Nakita.id - Sadar atau tidak, melamun atau daydreaming nampaknya dialami setiap orang setiap hari.
Jelas saja, pikiran manusia selalu berkelana dari waktu ke waktu, saat sedang bosan kebosanan atau bahkan saat Moms sedang beraktivitas dan siapa tahu, Moms mungkin melakukannya sekarang.
Normalkah seseorang sering melamum?
Para peneliti telah menemukan bahwa itu bukan hal yang buruk.
Baca Juga : Rambut Lurus dan Rapi Tanpa Catokan, Hanya Butuh Bahan Alami Ini!
Banyak penelitian menunjukkan bahwa daydreamers atau orang yang melamun, sebenarnya lebih kreatif dan lebih efisien.
Dalam sebuah percobaan penelitian yang dilakukan di University of Wisconsin-Madison, peserta yang sering melamun ditemukan memiliki memori yang lebih baik daripada mereka yang tidak.
Tapi melamun bisa menjadi masalah ketika mulai mengganggu kehidupan nyata, mempengaruhi produktivitas seseorang, kehidupan sosial, atau kualitas tidur.
Baca Juga : Awas! Kebutaan Mendadak dan Permanen Bisa Disebabkan Karena Alkohol
Istilah "maladaptive daydreaming" pertama kali digunakan oleh seorang profesor Israel bernama Eli Somer yang menerbitkan sebuah makalah pada 2002.
Mendefinisikannya sebagai "extensive fantasy activity that replaces human interaction and/or interferes with academic, interpersonal or vocational functioning."
Atau aktivitas fantasi luas yang menggantikan interaksi manusia dan / atau mengganggu fungsi akademik, antarpribadi atau kejuruan.
Setelah mempelajari sekelompok kecil korban pelecehan anak, ia menyarankan bahwa maladaptive daydreaming (MD) dapat digunakan sebagai mekanisme penanggulangan oleh orang-orang yang mengalami situasi traumatis.
Tapi bagaimanapun, tidak diperlukan karena banyak orang mungkin mengalami MD tanpa mengalami trauma.
Seperti yang dicatat Somer, beberapa dari kita hanya "born with the capacity for immersive, vivid daydreaming."
Baca Juga : Buah Labu Untuk Turunkan Berat Badan, 5 Manfaat Lainnya Mengejutkan!
Peneliti lain juga menyarankan bahwa MD bukanlah kondisi yang unik tetapi tanda potensi penyakit lain seperti gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD) atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Somer menunjukkan bahwa skizofrenia, yang mungkin tampak serupa, ditandai oleh ketidakmampuan untuk membedakan antara realitas dan fantasi.
Orang dengan MD, di sisi lain, mengakui bahwa lamunan mereka tidak nyata.
Masalahnya adalah mereka tidak mampu menghentikan fantasi karena itu menjadi ritual yang obsesif.
Baca Juga : Siapkan Kehamilan, Cek Daftar Makanan yang Harus Dikonsumsi!
Mengingat bahwa MD itu sendiri tidak secara resmi diakui sebagai gangguan kejiwaan, tidak ada metode universal untuk mendiagnosis atau mengobatinya.
Baca Juga : Awas! Kebutaan Mendadak dan Permanen Bisa Disebabkan Karena Alkohol
Tantangannya terletak pada kenyataan bahwa melamun adalah aktivitas mental yang normal - jadi mendefinisikan bagaimana dan kapan itu berlebihan atau "maladaptif" sangat subjektif.
Menurut Healthline, gejala muncul melibatkan gangguan kehidupan nyata yang disebabkan oleh lamunan, termasuk insomnia atau ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas.
Orang juga dapat menemukan diri mereka melakukan gerakan berulang dan tidak sadar sambil berfantasi.
Baca Juga : Studi: Makanan Cepat Saji Berpengaruh Pada Kepadatan Tulang Anak
Somer berharap untuk melihat MD di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) suatu hari nanti, sebuah langkah yang akan meningkatkan penelitian dan mendorong profesional kesehatan mental untuk mendiagnosisnya dengan benar.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Medical Daily |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR