Nakita.id - Makan malam lebih awal dan sarapan terlambat bisa membantu mengurangi lemak tubuh, menurut sebuah penelitian baru.
Hasil dari studi percontohan ini baru-baru ini diterbitkan dalam Journal of Nutritional Sciences, menemukan hasil cukup signifikan dari perubahan sederhana pada waktu makan.
BACA JUGA: Booster Kalsium Untuk Si Kecil, Mudah Didapat dari Sayuran ini
Tim melakukan penelitian selama periode sepuluh minggu, dan membagi peserta menjadi dua kelompok.
Sementara satu kelompok mengikuti jadwal makan mereka yang biasa, kelompok lain diinstruksikan untuk menunda sarapan mereka selama 90 menit dan makan makan malam mereka 90 menit lebih awal.
Ini disebut seabagai bentuk puasa intermiten, atau dikenal dengan pemberian makan waktu yang terbatas.
BACA JUGA: Trik Sulapnya Gagal, Aksi Kirana Anak Retno Hening Malah Bikin Ngakak
Mereka tidak diminta untuk melakukan diet, dan meminta mereka untuk menekankan waktu makan mereka.
Rata-rata, mereka yang mengubah waktu makannya akan kehilangan dua kali lebih banyak lemak tubuh, dibandingkan mereka yang tidak membuat perubahan dalam waktu makan.
BACA JUGA: Resmi Berhijab, Penampilan Baru Asri Welas Tuai Pujian Warganet!
"Ini sangat menggembirakan," kata peneliti utama Dr. Jonathan Johnston, pembaca dalam kronobiologi dan fisiologi integratif di Universitas Surrey.
"Orang masih bisa, sampai taraf tertentu, makan makanan yang mereka inginkan tetapi jika mereka hanya mengubah waktu di mana mereka makan maka itu dapat memiliki manfaat jangka panjang."
Namun ia menambahkan, cara ini tidak bisa dijadikan senjata ajaib untuk menurunkan berat badan.
BACA JUGA: Catat, Berbagai Kondisi Hidung Gambarkan Kesehatan Seseorang
Karena pilihan makan masih bisa memengaruhi penurunan berat badan.
Untuk memahami mengapa lemak tubuh berkurang pesat, ada spekulasi bahwa menghubah waktu makan lebih jauh dari waktu tidur, dapat membantu tubuh meningkatkan cara metabolisme makanan.
Ada juga fakta bahwa "periode cepat" kami lebih panjang karena batasan waktu.
Setelah uji coba, tim peneliti memutuskan untuk mencari tahu seberapa mudah atau sulitnya mengikuti makan dengan waktu yang terbatas.
Di antara peserta, 57% melaporkan timing akan sulit untuk mengikuti di luar masa studi karena alasan yang berkaitan dengan keluarga dan kehidupan sosial mereka.
BACA JUGA: Resmi Berhijab, Penampilan Baru Asri Welas Tuai Pujian Warganet!
Tetapi 43% dari peserta mengatakan mereka akan mempertimbangkan mengikuti pola ini jika waktu makan lebih fleksibel.
"[Seperti] kita telah melihat dengan para peserta ini, diet puasa sulit untuk diikuti dan mungkin tidak selalu kompatibel dengan keluarga dan kehidupan sosial," Dr. Johnston mencatat.
"Oleh karena itu kami perlu memastikan mereka fleksibel dan kondusif untuk kehidupan nyata, karena manfaat potensial dari diet seperti itu jelas terlihat."
BACA JUGA: Tak Perlu Vitamin, Ini Menu Makanan Agar Berat Badan Si Kecil Naik!
Mengingat bahwa penelitian ini kecil, temuan ini masih perlu direplikasi dengan kelompok peserta yang lebih besar dan lebih beragam.
Tim sudah memiliki rencana untuk merancang studi yang lebih komprehensif dalam waktu dekat. (*)
Source | : | Medical Daily |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR