Nakita.id - Saat bayi sudah siap mengonsumsi makanan selain ASI, biasanya para Moms memberikan makanan pendamping ASI (MPASI).
Berbagai bahan yang sering dijadikan MPASI ini biasanya adalah sayur dan buah-buahan.
Namun, memberikan MPASI pada bayi yang sebenarnya belum siap menerima malah akan memberikan dampak negatif.
BACA JUGA:MPASI Anak Gurih, Ini Cara Membuat Penyedap Rasa Alami Ala Tantri Namirah
Hal tersebut terjadi pada bayi asal Bali, Andika Pradana Putra yang masih berusia 5 bulan.
Ia harus tergolek lemah di rumah sakit dan menjalani serangkaian operasi pada bagian organ ususnya.
Andika sendiri merupakan putra dari pasangan suami istri asal Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, I Nengah Simpen dan Ni Luh Wayan Sri Astuti.
Melalui penuturan I Nengah, dokter mendiagnosis putranya ini mengalami gangguan ususnya, lebih parah lagi usus kecil Andika terlipat dan masuk ke usus besar, sehingga menyumbat aliran pencernaanya.
"Iya, kata dokter usus kecil anak saya itu masuk ke usus besar, sehingga terlilit dan akhirnya terluka. Terakhir, kondisi usus anak saya sudah membusuk dan harus dipotong," ujar I Nengah pada Tribunnews.com.
Kondisi yang dialami Andika ini biasa disebut dengan intususepsi.
Sakitnya Andika sendiri bermula, saat bayi 5 bulan tersebut muntah terus menerus yang juga diriingi dengan buang air besar disertai darah.
Gejala tersebut yang kemudian membuat keadaan Andika memburuk karena mengalami dehidrasi parah.
"Saat itu belum tahu penyebabnya kayak gimana. Tapi, kata dokter tadi, gara-gara makan pisang. Kata dokter, perut bayi masih belum siap untuk makan pisang saat itu," tambahnya.
Melihat berbagai gejala yang di Alami Andika, I Nengah dan istrinya segera membawa putra mereka ke rumah sakit.
Meskipun sudah dirujuk, namun keadaan Andika tak kunjung membaik, bahkan pada Jumat (13/7) ia mengalami usus robek.
BACA JUGA:5 Menu MPASI Rumahan yang Mudah dan Baik Untuk Perkembangan Otak Bayi
Hingga dengan sergap, tim medis RSUD Karangasem langsung merujuk sang bayi untuk menjalani operasi di RSUP Sanglah Denpasar sesegera mungkin.
"Kemarin malam (Jumat, red) kami langsung diantar menuju ke sini dan masuk di Ruang PICU. Untung saja, tim dokter di RS tadi pagi langsung melakukan operasi pada anak saya. Usus yang dipotong sepanjang 15 cm. Sudah selesai, sekarang masih ditempatkan di PICU," imbuhnya.
Setelah mengalami operasi, Andika masih menjalani proses pemulihan hingga tanggal 21 Juli 2018 nanti.
I Nengah sendiri hanya berkerja sebagai buruh bangunan dan tani dengan penghasilan Rp700-800 ribu, sehingga pembiayaan putranya ini akan dibantu oleh pemerintah Karangasem.
"Itu pun gak pasti. Penghasilan segitu sehari-hari cuma cukup buat makan saja. Untunglah, kita dibantu oleh pemerintah Karangasem," katanya lagi.
Belajar dari kejadian Andika, nyatanya kita harus tahu benar kapan bayi sudah siap mendapatkan MPASI.
Usia dimulainya pemberian MPASI umumnya di usia 6 bulan / 180 hari.
Sesuai standar emas makanan bayi, yaitu ASI untuk bayi usia 0-6 bulan dan dilanjutkan standar emas makanan bayi yang kedua yaitu berikan MPASI saat usia bayi 6 bulan atau lebih, ASI tetap lanjut terus hingga 2 tahun atau lebih.
Mengapa di usia 6 bulan? Sebab di usia ini ASI saja tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan bayi.
Oleh karena itu, bahaya menunda MPASI yang ditekankan oleh WHO adalah : bayi rentan menderita ADB (Anemia Defisiensi Besi) dan juga kekurangan energi, pertumbuhan terhambat.
Namun umur bukan menjadi pastokan satu-satunya, Moms juga harus memperhatikan tanda-tanda perkembangan Si Kecil, seperi sudah dapat menegakkan kepala, sudah dapat duduk di kursi makan bayi, sudah mau membuka mulut lebar.
BACA JUGA:Ini Dia Rahasia Nutrisi MPASI. Tak Banyak Moms yang Tahu. Save Ya Moms
Perhatikan juga apakah Si Kecil tertarik terhadap makanan yang kita makan, dan perubahan pola makan, dan tidurnya.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR