Nakita.id – Baru-baru ini, warga Indonesia berduka karena terjadinya gempa bumi di beberapa wilayah Sulawesi Tengah.
Gempa bumi yang terjadi pada Jumat (28/9/2018) melanda Kota Palu, Donggala, dan beberapa wilayah lain.
Gempa berkekuatan 7,7 skala richter tersebut sempat membuat Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami.
Baca Juga : Warga Selamat Ungkap Detik-detik Perumnas Balaroa Amblas Hingga 20 Meter
Namun, beberapa waktu kemudian pihak BMKG mencabut peringatan tsunami tersebut.
Sayangnya, pada pukul 17.00 waktu Indonesia Bagian Tengah, terjadi tsunami di wilayah pesisir Kota Palu.
Kota Palu menjadi salah satu tempat terparah karena selain mengalami efek gempa bumi yang kencang juga terkena efek tsunami.
Wilayah pesisir Kota palu dilanda tsunami dengan ketinggian gelombang 1,5 sampai 4 meter.
Rumah-rumah warga, fasilitas publik, jalanan, hingga jembatan yang menjadi kebanggaan warga Kota Palu roboh.
Bandara Kota Palu yang menjadi jantung lalu lintas ke lintas provinsi pun lumpuh karena banyak bagian bandara yang rusak.
Dikabarkan sebanyak 832 orang meninggal dunia karena gempa dan tsunami Palu.
Baca Juga : Potret Haru Pasha Ungu Gotong Jenazah Korban Gempa Palu Hingga Angkat Galon Untuk Kebutuhan Pengungsi
Kemungkinan jumlah korban meninggal masih terus bertambah karena hingga saat ini para petugas penyelamat masih melakukan pencarian dan evakuasi korban.
Korban meninggal dunia diakibatkan tertimpa bangunan serta ada yang terseret karena diterjang tsunami.
Dan empat kali Gempa bumi mengguncang wilayah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (2/10/2018) pagi.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Waingapu, Sumba Timur, Arief Tyastama, mengatakan, gempa bumi pertama terjadi pada pukul 07.12 Wita.
Mitologi berbagai Negara mengenai gempa
Moms, gempa merupakan salah satu bencana yang dianggap membahayakan.
Beberapa Negara memiliki mitologi yang dipercaya turun temurun seputar gempa.
Penasaran mitologi apa saja yang ada? Berikut ulasannya:
1.Jepang
Menurut kepercayaan orang Jepang pada zaman dahulu, gempa disebabkan oleh ulah Namazu.
Namazu sendiri merupakan seekor lele raksasa yang tinggal di dalam bumi.
Ikan lele raksasa konon suka bergurau dan hanya bisa dijaga oleh seorang dewa yang bernama Dewa Kashima.
Dewa Kashima inilah yang dipercaya orang-orang Jepang zaman dulu melindungi masyarakat dari bencana gempa bumi.
Dewa Kashima selalu meletakkan batu pusaka di kepala Namazu alias ikan lele raksasa.
Selama batu pusaka ada di atas kepala Namazu, maka bumi akan aman dari guncangan gempa.
Namun, apabila penjagaan Dewa Kashima kendor, maka Namuzu akan memberontak dan menyebabkan guncangan besar di bumi.
Baca Juga : Foto dan Video Warga Jarah Mal di Palu, Ambil Barang Branded Hingga Elektronik!
Ternyata, awal mula masyarakat Jepang zaman dahulu menduga lele merupakan penyebab gempa karena saat terjadi gempa, lele yang ada di kolam ataupun sungai akan berloncatan.
Setelah diteliti, ditemukan fakta bahwa sebenarnya ikan lele meloncat-loncat saat terjadi gempa karena memiliki alasan tersendiri.
Ternyata, ikan lele memiliki suatu senor pada tubuhnya yang bisa memprediksi akan terjadinya gempa.
Sehingga, sebelum gempa terjadi, ikan lele akan berloncatan berusaha untuk melarikan diri.
2.Tiongkok
Masyarakat Tiongkok zaman dahulu percaya bahwa bumi diangkat oleh katak raksasa.
Ketika katak raksasa mengangkat bumi yang berat, sesekali katak tersebut akan jatuh terjerembab.
Saat katak jatuh terjerembab, maka masyarakat Tiongkok kuno percaya terjadi gempa bumi.
Dikutip dari bbc.com, ternyata katak juga merupakan salah satu hewan yang bisa memprediksi gempa.
Pada tahun 2009, katak-katak di L'Aquila, Italia menghilang dari kolam-kolam setempat sejak tiga hari sebelum gempa besar terjadi.
Baca Juga : Tasya Kamila Dikabarkan Hamil Pasca 2 Bulan Menikah, Ini Rahasia Cepat Hamil Menurut Pakar
Para peneliti -dalam laporan yang diterbitkan di Jurnal Internasional untuk Penelitian Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat- mengatakan katak bisa memprediksi adanya gempa bumi karena batu-batu di kerak Bumi mengeluarkan partikel bermuatan sebelum gempa dan hal ini mempengaruhi air.
Katak diduga bisa memprediksi adanya pergeseran lempeng tektonik yang akan terjadi.
Hewan amfibi tersebut menghilang dari tempat tinggalnya untuk mencari perlindungan dan menyelamatkan diri dari ancaman gempa.
3.Yunani
Masyarakat Yunani zaman dahulu memiliki kepercayaannya tersendiri mengenai gempa bumi.
Menurut masyarakat Yunani kuno, gempa bumi disebabkan oleh ulah Dewa Poseidon.
Dewa Poseidon digambarkan sebagai pria berotot dan berjanggut yang selalu membawa trisula yang kuat.
Dalam mitologi Yunani, Poseidon merupakan salah satu dewa terkuat.
Dewa Poseidon tinggal di dalam laut dan selalu membawa trisula (tombak berjari tiga).
Ketika suasana hati Dewa Poseidon sedang tidak baik atau dalam keadaan badmood, maka ia akan cenderung melampiaskan amarahnya dengan menggetarkan bumi.
Dewa Poseidon akan menancapkan trisulanya ke bumi, maka pada saat itu gempa bumi terjadi.
Tingkah laku Dewa Poseidon yang sulit ditebak ini membuatnya mendapat julukan sebagai ‘Earth Shaker’.
4. India
Menurut kepercayaan masyarakat India kuno, Bumi ada di atas delapan gajah besar.
Kedelapan gajah ini tugasnya menjaga dan menahan Bumi.
Namun, saat salah satu gajah menggerakkan kepalanya, Bumi pun akan dilanda gempa.
5. Pasifik
Ada beberapa pulau kecil di sekitar Samudra Pasifik, dimana masyarakat di sana memiliki mitos tersendiri seputar gempa.
Menurut mereka, gempa disebabkan oleh pertarungan antara paus dan burung raksasa.
Burung raksasa tersebut bernama thunderbird.
Moms, dikutip dari Kompas.com, peneliti kini sedang mengembangkan prediksi gempa melalui agen biologi, yaitu berupa hewan.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Ciri Wanita yang Berisiko Terkena Kanker Ovarium
Ikan paus dan beberapa jenis ikan lain akan cenderung bisa merasakan saat akan terjadi gempa bumi.
Paus contohnya, ia memiliki karakteristik khas yaitu bisa mendengarkan suara dengan gelombang ultrasonic.
Ikan paus dan yang lainnya akan cenderung berbondong-bondong pindah ketika merasakan tempat tinggalnya akan diguncang gempa.
Sementara burung juga bisa merasakan akan terjadinya gempa.
Beberapa hari sebelum gempa, biasanya burung-burung akan merasa gelisah.
Setelah itu, ia akan berkoloni untuk meninggalkan tempat tinggal mereka atau biasa disebut transmigrasi besar-besaran.
6.Peru
Menurut kepercayaan orang Peru, gempa adalah tanda dewa sedang turun ke Bumi.
Dewa yang turun ke Bumi biasanya akan menghitung jumlah manusia yang ada di bumi.
Karena kepercayaan ini, masyarakat Peru akan keluar rumah saat gempa kemudian berteriak, “Saya di sini!”
Konon, dengan meneriakan, “Saya di sini!” proses menghitung manusia jadi lebih cepat.
Dewa bisa kembali ke tempatnya dan gempa pun bisa segera berakhir.
Itulah dia Moms sederet mitologi masyarakat kuno dari berbagai penjuru dunia.
Penyebab secara sains
Lalu, kira-kira apa penyebab gempa bumi yang terjadi di Palu dan Donggala beberapa waktu lalu?
Dikutip dari Kompas.com, menurut analisis sementara dari para ahli tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang dikutip oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tsunami disebabkan oleh dua hal.
Baca Juga : Billy Syahputra Punya Hutang Hingga Puluhan Juta ke Hilda, Ternyata Hilda Lebih Kaya?
Pertama, di bagian Teluk Palu, tsunami disebabkan adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter.
Sedimen dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palu belum terkonsolidasi kuat sehingga runtuh dan longsor saat gempa, dan memicu terjadinya tsunami.
"Hal ini terindikasi dari naik turunnya gelombang tsunami dan keruhnya air tsunami," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).
Sementara itu, di bagian luar dari Teluk Palu, tsunami dikarenakan oleh gempa lokal. Pada tsunami di bagian luar Teluk Palu itu, gelombang tidak setinggi tsunami yang disebabkan longsoran sedimen dasar laut.
"Tsunami di bagian luar Teluk Palu airnya lebih jernih," ujar Sutopo
Sejak gempa mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Jumat (28/9/2018) pukul 17.02, sejumlah gempa susulan terus terjadi di kawasan tersebut hingga Jumat malam.
Hal yang harus dilakukan ketika merasakan gempa di gedung bertingkat
Moms, kejadian gempa bumi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
Ketika kita sedang berada di dalam rumah atau di luar, tentu kita akan cenderung mudah menyelamatkan diri dan menghindar dari benda atau bangunan yang berpotensi rubuh.
Lalu, bagaimana apabila saat gempa terjadi kita justru berada di gedung bertingkat tinggi?
Seseorang yang berada di lantai 20 misalnya, akan lebih merasakan guncangan gempa dibandingkan orang yang berada di lantai 2.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri?
1. Tidak panik
Meski terdengar mudah, perlu pengendalian emosi yang besar agar seseorang tidak merasa panik saat terjadi gempa.
Ingat Moms, kepanikan adalah biang dari malapetaka besar.
Karena panik siapa saja akan lost control, bisa melakukan apa yang tidak seharusnya tidak dilakukan, sehingga membahayakan dirinya sendiri juga oranglain.
Baca Juga : Selain Tempat Tidur, Kutu Kasur Juga Bersembunyi di 4 Tempat Ini!
2. Jauhi jendela
Ketika terjadi gempa, Moms sebaiknya menjauhi jendela.
Selain itu, sebaiknya Moms jangan bersandar di sisi tembok, sebab bisa saja suatu saat tembok bisa rubuh.
Ingat kepanikan adalah biang malapetaka besar.
Berlindung di bawah meja di dekat pilar atau tembok bagian dalam, lebih menguntungkan.
3. Jangan pakai lift
Sebaiknya, Moms menghindari penggunaan lift maupun elevator.
Sebab, saat gempa terjadi sangat memungkinkan listrik menjadi padam.
Baca Juga : Kisah Deby Fatimah, Korban Gempa Palu Meninggal Sehabis Berwudhu & di Hari Ulang Tahunnya!
Ketika listrik padam saat berada di dalam lift, hal ini justru bisa membuat kita terjebak.
4. Hindari berada di tangga darurat
Saat gempa masih berlangsung, sebaiknya Moms dan Dads jangan langsung turun melalui tangga darurat.
Ingat dan catat, konstruksi gedung di bagian tangga darurat termasuk bagian bagunan yang paling rawan runtuh akibat gempa.
5. Tinggal di dalam gedung
Yang harus dilakukan saat terjadi gempa, penghuni gedung bertingkat lebih baik diam di dalam gedung hingga gempa selesai, atau gedung tempat kita berada tidak bergoyang.
6. Ketika berada di dalam lift saat gempa berlangsung
Ketika lift berhenti dan pintu terbuka, keluarlah segera, lihat keamanannya dan mengungsilah.
Jika terjebak di dalam lift, hubungi manager gedung dengan menggunakan interphone yang ada di dalam lift.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | BBC,national geographic,kompas,bobo |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR