukan sesuatu di luar kebiasaan.
Namun bila kegiatan yang akan dilakukan dapat membahayakan dirinya atau merugikan orang lain, orang tua berhak memperingati atau melarang.
"Sebaiknya tak hanya melarang, tapi sampaikan pula alasan-alasan yang masuk akal. Atau, sedikitnya alasan yang dilontarkan dapat diterima anak," anjur Rosdiana S. Tarigan, M.Psi., MHPEd, kala diwawancara Nakita.
BACA JUGA: Mulai 1 Juli Supermarket di Kota Ini Dilarang Gunakan Kantong Plastik!
Bila si prasekolah mencoba memotong rambutnya atau rambut orang lain, jangan langsung dimarahi atau khawatir.
Hal itu normal, menurut Rosdiana, sebab pada tahapan inilah terletak fondasi untuk menjadikan anak sebagai manusia kreatif.
Bila orang tua memarahi anak, bisa jadi malah timbul perasaan bersalah yang kelak dapat berbuntut tumbuhnya perasaan selalu ragu.
BACA JUGA: Wah! Peneliti Ungkap Sel Kekebalan Tubuh Baru dalam Kandungan ASI
Keragu-raguan itu terlihat saat anak akan mengerjakan sesuatu. Misalnya, saat anak ingin mencoba menyisir dan menjepit rambutnya sendiri. Bisa jadi anak merasa tidak mampu melakukan itu karena dalam hatinya mungkin timbul perasaan, jangan-jangan hasilnya jelek dan tidak diizinkan orang tuanya.
Bisa juga, saat diminta mengerjakan sesuatu, anak akan langsung menjawab, "Enggak bisa," tanpa ada keinginan untuk berusaha terlebih dahulu. Keraguan semacam ini bisa terjadi dalam segala hal.
Bila anak telah berhasil melalui tahapan inisiatif dengan sukses, menurut Diana, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu menentukan sendiri tujuannya.
Anak menjadi tidak terganggu dengan perasaan bersalah. Apakah mereka mau menjadi seperti ayah atau ibunya.
Ia juga tidak akan mengalami banyak kegelisahan karena merasa tidak dimengerti.
Tak hanya itu, anak pun bakal menjadi manusia yang berani mengemukakan pikiran-pikirannya dan mampu mengambil keputusan sendiri saat terjebak dalam sebuah permasalahan.
BACA JUGA: Manfaat Probiotik Bagi Ibu Hamil
Perihal tahapan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun), Diana menjelaskan dengan mengacu pada pendapat Erik Erikson yang mengembangkan teori perkembangan psikososial.
Erik menyatakan ada 8 tahapan perkembangan yang dilalui dalam kehidupan manusia.
1.Tahapan trust (kepercayaan) vs mistrust (ketidakpercayaan)
Tahap pengembangan rasa percaya diri terjadi pada usia 0 sampai 1 tahun.
2.Tahap autonomy (kemandirian) vs shame (rasa malu)
Tahapan yang bakal mengembangkan kepercayaan diri seseorang terjadi pada usia 2 3 tahun.
3.Tahap inisiatif vs guilt (rasa bersalah)
Pada tahap ini manusia mengalami pengembangan inisiatif atau ide, misalnya ingin menggunting rambut eyang, termasuk melakukan hal-hal yang berbau fantasi atau mustahil dilakukan. Tahap ini terjadi pada usia 4 sampai 5 tahun.
BACA JUGA: Berlibur ke Italia, Warganet Salah Fokus pada Hidung Roy Kiyoshi yang Lancip, Oplas?
Perkembangan lain yang harus tercipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin.
Namun, anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tapi juga perlakuan orang-orang di sekelilingnya kepada mereka.
Fase ini menjadi penting karena umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminnya.
Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu dan tidak begitu senang pada ayah. Sebaliknya, anak perempuan lebih sayang pada ayah.
4.Tahap industry (rajin) vs inferiority (rendah diri)
Memasuki tahap ini, manusia sudah termotivasi untuk berprestasi. Tahap ini terjadi pada usia 6 11 tahun.
BACA JUGA: Istrinya Cantik Tapi Pria Ini Selingkuh dengan Orang Tak Terduga! Kenali Ciri-cirinya, Moms!
5.Tahap ego-identity (identitas diri) vs role confusion (kekacauan peran)
Tahap ini akan menggejolak di usia 12 sampai 18 atau 20 tahun. Pada tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya.
6. Tahap intimacy (keintiman) vs isolation (pengasingan)
Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain. Masa ini terjadi pada usia 18 atau 19 sampai 30 tahun.
7.Tahap generativity (perluasan) vs stagnation (stagnasi)
Tahap ini ditandai dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa.
8.Tahap usia lanjut
Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.
BACA JUGA: Kisah Pilu Uyaina Arshad, Puteri Muslimah Asia 2018 Pernah Coba Bunuh Diri!
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR