Nakita.id - Tak hanya kuliner yang lezat dan pemandangan yang menawan, kedisiplinan dan keteraturan masyarakat Jepang sepertinya sudah tak perlu lagi diragukan.
Budaya disiplin ternyata juga mereka bawa saat sedang berada di tempat lain.
Seperti belum lama ini, aksi suporter Jepang memunguti puntung rokok yang dibuang sembarangan di area Stadion Gelora Bung Karno menjadi viral dan dibanjiri pujian.
Diunggah pada 19 Agustus 2018, aksi ini tak pelak membuat masyarakat Indonesia merasa malu dan 'tertampar' dengan aksi suporter Negeri Matahari Terbit ini.
Rupanya bukan pertama kali, suporter Jepang pernah melakukan hal serupa pada ajang Piala Dunia 2018 di Rusia Juni lalu.
Tak hanya banjir pujian, aksi itu bahkan menjadi contoh suporter negara lain.
BACA JUGA: Sukses Jadi Beauty Vlogger Terkenal, Siapa Sangka Tasya Farasya Pernah Lakukan Hal Ini
Tak ada yang menduga, di Jepang hal ini nyatanya sudah diterapkan sejak pendidikan awal atau tingkat Taman Kanak-Kanak.
Terbukti, mereka harus mempersiapkan diri sebelum masuk sekolah agar menjadi generasi yang berhasil.
Mungutin puntung rokok yang berserakan di bawah pohon, dan membuangnya ke tempat sampah..
— . (@motikatrok) August 19, 2018
Mereka ini tamu dari negeri tetangga...
Apa kita ga malu ya?
Sumber: https://t.co/D09agU7GUV pic.twitter.com/LpB5dmc3Ry
Di Jepang, terdapat dua macam pendidikan prasekolah yang biasanya diikuti sebelum memasuki Sekolah Dasar yaitu hoikuen/child care, serta youchien/kindergarten.
Pendidikan prasekolah bukan kewajiban, namun lebih dari 95% anak-anak usia 3-6 tahun di Jepang mengikutinya.
Kalaupun tidak mengikutinya, anak-anak di Jepang akan mengikuti beragam kegiatan untuk anak-anak yang diselenggarakan pemerintah lokal, organisasi nirlaba, kominkan community center atau taman bermain.
Pendaftaran murid baru di youchien berlangsung sekitar Oktober, tapi sejak beberapa bulan sebelumnya calon murid baru sudah dapat mengikuti semacam trial (hiokoko) di youchien.
BACA JUGA: Viral Siswi Bikin Surat Izin Untuk Bolos Sekolah, Alasannya Bikin Haru
Masa percobaan itu diadakan sebulan sekali dan berlangsung sekitar satu jam, biasanya dimulai di awal tahun pelajaran yaitu bulan April.
Berbeda dengan kegiatan anak kelompok bermain umumnya, di Jepang ada kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak.
Bukan membaca, menulis dan berhitung, namun kegiatan ini terbilang unik sekaligus inspiratif.
Biasanya, anak-anak akan dijemput menggunakan "bus mom" atau petugas yang akan mengatur dan menjaga anak-anak yang biasanya ibu-ibu.
Di sekolah anak-anak akan disambut oleh Principal dan para guru dengan salam dan kalimat penyemangat seperti “Gambatte ne..” atau lakukanlah segala upaya yang terbaik.
Bel masuk sekolah berbunyi pukul 08.30, dan sekolah di Jepang tidak memperkenankan orangtua untuk menunggu atau masuk ke kelas tanpa seizin pihak sekolah.
Sekolah akan mengadakan acara makan bersama setiap hari, kecuali hari Rabu.
Disini, murid youchien biasanya membawa bekal makan siang atau bento lengkap dengan alat-alat makan seperti hashi (sumpit), serbet, dan alas makan.
Ada juga kegiatan berkebun, dimana anak-anak akan menanam padi sendiri.
BACA JUGA: Inspirasi Kebun Sayur Ini Bisa Bikin Ibu Rumah Tangga Bahagia, Coba Yu
Selain padi, anak akan belajar menanam kentang, ubi, daikon (lobak), tamanegi (bawang bombay), tomat, strawberi dan berbagai jenis bunga secara mandiri.
Nantinya, tanaman padi akan dipanen pada musim gugur dan anak juga akan memanen beragam jenis tanaman jika sudah tiba waktunya masa panen.
Tak ketinggalan, kegiatan lain yang juga dilakukan anak-anak di Jepang yaitu membersihkan kelas bersama.
Rupanya tak hanya guru dan petugas kebersihan, sejak dini murid Taman Kanak-kanak di Jepang sudah diajarkan untuk ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan kelas dan lingkungannya.
BACA JUGA: Ungkapan Perasaan Tamara Bleszynski Usai Hadiri Pernikahan Pengasuh anaknya Buat Warganet Terharu
Caranya yaitu dengan membersihkan kelas bersama-sama guru setiap pulang sekolah.
Di sini murid sudah dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Mereka akan diperkenalkan pada jenis sampah yang ada, dan nantinya sampah akan dikelompokkan sesuai jenisnya di tempat sampah yang berbeda.
Dari sinilah mereka belajar menjaga kebersihkan dan displin dalam membuang sampah.
Bahkan ketika anak-anak tersebut lulus bangku TK, mereka akan menangis sambil mengucapkan selamat tinggal pada taman kanak-kanak, taman yang telah berhasil membuat mereka merasa nyaman dan aman berada di dalamnya.
Taman Kanak-kanak juga menjadi fase murid di Jepang menjadi seseorang yang disiplin dan peduli akan kebersihan lingkungan hingga tumbuh dewasa.
BACA JUGA: Meskipun Jessica Iskandar Janda Satu Anak, Richard Kyle: Aku Happy!
Selain disiplin, pendidikan di Jepang juga sudah menuntun anak-anak untuk menjadi sosok yang mandiri bahkan sejak mereka masih usia dini.
Salah satunya ialah, anak-anak di Jepang sudah harus bisa melepas sepatunya sendiri dan menaruhnya dengan teratur di rak sepatu.
Dengan sistem pendidikan demikian, tak mengherankan jika warga Jepang memiliki kedisiplinan yang tinggi dimana pun mereka berada. (*)
Source | : | Intisari,soranews24.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR