Kesedihan yang mendalam cenderung akan membuat seseorang depresi.
Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang umum, dapat menyebabkan periode kesedihan yang berkepanjangan dan memicu pikiran bunuh diri.
Di lain sisi, stres juga masalah yang umum dan serius, tapi ia sering diremehkan dan dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Untuk diketahui, depresi dan stres adalah hal yang berbeda. Keduanya memiliki gejala yang berbeda, baik ketika dirasakan oleh diri sendiri, teman, anggota keluarga, dan rekan kerja.
Psikiater dr. Dimitrios Paschos mengatakan, depresi merupakan kondisi klinis yang memiliki beberapa gejala yang jelas.
"Ini merupakan penyakit umum yang cukup banyak menyerang populasi dunia. Sama seperti gangguan kardiovaskular, depresi dikategorikan sebagai sebuah penyakit," ujarnya.
Berbeda dengan depresi yang diklasifikasikan sebagai penyakit, stres disebut hadir dalam jutaan bentuk dan memiliki arti berbeda bagi setiap orang.
Apakah itu stres karena masalah keluarga, tekanan pekerjaan dan keuangan, juga kesepian. Sesuatu yang dianggap seseorang sebagai tugas sehari-hari dan dapat diselesaikan dengan mudah, bisa menjadi sumber stres bagi yang lainnya.
Jadi, menurut Paschos, stres lebih sulit untuk didefinisikan.
Baca Juga : Catat 7 Tanda Kritis pada Trimester Ketiga, Segera Hubungi Dokter
"Stres bukan istilah yang kami rujuk dalam pengertian medis. Meski begitu, kami memiliki banyak cara untuk mengukur kecemasan. Banyak orang mengatakan ‘stres’ padahal sebenarnya mereka berbicara tentang kecemasan," jelasnya.
Kecemasan, dalam konteks klinis, berarti dua hal. Yang pertama, respons dari tubuh – misalnya ketika Anda merasa tegang, jantung berdebar lebih cepat, sulit menjaga keseimbangan, dan berkeringat ketika sesuatu yang buruk akan terjadi.
Source | : | psychology today,consumer health digest,kompas,lifestyle.kompas.com,Health and Wellness |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR