Biasanya orang akan menaburkan garam pada bagian yang tergigit. Tapi ternyata cara ini keliru.
Melansir dari Kompas.com, tak sedikit pihak yang melakukan kesalahan prosedur penanganan sehingga mengakibatkan efek buruk bagi korban gigitan ular.
Baca Juga : Hari Batik Nasional, Berikut Promo Menariknya, Ada Diskon Kosmetik Sampai Gratis Masuk Tempat Wisata!
Minimnya pemahaman penanganan korban gigitan ular bahkan membuat Pakar Gigitan Ular dan Toksikologi, DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM berkeliling Indonesia untuk membantu para korban.
“Karena saya melihat pasien gigitan ular terabaikan di Indonesia dan banyak orang yang mati percuma tanpa penanganan yang benar, akhirnya saya berkeliling Indonesia, berkomitmen untuk melatih masyarakat, dokter dan perawat untuk penanganan yang benar,” kata perempuan yang akrab dipanggil Maha ini kepada Kompas.com.
Baca Juga : Pasca Gempa, Adelia Pasha Ungkap Rasa Rindu Dengan Sang Anak
Beberapa contoh penanganan luka gigitan ular yang salah antara lain menggunakan garam, ikatan kencang, pengisapan darah di area tergigit, cross insisi, dan cara lainnya.
Padahal, penanganan pertama pada korban gigitan ular adalah imobilisasi atau bagian tubuh yang tergigit dibuat tidak bergerak.
Maha yang menjabat sebagai Kepala IGD RS Umum Daha Husada, Kediri, Jawa Timur itu menambahkan, dari penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 79% gigitan ular tidak melalui pembuluh darah melainkan lewat pembuluh getah bening.
Sehingga, darah korban gigitan ular tak perlu disedot.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR