Nakita.id - Moms, wajar saja bila menaiki pesawat terbang membuat sebagian orang merasa takut.
Takut naik pesawat bisa jadi dirasakan karena seseorang takut ketinggian, takut terjatuh, atau bisa saja memiliki pengalaman buruk saat menaiki pesawat.
Pada kasus tertentu, ditemukan juga yang mengalami penyesalan dan kebingungan ketika mereka berhasil melalui penerbangan tanpa hambatan.
Baca Juga : Lion Air JT 610 Jatuh, Ini Panduan Aman Membawa Bayi Saat Naik Pesawat
Moms harus mengetahui jenis ketakutan tersebut, apakah ketakutan tersebut hanya muncul sesaat atau muncul sepanjang penerbangan.
Jika kemunculan tersebut berulang, mungkin mengalami fobia.
Kondisi tersebut termasuk salah satu tipe dari gangguan kecemasan.
Fobia juga bisa merupakan respon emosional yang disebabkan oleh pemicunya.
Contohnya, ketika Moms memiliki ketakutan yang tidak masuk akal terhadap air, ketakutan tersebut bisa berupa respon pengalaman seseorang tenggelam di masa lalu.
Baca Juga : Lion Air JT-610 Jatuh, Ini 4 Hal yang Sebaiknya Dilakukan Jika Pesawat Mendarat Darurat di Perairan
Rasa takut terbang juga bisa disebabkan oleh fobia di masa lalu.
Perlu diketahui Moms, ketakutan berasal dari konsep pikiran kita tentang suatu hal.
Rasa takut yang berlebihan dapat menghambat keberlangsungan hidup kita, untuk itu rasa takut tersebut perlu diatasi.
Dikutip dari Anxiety and Depression Association of America (adaa.org) ada 8 cara untuk mengatasi rasa takut saat naik pesawat, berikut di antaranya:
1. Cari tahu pemicu rasa takut
Cari tahu apa yang membuat Moms takut dan periksa bagaimana reaksi kecemasan Moms terpicu.
Tujuannya adalah mengidentifikasi pemicu, sehingga Moms dapat mengelola rasa takut ketika tingkat kecemasan rendah.
Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Ditemukan Tas Anak-anak yang Koyak
Ketika pemicunya sudah diketahui, akan mudah mencari tahu hal apa yang dapat menenangkannya.
2. Bekali pengetahuan seputar penerbangan sebelum menaiki pesawat
Kecemasan berkembang karena ketidaktahuan dan memunculkan fikiran 'bagaimana jika?' atau pikiran bencana.
Tetapi begitu Moms mengetahuinya, pikiran 'bagaimana jika?' itu dapat dibatasi oleh fakta-fakta.
Sehingga Moms tahu bagaimana faktanya.
Mereka tidak akan menghilangkan kecemasan, tetapi mereka akan membantu Moms mengelolanya.
Baca Juga : Seks Saat Hamil, Amankah Kegiatan Seksual Secara Oral Pada Ibu Hamil?
3. Antisipasi kecemasan
Kecemasan antisipatif adalah apa yang kita alami sebagai antisipasi rasa takut.
Biasanya berupa kegelisahan paling intens yang akan Moms alami selama penerbangan.
Namun, kecemasan yang dialami saat terbang tidak selalu akurat dengan prediksi kita.
Biasanya apa yang kita cemaskan pun berlalu begitu saja, kenyataannya bahkan terjadi lebih baik dibandingkan asumsi atau bayangan kita.
4. Bedakan mana rasa takut dan mana bahaya.
Seringkali sulit untuk memisahkan kecemasan dari bahaya karena tubuh Moms bereaksi dengan cara yang sama untuk kedua hal itu.
Pastikan bahwa ketakutan Moms adalah berupa kecemasan.
Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Perdospi: Penyebab Kecelakaan Pesawat Itu Multifaktorial
Kita bisa meyakinkan diri bahwa rasa cemas bukan berarti kita dalam bahaya.
Ketika kecemasan dibiarkan, hal ini dapat membuat ketakutan menjadi semakin nyata.
5. Kenali bahwa akal sehat tidak masuk akal.
Kecemasan bisa berupa trik yang menipu seakan-akan kita berada di dalam bahaya, padahal kita dalam keadaan yang aman.
Kata hati pun akan berkata untuk menghindar dari yang membuat kita cemas.
Jika mengikuti perasaan tersebut, kita justru akan memperkuat kecemasan itu.
Melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kecemasan juga bisa dicoba.
Hal ini mungkin akan membuat kita merasa tak nyaman, namun kecemasan memang harus dilawan.
Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Ditemukan Tas Anak-anak yang Koyak
6. Mengendalikan diri saat turbulensi
Kita harus mengelola kecemasan dengan meyakinkan diri bahwa pesawat sudah didesain sedemikian rupa sehingga mampu bertahan saat turbulensi.
Jika selama ini semua baik-baik saja, maka kamu juga bisa melewatinya dengan baik.
Anggap saja turbulensi sebagai goncangan yang kita alami saat berkendara di dalam mobil yang melewati jalanan yang tidak rata.
Kita bisa fokus pada hal lain, dibandingkan pada turbulensi.
7. Lakukan secara perlahan
Jika takut pada ketinggian, rasanya tak mungkin kita bisa naik ke bagian paling atas gedung pada hari pertama.
Mungkin bisa saja dilakukan, namun mungkin kita akan enggan melihat pemandangan di bawahnya.
Baca Juga : Makan Buah Anggur Saat Moms Hamil, Ini yang Akan Terjadi Pada Janin
Moms bisa mencobanya perlahan-lahan, bertahap setiap harinya, menaiki lantai demi lantai hingga akhirnya sampai ke atas.
Pun ketika takut terbang, apakah rasa panik tersebut datang ketika pertama menginjakkan kaki di bandara?
Jika ya, maka Moms bisa ke bandara setiap hari, hanya berkunjung saja, tidak melakukan penerbangan.
Mungkin ini terdengar aneh, fungsi dari terapi ini adalah melihat secara objektif agar tempat tersebut tidak membuat Moms tertekan.
Ketika sudah senang berada di sana, Moms mungkin bisa mengatasi semua pikiran saat naik pesawat.
Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Ditemukan Tas Anak-anak yang Koyak
8. Nikmati setiap penerbangan
Ketika mengalami penerbangan utama, Moms bisa kenali asumsi apa saja yang terpikirkan.
Suatu saat mendapat kesempatan melakukan penerbangan lagi, Moms bisa lebih tenang.
Latihlah otak untuk menjadi kurang peka terhadap pemicu ketakutan yang ada.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR