Nakita.id – Masyarakat Tanah Air berduka atas kecelakaan yang menimpa pesawat Lion Air JT-610 pada Senin (29/10/2018).
Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang, dipastikan telah terjatuh.
Anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), memastikan ada pesawat Lion Air jatuh di dekat fasilitas mereka yang berada di lepas pantai di utara Bekasi, Jawa Barat.
Lokasi jatuhnya pesawat di dekat fasilitas milik PHE ONWJ namun tidak terkena sarana dan prasarana Pertamina di sana.
"Informasi dari lapangan, pesawat jatuh di lapangan Mike blok ONWJ, tapi masih jauh dari fasilitas anjungan kami," kata VP Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya saat dikutip dari Kompas.com.
Ifki juga menjelaskan, informasi adanya pesawat jatuh diterima pukul 06.33 WIB.
Baca Juga : Irwan Mussry Putuskan Desy Ratnasari Setelah 8 Tahun Pacaran, Ini Alasan Pria Tak Ingin Menikah!
Kepala Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Sindu Rahayu, menuturkan, pesawat tersebut membawa 181 penumpang, terdiri dari 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi.
"Pesawat membawa 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi dengan dua pilot dan lima FA (flight attendant).
Sampai saat ini telah hilang kontak selama kurang lebih tiga jam," ujar Sindu melalui keterangan tertulisnya, Senin (29/10/2018).
Moms, kejadian kecelakaan pesawat terbang kerap membuat orang takut dan merasa bahwa alat transportasi pesawat tidaklah aman.
Insiden tragis, kerusakan berat yang terjadi, hingga banyaknya korban meninggal di setiap kecelakaannya membuat banyak orang takut naik pesawat.
Padahal, pesawat terbang masih didapuk sebagai alat transportasi teraman, Moms.
Berikut ulasannya dikutip dari Mic Network Inc
1. Tingkat Kerusakan
Menurut USA Today, jumlah korban jiwa akibat kecelakaan mobil secara drastis lebih tinggi daripada kecelakaan pesawat setiap tahun.
Pada tahun 2008, National Highway Traffic Safety Administration menemukan ada 1,27 korban jiwa per 100 juta mil perjalanan kendaraan.
Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama dan jarak yang sama National Transportation Safety Board dapat melaporkan hanya terjadi 20 kecelakaan untuk layanan penerbangan yang dioperasikan operator udara AS.
Selain itu, sangat jarang terdapat berita mengenai kecelakaan pesawat di media.
Faktanya, statistik ini menunjukkan bahwa "Anda lebih mungkin mati mengemudi ke bandara daripada terbang melintasi negara."
Baca Juga : Seks Saat Hamil, Amankah Kegiatan Seksual Secara Oral Pada Ibu Hamil?
2. Pesawat membuat kegiatan terbang jadi lebih aman
Sejak Wright bersaudara menemukan pesawat terbang pada tahun 1903, kegiatan terbang bisa menjadi lebih aman.
Menurut artikel Huffington Post , dalam kurun waktu 10 tahun jumlah korban jiwa akibat kecelakaan pesawat hanya 153 orang.
Associated Press mengungkapkan jumlah korban jiwa dalam kecelakaan pesawat terbang itu setara dengan dua kematian per 100 juta penumpang yang terbang secara komersial.
Jumlah korban jiwa akibat kecelakaan pesawat tentu jauh lebih kecil dibandingkan 30.000 kematian akibat kecelakaan kendaraan bermotor per tahunnya.
Dikutip dari Metro.co.uk, tabrakan mobil relative umum terjadi.
Pengemudi memiliki 1 dalam 114 kemungkinan mati di dalamnya, dan ada 1 dari 654 kemungkinan mati sebagai penumpang.
Sedangkan untuk transportasi kereta api di Inggris, 749 orang tewas pada tahun 2015 karena kecelakaan kereta api, dengan 60% dari mereka turun untuk masuk tanpa izin.
Untuk perahu ada kurang dari 700 kematian akibat kecelakaan di tahun 2015, dengan 90% kematian berperahu disebabkan oleh perahu rekreasi - bukan perahu penumpang atau kapal pesiar.
3. Air Traffic Control
Banyak orang berpikir bahwa kegiatan terbang tak banyak diawasi. Hal tersebut salah Moms, sebab banyak pihak yang membantu pilot untuk ikut mengawasi jalur kemudi dan membantu pilot mulai dari take off sampai mendarat oleh Air Traffic Control.
Air Traffic mengawasi selama 24 jam sehari menggunakan prosedur radar untuk melacak pesawat di langit, memberikan instruksi, izin dan informasi tentang kondisi penerbangan.
Jadi, Pilot bukan satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas keselamatan Moms di udara.
4. Melewati pelatihan ketat
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, pilot, di sisi lain, menjalani proses pelatihan dan sertifikasi yang ketat.
Baca Juga : Banyak Pejabat Babel Jadi Korban Pesawat Lion Air yang Jatuh, Gubernur Babel Ungkap Kemungkinan Alasannya
Banyak pilot adalah pensiunan anggota Angkatan Udara AS. Ditambah, seseorang harus pergi ke sekolah penerbangan dan menerima lisensi dari Federal Aviation Administration (FAA).
Sebagian besar perusahaan penerbangan juga membutuhkan pilot yang mengenyam pendidikan setidaknya 2 tahun kuliah.
Tidak seperti pengemudi angkutan umum di jalan, ada proses seleksi yang ketat untuk menentukan mereka yang berlisensi untuk terbang.
5. Teknologi
Teknologi semakin berkembang dari tahun ke tahun. Tak hanya teknologi transportasi darat, teknologi dalam penerbangan juga mengalami perkembangan drastis.
Menurut majalah Travel Eksekutif, pesawat memiliki program deteksi turbulensi yang dapat "memprediksi intensitas, ketinggian dan pergerakan turbulensi."
Selain itu, teknologi keselamatan landasan pacu berkomunikasi antara pesawat ke pihak pengawas.
Pihak pengawas bisa memperingatkan pilot untuk berhenti jika ada pesawat atau kendaraan lain mungkin datang."
Perbaikan teknologi ini mengontrol semua aspek terbang.
6. Tidak reckless flying
Banyak pengemudi kendaraan darat yang nekat karena mengoperasikan kendaraan bermotor merupakan hal yang biasa ditemukan.
Kesalahan seperti multi-tasking, gagal memakai sabuk pengaman, berbicara di telepon saat mengemudi, atau hanya lupa untuk menggunakan lampu berbelok menghasilkan kecelakaan mematikan.
Di sisi lain, industri penerbangan telah dibuat sangat berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan, tidak peduli seberapa besar atau kecil.
Menurut New York Times, seluruh pilot, pembuat peraturan, dan awak pesawat memiliki "informasi luas tentang bahaya terbang, dengan tujuan mencegah kecelakaan daripada hanya bereaksi".
7. Terbayang-bayang berita kecelakaan
Psikolog dapat menjelaskan mengapa orang percaya perjalanan maskapai lebih berbahaya daripada metode perjalanan lainnya, hal ini dikarenakan efek heuristic.
Efek heuristic merupakan kejadian dimana orang-orang hanya mengingat kejadian luar biasa tanpa melihat data lengkap.
Baca Juga : Lion Air JT 610 Jatuh dan Bayi Jadi Korban, Ternyata Dulu Pernah Ada Bayi Lahir dalam Pesawat Lion Air !
Kejadian kecelakaan pesawat biasanya selalu menjadi pemberitaan besar, karena banyaknya jumlah penumpang, walaupun kecelakan pesawat jarang terjadi.
Namun, kejadian kecelakaan darat seperti kecelakaan mobil atau motor jarang diingat karena dianggap merupakan hal yang biasa.
Lalu, mengapa pesawat bisa mengalami kecelakaan?
Meski pesawat merupakan alat transportasi teraman, namun kecelakaan masih bisa terjadi.
Teknologi mutakhir pada pesawat tentunya bisa mencegah terjadinya kecelakaan, namun setiap produk dengan teknologi tinggi tentu memerlukan mekanisme penting dalam pengoperasiannya.
Dalam mengoperasikan pesawat, terdapat beberapa hal yang tak bisa dikompromi sekecil apapun.
Itu sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akan kepatuhan terhadap aturan ketentuan regulasi dan prosedur tidak mengenal kompromi.
Begitu ada ketentuan, prosedur atau regulasi yang dilanggar, maka hal itu sudah cukup memberikan peluang besar bagi datangnya musibah alias kecelakaan yang sangat tidak kita inginkan.
Kebiasaan buruk yang harus dihindari saat di pesawat
Selain pemeriksaan yang lebih detail, ada beberapa hal yang tidak boleh kita lakukan di dalam pesawat terbang.
Disebabkan, bisa saja hal itu membahayakan penerbangan berikut penumpang dalam pesawat.
Misalnya, menyalakan ponsel atau merokok yang tentu berbahaya.
Selain itu, ini dia deretan hal yang terlarang untuk Moms lakukan saat bepergian dengan pesawat terbang.
1. Berjalan-jalan dalam pesawat tanpa alas kaki
Baca Juga : Ponsel Ibunya Ditemukan, Anak Penumpang Pesawat Lion Air JT-610 Unggah Foto Mengharukan
Karpet di kabin pesawat adalah bagian yang sangat kotor, karena menurut awak pesawat bagian ini sering ditumpahi makanan atau muntahan penumpang.
Sehingga, jika ada penumpang yang berjalan tanpa alas kaki di kabin pesawat, awak kabin mengkhawatirkan penumpang akan terkena kuman atau malah infeksi.
2. Duduk selama penerbangan
Pada pesawat terbang, seseorang akan berisiko lebih tinggi untuk mengalami deep vein thrombosis (DVT) yang merupakan jenis gumpalan darah yang biasanya terbentuk di kaki.
Oleh karenanya, dokter menyarakan agar berjalan beberapa menit atau berdiri ketika sedang melakukan penerbangan panjang.
3. Menyentuh tombol flush di toilet
Seperti ruang publik lainnya di pesawat, toilet juga merupakan tempat di mana kuman bersembunyi.
Untuk melindungi diri, jangan menyentuh tombol flush di kamar mandi dan sebaiknya gunakan tisu sebagai pelapis tangan.
Jangan lupa mencuci tangan dengan bersih sebelum keluar dari toilet.
4. Tertidur di jendela
Saat sedang di mobil, mungkin Moms sering menyenderkan kepala untuk sesaat memejamkan mata di jendela.
Hal ini sebaiknya dihentikan saat sedang berada dalam pesawat.
Baca Juga : Unggahan Terakhir Alfiani Pramugari Pesawat Lion Air yang Jatuh, Apakah Firasat?
Sebab, di dekat jendela pesawat ada banyak kuman yang bisa membuat kita terserang bersin, batuk, hingga infeksi paru-paru.
Namun, jika masih sulit meninggalkan kebiasaan tersebut, bersihkan dahulu jendela pesawat dengan tisu basah.
5. Memakai lensa kontak
Memakai lensa kontak adalah hal yang wajar dilakukan di era modern seperti saat in, namun gantilah dengan kacamata saat sedang ada dalam pesawat.
Hal ini sebaiknya dilakukan disebabkan udara di kabin sangat kering dan dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | metro.co.uk,nakita,kompas,mic.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR