Dan memang biasanya komentar tersebut mengacu pada isu yang sesitif, seperti fisik atau penampilan.
"Contoh ya, eh kok gemukan ya sekarang?
Atau pertanyaan yang sering muncul juga tuh, kapan kawin?
Untuk yang belum menikah kok anaknya baru dua sih enggak mau nambah lagi? Itu bikin stres kan jadinya," ujar Vera.
Vera menambahkan, kadar kepercayaan diri disinyalir juga menjadi penyebab lain mengapa perempuan cenderung lebih vulgar saat memberikan komentar pada sesamanya.
BACA JUGA: Konsumsi Bawang Merah Mentah Setiap Hari, Lihat Manfaatnya Untuk Tubuh
"Korban penjajahan ya, meskipun Indonesia kerap didefinisikan sebagai bangsa yang bahagia tetapi bangsa kita memiliki self-esteem yang rendah.
Dampaknya ya itu, jadi bitter.
Seseorang melampiaskan apa yang enggak ada dalam kehidupannya dengan cara berkomentar, enggak senang lihat orang lain happy", sambungnya.
Untuk itu, penting untuk kita memilah topik apa yang sebaiknya dilontarkan baik dalam media sosial maupun bertemu seseorang di lingkungan sosial.
"Kuncinya adalah: pahami bahwa komunikasi yang terjadi itu semata basa-basi, bukan level emosional. J
angan dimasukin sampai hati, bahasa sekarang jangan baper (terbawa perasaan) lah," tutup Vera.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR