Nakita.id - Ada beberapa tes dan prosedur yang Moms perlukan sebelum mencoba untuk hamil.
Meskipun serangkaian pemeriksaan dan skrining membutuhkan waktu, penting untuk diingat bahwa tes tersebut dibutuhkan untuk memastikan Moms dan janin tetap sehat.
Penting bagi Moms untuk melihat riwayat medis keluarga dan riwayat pasangan, riwayat kesehatan, obat-obatan yang saat ini Moms pakai serta gaya hidup.
Baca Juga : Inilah Alasannya Makanan Organik Dapat Melindungi Tubuh dari Kanker!
Hal itu dapat membantu dokter menilai tes mana yang mungkin diperlukan.
"Gaya hidup yang sehat, termasuk diet dan olahraga, sangat penting selama kehamilan," kata Christina Sun, seorang dokter kandungan di Lakeridge Health, sebuah rumah sakit komunitas di Oshawa, Ontario.
Jika Moms termasuk kelebihan berat badan, dokter mungkin menyarankan perubahan pola makan dan menyarankan olahraga.
Sebab menurunkan sedikit berat badan memiliki efek positif pada kesuburan dan membantu tetap sehat selama kehamilan.
Baca Juga : Sebelum Hamil Lagi, Pertimbangkan Dulu Jarak Kehamilan yang Ideal
Sun juga mendorong pasiennya untuk berhenti minum alkohol dan merokok sebelum mencoba untuk hamil.
Dokter mungkin juga melakukan tes darah dan urin dasar untuk mendeteksi adany Infeksi Menular Seksual (IMS) dan meninjau catatan imunisasi dan tes untuk kekebalan tertentu.
Vaksinasi pra-kehamilan
Fungsi kekebalan sedikit lebih rendah selama kehamilan sehingga membuat ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi dan komplikasi.
Vaksinasi dapat sangat membantu untuk mencegah atau mengurangi keparahan penyakit yang dapat membuat Moms sakit atau membahayakan bayi selama kehamilan.
Baca Juga : Vaksin Pra Kehamilan yang Penting untuk Perempuan, Wajib Tahu!
Vaksinasi flu selalu direkomendasikan untuk perempuan yang hamil terutama saat musim flu, jadi sangat baik untuk mendapatkan vaksin untuk melindungi Moms selama kehamilan
Vaksin lainnya seperti varicella (cacar air) dan rubella (campak Jerman) juga disarankan.
Baca Juga : Bila Tak Kunjung Hamil, Tes Kesuburan Perempuan Ini Perlu Dilakukan!
Cacar air mungkin tidak tampak seperti masalah besar, tetapi ibu hamil memiliki peningkatan risiko terkena pneumonia sebagai komplikasi.
Jika seorang ibu hamil terkena cacar air antara usia kehamilan 8 dan 20 minggu, bayi akan memiliki risiko kecil mengembangkan sindrom varicella kongenital.
Sindrom ini dapat menyebabkan jaringan parut kulit, lengan dan kaki yang belum berkembang, peradangan mata dan masalah dengan perkembangan otak.
Sedangkan Rubella dapat memiliki konsekuensi yang lebih serius seperti peningkatan risiko keguguran, kelahiran mati dan kelahiran prematur.
Jika rubella diteruskan ke janin, ada risiko bahwa bayi dapat lahir dengan berbagai masalah, termasuk penglihatan dan pendengaran.
Serta mungkin mengalami masalah lain seperti kerusakan jantung, mikrosefali dan kerusakan hati dan limpa.
Jadi apa yang Moms lakukan agar terhindar dari rubella atau varicella selama kehamilan?
Baca Juga : Jangan Lagi Makan Makanan yang Terjatuh Karena Alasan 'Belum 5 Menit', Ini Penjelasan Ahli
"Kami menyarankan bahwa perempuan yang sedang merencanakan kehamilan menghindari anak-anak atau pasien dengan rubella sampai mereka melahirkan," kata Sun, menambahkan bahwa Ibu dapat divaksinasi setelah melahirkan.
Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Ada sejumlah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang dapat menyebabkan infertilitas atau mempengaruhi kesehatan, begitupun kesehatan bayi selama kehamilan.
Jadi jika Moms berisiko tinggi untuk itu, mungkin diperlukan tes untuk IMS sebelum mencoba untuk hamil dan pada saat awal kehamilan.
Jenis penyakit yang kerap menyerang salah satunya chlamydia dan gonorrhea.
Kedua penyakit ini sering tidak terdiagnosis karena banyak orang yang memiliki IMS ini tidak memiliki gejala.
Kedua infeksi dapat merusak saluran telur dan menyebabkan penyakit radang panggul, yang dapat menyebabkan infertilitas.
IMS ini juga dapat memengaruhi kehamilan dan bayi.
Baca Juga : Kenali Penyebab Jerawat Postpartum, Salah Satunya Bisa Karena Sembelit
Chlamydia dapat menyebabkan persalinan prematur dan, jika infeksi menular ke bayi saat kelahiran, bayi baru lahir dapat mengembangkan infeksi mata atau pneumonia.
Gonorrhea dapat menyebabkan keguguran, ketuban pecah dini dan kelahiran prematur, dan jika lolos ke bayi saat melahirkan, dapat menyebabkan infeksi mata, sendi atau infeksi darah yang mengancam janin.
Chlamydia dan gonorrhea memang dapat disembuhkan dengan antibiotik, perawatan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan.
Sifilis juga dapat memiliki efek kesehatan yang serius selama kehamilan.
Jika didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu, ada peningkatan risiko persalinan prematur dan gawat janin.
Bayi yang lahir dengan sipilis juga berisiko memiliki masalah kesehatan yang serius, seperti kerusakan otak dan pendengaran serta kehilangan penglihatan.
Tetapi jika Moms mendapatkan perawatan sebelum usia 20 minggu, ada kemungkinan besar infeksi tidak akan menular ke bayi.
Baca Juga : Moms Sering Alami Mimisan? Yuk Ketahui Beragam Faktor Penyebabnya
Seperti halnya klamidia dan kencing nanah, sifilis dapat diobati dengan antibiotik.
Lalu bagaimana dengan penyakit HIV?
HIV dapat menular ke bayi, meskipun penularan dapat terjadi selama setiap tahap kehamilan, persalinan dan kelahiran, serta selama menyusui.
Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mengurangi risiko penularan ibu-ke-bayi.
Dikombinasikan dengan perawatan bayi selama empat hingga enam minggu pertama kehidupan, risikonya serendah satu persen.
Hepatitis B
Pemeriksaan terakhir adalah hepatitis B sebelum mencoba untuk hamil karena dapat juga diteruskan ke bayi saat melahirkan.
Bayi yang terinfeksi saat lahir dapat mengembangkan infeksi hepatitis B kronis yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup.
Baca Juga : Faktanya Si Kecil pun Bisa Mengalami Stres, Inilah Penyebabnya!
Tetapi ini dapat dicegah jika bayi diobati dengan serangkaian vaksinasi dan suntikan imun globulin hepatitis B saat lahir.
Jika Moms belum divaksinasi untuk hepatitis B, bicarakan dengan dokter untuk vaksin agar kehamilan dan janin juga sehat.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | todays parent |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR