Bila pasien memang tidak dapat disembuhkan, maka dokter harus berfokus untuk mempertahankan kualitas hidupnya dan mengontrol penyakitnya.
“Pasien punya pilihan untuk percaya atau tidak. Jika pasien percaya, dia meletakkan perawatannya di tangan dokter dan dokter akan melakukan yang terbaik untuknya. Namun, dia juga bisa mencari dokter lain. Jadi, yang paling penting adalah, apakah ada kepercayaan dalam interaksi,” kata Dr Ang.
Dr Ang mengaku telah memberikan pilihan kepada Djap untuk perawatan kankernya sambil memberikan dukungan yang kuat untuk psikologisnya.
“Ada banyak cara menangani pasien. Kalau aku sangat sederhana. Seandainya pasien ini adalah saudara atau ayah saya, bagaimana cara terbaik supaya dia tetap hidup. ‘Sebagai dokter, karena aku bukan Tuhan, inilah yang terbaik untuk Anda,” ujar Dr Ang.
Ternyata, hasilnya sangat baik. Setelah tiga kali kemoterapi, kanker Djap mulai tidak terlihat, dan setelah kemoterapi ke empat, Djap sehat hingga sekarang.
Dr Ang menuturkan, Anda mungkin tanya, kok bisa Djap hidup, tapi pasien lain dengan perawatan yang sama (malah) mati?
Ada tiga faktor yang menentukan hidup dan mati: komponen medis atau dokter, komponen pasien, dan komponen Tuhan.
Untuk komponen pertama, pertanyaannya adalah apa kemajuan sains dalam menangani penyakit ini, dan apakah dokter telah menggunakan dosis dan perawatan yang tepat?
Komponen kedua adalah pasien dan dukungan keluarganya.
“Pasiennya sendiri harus memiliki mental yang kuat. ‘Saya tidak mau mati. Saya akan terus melawan dan terus hidup. Saya sebenarnya tidak nafsu makan, tapi akan saya paksa karena saya mau sembuh. Meskipun saya lelah, saya terus latihan supaya sembuh.’,” jelas Dr Ang.
Lalu, bagaimana bila seseorang tidak seberuntung Djap dan tidak memiliki dukungan keluarga yang kuat?
Maka seseorang tersebut bisa mencari layanan seperti CanHope dari PCC yang menyediakan konseling dan mengadakan aktivitas bersama support group, serta memberikan saran terkait asupan nutrisi, rehabilitasi, dan edukasi terkait penyakit kanker.
Source | : | Instagram,WebMD,Livestrong,nakita,cancer |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR