Nakita.id - Sebagian orangtua pasti pernah mengucapkan larangan seperti 'Jangan bermain dengan makananmu!' atau 'Jangan mengunyah dengan mulut terbuka'.
Tetapi Moms perlu berpikir dua kali jika Si Kecil termasuk yang peaky eaters alias pilih-pilih makanan.
Membiarkan Si Kecil menggunakan semua indra mereka untuk menjelajahi makanan baru, akan memberi mereka pengalaman makanan yang positif.
Sehingga mendorong mereka untuk mencicipi makanan yang dianggap aneh oleh Si Kecil.
Baca Juga : 5 Cara Mudah dan Menyenangkan Untuk Mengajarkan Si Kecil Bicara
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Public Health Nutrition, peneliti dari Finlandia mendeskripsikan program-program "sensory-based food education" alias pendidikan makan berbasis sensori, yang umum di pra sekolah.
Kegiatan itu seperti menyiapkan salad, menanam sayuran di kebun, melakukan kunjungan lapangan untuk memetik buah, dan berpartisipasi dalam "sesi sensori" di mana anak-anak menyentuh, mendengarkan, mencicipi, dan mencium berbagai jenis makanan — kemudian berbagi pengamatan satu sama lain.
Baca Juga : 6 Tanda Pasangan Jalani Pernikahan Tanpa Cinta, Frekuensi Hubungan Intim Jadi Salah Satu Acuan!
Mereka menemukan bahwa anak-anak prasekolah yang berpartisipasi dalam pendidikan makanan ini memilih lebih banyak buah dan sayuran, dibandingkan dengan mereka yang tidak menerimanya.
Para peneliti mengatakan pendidikan berbasis sensorik ini membantu anak-anak mengeksplorasi makanan dengan kelima indra dan menanamkan kegembiraan saat makan.
Mereka juga mencatat bahwa temuan itu tetap benar, meskipun ada tingkat peaky eaters yang tinggi dalam kelompok itu.
Masuk akal, kata Melanie Potock, penulis "Adventures in Veggieland".
Baca Juga : Anniversary ke-16 Tahun, Mona Ratuliu Ungkap Alasan Menikah di Usia 20
"Cara terbaik untuk membantu anak-anak merasa nyaman mencoba makanan baru adalah melalui permainan makanan, sehingga anak-anak dapat menjelajahi semua sifat indera makanan dan menjadi lebih nyaman dengan bagaimana rasanya akan terasa di mulut mereka," katanya.
"Itu berarti belajar dengan semua indera, bukan hanya penglihatan."
Lagi pula, katanya, anak-anak belajar mata pelajaran seperti matematika dan bahasa melalui berbagai cara — dengan eksperimen, aktivitas langsung, dan manipulatif — tidak hanya melalui input visual. Belajar tentang makanan tidak berbeda.
Baca Juga : Fakta Seputar Seksualitas Pada Perempuan yang Jarang Diketahui
Jadi bagaimana Anda bisa memberi anak Anda pendidikan makanan semacam ini di rumah? Sebagai permulaan, biarkan anak-anak membantu menyiapkan makanan, kata Potock.
Mereka akan belajar bagaimana berbagai jenis makanan, merasakan, melihat, dan mencium, dan apa yang mereka rasakan ketika dipotong atau dimasak.
Menghias atau mengkreasikan makanan adalah cara lain yang menyenangkan untuk mengajari Si Kecil tentang makanan. (Dan kegiatan dapat digunakan untuk camilan juga!)
Berikut ini satu cara mengkreasikan makanan menurut Potock:
- Potong karton susu yang sudah dibilas dan dikeringkan menjadi setengahnya, simpan bagian atasnya dengan cerat dan buang bagian bawahnya.
Baca Juga : Jangan Sembarangan, Perhatikan 5 Hal Ini Saat Berbelanja di Supermarket Jepang
- Mintalah Si Kecil mencuci dan mengeringkan seikat batang asparagus, melapisi bagian luar karton dengan krim keju, dan membangun pondok kayu dari bahan asparagus.
- Sertakan beberapa batang wortel, blueberry untuk batu bulat, atau irisan tipis lobak mentah untuk ubin atap.
- Simpan di kulkas dan sajikan sebagai camilan sore.
Baca Juga : Tak Terduga! 6 Hal Ini yang Dirasakan Tubuh Saat Moms Tertawa Lepas
"Ketika anak-anak terlibat dalam permainan makanan indra, sungguh menakjubkan betapa seringnya mereka menggigit sayuran baru," katanya.
Tapi yang paling penting, kata Potock, bersenang-senanglah dengan itu.
"Belajar menjadi seorang pemakan petualang melibatkan salah satu indera paling penting dari semua, dan itu adalah rasa humor kita.
Banyak tawa adalah unsur penting untuk setiap resep makanan."
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | Parents |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR