Bahaya tersebut sangat memiliki potensial karena sebagian dari mereka yang benar-benar ‘terpaksa’ akan merasa bahwa seluruh hidupnya berakhir bila hidup bersama pasangan yang tak diinginkan.
Semua jalan hidupnya mau tak mau harus berdampingan dengan ‘keterpaksaan’ terus-menerus.
Bila pemikiran tersebut terus berjalan, pastinya rumah tangga akan makin hancur.
Tetapi sebenarnya keadaan tersebut masih bisa diubah.
Menyerahkan segala masa depannya dengan penuh kebahagiaan dan memberikan yang terbaik bagi pasangan seolah menjadi ‘obat’ bagi rumah tangga para pasangan yang berjalan dengan ‘keterpaksaan’.
Kenyataannya, rumah tangga Shezy Idris memang tak lagi bisa dipertahankan.
Terlebih, Shezy selama ini sudah berusaha dan bahkan makin berusaha mempertahankan setelah ia memiliki dua anak dari sang suami, namun usahanya seolah tak terlihat dan tak mengubah suaminya menjadi pasangan yang mau berkompromi dan memperbaiki pernikahan.
Jauh sebelum Shezy berusaha memperbaiki rumah tangganya yang bisa dibilang cukup hancur, Shezy menikah dengan suaminya, Krishna Adhyata Pratama sejak 2011.
Sejak 7 tahun menikah, Shezy memilih tinggal bersama kedua orangtuanya.
Keputusannya sekarang seolah menjadi firasat tepat karena proses perceraian sedikit dimudahkan dengan tidak adanya perebutan harta gono-gini yang sedianya selalu membuat proses perceraian makin berbelit-belit.
Tetapi selama 7 tahun tinggal bersama kedua orangtuanya, “Mama sama Papa aku juga nggak tau aku sering cekcok”.
Ungkapannya seakan membuat suasana hatinya makin hancur.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Time,theguardian.com,psychology today,nakita.id,Bussines Insider |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR