Kedua, picky eater psikologis atau gangguan secara psikologis yang membuat anak merasakan beban ketika mengonsumsinya.
"Kebanyakan terjadi di Indonesia adalah picky eater karena psikologis, kok bisa? Lihat saja orangtua zaman sekarang, memberikan makanan pada anak tidak dijadikan sebagai stimulasi, upaya pendidikan, upaya cinta," ujar Dr. Rita Ramayulis dalam acara International Chefs Day 2018: 'Healthy Food for Growing Up' yang digelar di Jakarta Selatan, Sabtu (20/10).
"Anak saat makan merasakan beban, beban harus dihabiskan, tergesa-gesa, atau dalam waktu 30 menit masih diteruskan juga makannya, membuat anak bosan.
Situasi makan tidak menyenangkan, tampilan makanan juga, inilah menimbulkan picky eater. J
adi kita memang tidak boleh berlaku ekstrem pada makanan, karena sesuatu yang ekstrem terkait makanan akan membuat dia picky eater," tambahnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Putri Najwa Shihab Lahir Prematur Meninggal, Ini Komplikasi Bayi Prematur
Lebih lanjut, dr. Wiyarni Pambudi, Sp.A, IBCLC mengatakan bahwa anak yang picky eater bisa disebabkan karena kurangnya mendapat aneka jenis bahan makanan.
Biasanya hal itu terjadi karena para orangtua yang takut untuk mencobakan aneka jenis bahan makanan pada anak.
Padahal pemberian aneka jenis makanan itu penting untuk dilakukan sebelum Si Kecil terlanjur mengenal rasa makanan dan sebelum ia menjadi foodphobia.
Source | : | WebMD,nakita.id |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR