Nakita.id - Seiring perkembangan teknologi yang kian canggih, operasi tidak lagi menjadi pilihan utama untuk menyembuhkan suatu penyakit.
Misalnya saja skoliosis, kelainan tulang belakang abnormal yang dialami 4-5% orang di Indonesia.
Tak hanya faktor genetik, skoliosis juga disebabkan oleh kebiasaan buruk yang kerap dilakukan sehari-hari.
Misalnya, duduk dan berdiri dengan posisi tidak tepat atau duduk menyilangkan kaki yang lumrah dilakukan kaum perempuan.
Kini, pasien skoliosis dapat memperbaiki kualitas hidup tanpa rasa sakit yaitu dengan menggunakan brace atau penopang tubuh.
"Kami memang tidak menganjurkan operasi ya, apalagi jika kurva atau derajat lengkungan tulangnya belum terlalu besar misalnya diatas 20' itu masih mudah untuk dikoreksi," ungkap Labana Simanihuruk, B.Sc selaku Brace & Rehab Clinician pada Nakita.id, Selasa (17/7).
BACA JUGA: Tanpa Operasi Plastik, Wajah Kencang dan Awet Muda Pakai Alat Ini
Namun, untuk kondisi tertentu Labana menganjurkan untuk menemui dokter bedah misalnya jika kurva tulang sudah melewati 60' atau pasien yang mengalami cedera tulang belakang akibat kecelakaan.
Selain itu, umur juga menjadi faktor pertimbangan untuk pasien yang memutuskan memilih terapi ini.
"Karena fase usia kita tentu memiliki target koreksi yang berbeda, tak ada batasan umur untuk memakai brace tetapi yang kita tekankan adalah tujuannya.
Misalnya untuk pasien yang sudah diatas 60 tahun, itu bukan korektif kurva lagi yang menjadi fokus kita tetapi quality of life hingga masa mendatang", jelas Labana.
Biasanya, pasien akan melewati rangkaian tahapan untuk menentukan jenis brace yang tepat agar hasil yang dicapai juga optimal.
"Utamanya pasien akan bertemu dengan dokter misalkan ortho spine atau rehab medik, untuk memastikan tidak ada faktor pathological yaitu tidak ada gangguan secara organ ke tubuh.
Setelah melewati semua proses (X-Ray, MRI jika diperlukan) baru akan menjalani rehabilitasi skoliosis, per sesi biasanya berlangsung 1 jam 15 menit", tuturnya.
BACA JUGA: Komentar Krisdayanti di Instagram Aurel Tuai Banyak Komentar, Kenapa?
Labana menambahkan, pasien nantinya juga akan dianjurkan untuk bertemu psikolog terlebih dulu untuk memastikan kesiapan pasien.
Lalu, bagaimana untuk pasien ibu hamil dan ibu menyusui?
"Untuk ibu hamil tentu enggak bisa ya, paling kita akan sokong dengan belly support bergantung dengan kondisi kehamilannya bagaimana.
Kalau ibu menyusui enggak masalah justru akan sekaligus pain relief, jadi semakin percaya diri mengenakan brace ini", jelasnya.
Namun, ibu hamil bukan berarti mustahil untuk sembuh dari skoliosis tetapi sebaiknya menunggu hingga melahirkan jika ingin memilih terapi dengan brace.
Labana menuturkan, ibu yang melahirkan normal dapat segera berkonsultasi dengan dokter jika ingin mengenakan brace.
Berbeda dengan ibu yang melahirkan dengan operasi sesar, dianjurkan untuk menunggu hingga luka operasi sudah sepenuhnya kering.
"Jadi aman untuk ibu hamil enggak ada masalah, tidak ada efek samping apapun," pungkas Labana.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR