Nakita.id - Adakah di antara Moms yang pernah mengalami sulit buang air besat atau BAB? Jika iya, mulai saat ini Moms harus lebih waspadainya.
Umumnya, manusia akan buang air besar satu kali setiap hari guna membuang tumpukan "sampah" dalam perut.
Apabila Moms tidak buang air besar setiap hari atau maksimal dalam jangka waktu tiga hari, Moms tentu akan merasakan tidak nyaman dan tidak enak badan
Asal tahu saja, Tidak BAB selama tiga hari atau lebih sudah dapat dikatakan Moms menderita konstipasi.
Karena setelah tiga hari, struktur tinja menjadi lebih keras dan sulit untuk dikeluarkan.
BACA JUGA: Melaney Ricardo Sampaikan Pesan Haru untuk Denada
Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, perut terasa penuh dan begah.
Jika sudah konstipasi berisiko terjadinya penyakit berbahaya dalam tubuh.
Risiko paling buruk dari sulit buang air besar apalagi jika berlangsung lama dan terus-menerus adalah memicu bangkitnya sel kanker usus besar.
Menurut Yulia Baltschun seorang vlogger yang sering membahas mengenai gaya hidup sehat seperti fitness dan diet, ada beberapa faktor yang menyebabkan BAB menjadi tidak lancar.
BACA JUGA: Berat Badan Ideal & Berenergi, Konsumsi 8 Makanan Super Ini Setelah Melahirkan
Ternyata penyebabnya itu adalah sesuatu hal yang selama ini jarang kita sadari kalau kita sering melakukannya.
BACA JUGA: Gempa Lombok Utara Terasa Hingga ke Bali, Nana Mirdad: Ini Gempa Terbesar di Bali!
Menurut Yulia dalam video di akun youtubenya, setidaknya terdapat dua faktor penyebab BAB tidak lancar, yaitu cara mengunyah makanan dan pola diet yang tidak benar.
Mengunyah adalah penyebab pertama sulit BAB yang sering disepelekan, pada dalam proses mengunyah terdapat enzim yang bekerja untuk proses pencernaan yang lebih baik.
"Jadi kunyah secara perlahan jangan asal main telah saja, karena bayangin kalian makan protein yang super tebal seperti daging ayam, telur, segala macam ditelan bulat-bulat jadi berat ke lambung, lambung akan bekerja lebih berat," ujar Yulia dalam sebuah video youtube miliknya.
Apabila Moms mengunyah makanan terlalu cepat, maka lambung belum siap untuk menerima makanan, alhasil dalam melakukan pencernaan pun akan lambat.
BACA JUGA: Cerita Mytha Lestari dan Barry Maheswara di Balik Pemberian Nama untuk Buah Hatinya
"Kalau makanan dikunyah secara benar maka makanan akan masuk ke lambung pada ukuran Ph asam lambung yang sudah siap mencerna apapun makanan, otomatis pas masuk jadi lebih cepat prosesnya. Kalau kalian main telan saja, perut akan kaget dan belum siap," jelas Yulia.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari laman healtline.com, yang mana apabila mengonsumsi makanan yang masih berbentuk besar alias tidak dikunyah dengan benar dapat meningkatkan risiko sembelit.
Dengan demikian akan memperlambat pencernaan, apalagi jika makan yang Moms makan adalah gorengan dan makanan cepat saji.
Kemudian penyebab kedua dari sulit BAB adalah pola diet yang salah dan tidak seimbang dalam mengonsumsi zat gizi.
BACA JUGA: Haru, Ustaz Solmed dan Istri yang Harus Rela Melepas Kepergian Anaknya
Hal itu membuat enzim-enzim yang ada di lambung menjadi kaget ketika menerima makanan yang berubah secara tiba-tiba.
BACA JUGA: Dijuluki 'Hot Mama' Hingga Disebut Mirip Selena Gomez, Begini Penampilan Rachel Vennya
Yulia menambahkan, diet ekstrim yang dapat menyebabkan sulitnya BAB contohnya yaitu diet keto, diet atkins, dan diet lainnya yang tidak mengonsumsi karbohidrat sama sekali.
Begitu yang dijelaskan dalam laman health24.com, apabila Moms melakukan diet yang tidak seimbang seperti tinggi protein tapi rendah karbohidrat, maka efek sampingnya adalah sambelit.
Melakukan diet atkins, diet tim noakes, atau diet tinggi protein, memungkinkan mengalami sembelit, baik kronis maupun tidak.
BACA JUGA: Segera Malahirkan, Happy Salma Rayakan Baby Shower di Bali, Ungkapkan Jenis Kelamin Bayinya
Maka dari itu, Yulia menyarankan apabila Moms merasa ada masalah dalam BAB, alangkah lebih baik untuk mengevaluasi pola diet yang dijalankan, apakah balance atau tidak.
Source | : | youtube,health24.com,healtline.com |
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR