Banyaknya variasi harga mengurangi efektivitas kenaikan cukai dalam mengendalikan konsumsi rokok. Mereka yang memiliki uang terbatas, termasuk keluarga miskin dan anak-anak, dapat dengan mudah membeli rokok yang lebih murah.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Superbug Menyebar Di Berbagai Rumah Sakit Seluruh Dunia Pada Level Mematikan!
Para penggiat antirokok dan praktisi kesehatan berulangkali menggemakan argumen kenaikan tarif cukai dan pemanfaatannya untuk mendukung jaminan kesehatan nasional.
Hal itu tercetus dalam paparan di Diskusi Media dengan tema "Polemik Cukai Rokok: Apa Peran Media?" di TierSpace Kebayoran Jakarta (09.10/2018).
Diskusi ini menghadirkan narasumber dan peserta dari kalangan media yaitu Bambang Harymurti (Komisaris Tempo), Wisnu Nugroho(Pemimpin Redaksi Kompas) dan Anindita Sitepu, Direktur Program, CISDI( Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives,) suatu lembaga yang berperan sebagai pusat inisiatif strategis pembangunan nasional Indonesia.
Diskusi ini dipandu Bayu Sutiyono dari Kompas TV.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Pembekuan Darah, Mematikan Tapi Banyak Yang Belum Tahu!
Peningkatan tarif cukai dan struktur cukai yang lebih sederhana dengan demikian saat ini menjadi argumen yang berkembang bagi penyelamatan nyawa, perlindungan kesehatan, perlindungan kesejahteraan anak-anak dan keluarga miskin, serta mendukung pembangunan di Indonesia – khususnya untuk mendukung kebutuhan pembiayaan JKN
Sejumlah simulasi pun telah dibuat, yaitu jika cukai rokok dinaikkan 16%, maka dipercaya akan mengurangi konsumsi sebesar 4,7%.[7]
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR