Kemungkinan lain adalah bahwa kondisi kesehatan seseorang dipengaruhi oleh hormon stres.
Dr Andrew Miller, profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari Emory University School of Medicine yang mempelajari bagaimana stres memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Miller mengatakan, "Penelitian ini memberikan contoh yang sangat konkret tentang bagaimana stres kronis dan dampaknya pada sistem kekebalan tubuh."
Tetapi Miller menegaskan, temuan ini hanya bagian dari gambaran yang lebih luas tentang bagaimana stres memengaruhi tubuh, "Peradangan adalah sebuah proses di dalam tubuh yang penting untuk memerangi infeksi dan penyembuhan luka.
Baca Juga : 5 Kesalahan Saat Makan Siang yang Berbahaya, Nomor 3 Sering Dilakukan!
Oleh karena itu, induksi peradangan oleh stres adalah cara bagi tubuh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi serangan penyakit," tambah Miller.
Meski begitu peneliti menegaskan bahwa hubungan antara stres psikologis kronis dan peradangan tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
Tingkat stres yang tinggi juga meningkatkan kadar kortisol dan memicu respons fight-or-flight dalam tubuh.
Kortisol berlebih juga memicu mual, denyut jantung cepat, sesak napas, sakit kepala, dan reaksi fisik lainnya.
Baca Juga : Ini Pencegahan dan Pengobatan Payudara dan Puting Gatal Saat Menyusui
Ini mungkin menjelaskan mengapa kita merasa sakit secara fisik ketika sedang khawatir atau cemas akan sesuatu.
Biasanya, respons ini menghilang ketika kadar kortisol kembali normal.
Tetapi jika Moms terus-menerus stres, levelnya tetap tinggi - yang bukan kabar baik untuk kesehatan.
Source | : | Kompas.com,Medical Daily |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR