Nakita.id - Tak ada satupun pasangan suami istri yang ingin bercerai. Namun, belakangan ini nampaknya banyak kasus perceraian terjadi di Indonesia.
Faktanya, perceraian seolah menjadi tren yang angkanya terus meningkat. Diperkirakan sekitar 15-20% perceraian terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Tak jarang, pihak istri (wanita) yang menggugat cerai suaminya.
Mungkin selama ini, banyak orang tak mengira jika perempuan akhirnya akan sampai hati menggugat cerai sang suami.
BACA JUGA: Setelah Resmi Bercerai, Ibnu Jamil Justru Deg-degan Karena Hal Ini
Namun, semua keputusan ini tentu diambil bukan tanpa alasan dan pertimbangan yang matang.
Apa sebenarnya penyebab perempuan menceraikan pasangannya?
Sebuah situs kencan khusus perempuan yang telah bercerai, Next Love membuat survei untuk mengetahui apakah penyebab terbesar dari guugatan cerai yang dilayangkan istri untuk suaminya.
Survei ini diikuti oleh 43.000 perempuan yang telah bercerai.
Apabila kebanyakan orang berpikir perceraian terjadi karena adanya perselingkuhan, dilansir dari dailymail hasil survei ini justru mengungkap fakta sebaliknya.
Tujuan hidup yang berbeda
Faktanya bukan orang ketiga yang menjadi peringkat pertama perceraian, namun perempuan yang merasa bahwa tujuan hidupnya tak lagi sejalan dengan suaminya.
Ini biasanya terjadi karena ada banyak konflik dalam rumah tangga, bahkan untuk urusan yang sederhana.
Perselingkuhan
Saat perselingkuhan dilakukan oleh satu pihak, nyaris mustahil untuk mempertahankan bahtera rumah tangga.
Meskipun pada akhirnya pasangan tetap bersama, maka rasa tidak percaya akan terus menghantui selamanya dan tak sama seperti semula.
BACA JUGA: Begini Dampak yang Dirasakan Anak Jika Mendapati Orangtua Berselingkuh
Pertengkaran terus menerus
Selalu ribut dan bertengkar setiap hari tentu menguras tenaga dan perasaan, terlebih bagi istri.
Pertengkaran yang tak kunjung selesai biasanya juga membuat kondisi psikologis perempuan menjadi lebih buruk.
Kurangnya keintiman
Perempuan kadang juga ingin melakukan aktivitas intim dengan pasangannya lebih lama, sementara suami mungkin terlalu sibuk bekerja.
Tak bisa dipungkiri, nafkah batin masih menjadi salah satu kebutuhan terbesar bagi pasangan suami istri.
Kesehatan mental
Faktor ini bisa berasal dari dua pihak, baik istri yang mengalami mental yang tidak stabil maupun suami.
Hidup dengan pasangan yang memiliki masalah kesehatan mental tentunya bisa menjadi tantangan tersendiri.
Kesalahan
Mungkin ada beberapa kesalahan dari berbagai segi yang membuat istri begitu marah pada suami.
Misalnya saja perilaku atau kebiasaan yang dinilai salah, dan suami gagal memperbaikinya.
BACA JUGA: Para Suami, Perhatikan! Ini Deretan Kebiasaan yang Bikin Moms Jengkel
Kebosanan
Cukup banyak perempuan yang mengatakan hubungan mereka membosankan.
Ini bisa terjadi karena kurangnya keinginan untuk mencoba hal-hal baru bersama pasangan, atau pasangan terlalu sibuk dengan rutinitas harian masing-masing dan tak ada waktu bersama.
Jika tak diatasi dengan baik, hal ini bahkan bisa berujung pada perpisahan.
Kekerasan dalam rumah tangga
Salah satu faktor perceraian yang cukup besar juga adanya KDRT yang dilakukan oleh suami pada istrinya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh the National Violence Against Women, setiap tahunnya sebanyak 3,2 juta pria dan 1,9 juta wanita melaporkan, mereka mengalami kekerasan fisik dalam rumah tangga.
Selain itu, data statistik yang ditunjukkan oleh National Society for the Prevention of Cruelty to Children, sebanyak 1 dari 14 anak (1 dalam 15 menurut Koalisi Nasional Melawan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) merupakan korban kekerasan fisik.
Melihat dari data yang ada, kebanyakan korban yang mengalami kekerasan dalam pernikahan adalah perempuan dan anak-anak.
Kekerasan yang dilakukan suami selain menimbulkan bekas luka fisik, juga melukai hati dan perasaan perempuan.
Tak mengherankan, perempuan yang pernah mengalami KDRT segera ingin bercerai demi keamanan dan tentunya mencari kebahagiaan sepenuhnya.
Dengan deretan alasan diatas, memang hubungan rumah tangga bukan merupakan hal yang mudah.
Penting untuk pasangan benar-benar bisa menyamakan tujuan dan menerima perbedaan satu sama lain demi rumah tangga yang langgeng dan bahagia.
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR