Nakita.id - 90% keguguran pada kehamilan trimester pertama disebabkan masalah konsepsi, seperti adanya kelainan kromosom dan sebagainya, bukan karena aktivitas fisik.
Nah, dari data tersebut kita bisa melihat, untuk apa ibu hamil membatasi diri dalam beraktivitas.
Apalagi kita tahu, kehamilan itu bukan kelainan atau penyakit. Kondisi Moms yang sedang hamil adalah normal.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Aktivitas Fisik Tak Membuat Ibu Hamil Keguguran, Ini Faktanya
Jadi beraktivitaslah seperti biasa, tidak perlu ragu dan takut.
Jika biasa kerap naik tangga, silahkan melakukan itu. Begitu juga jika biasa menyetir mobil sendiri.
Untuk lebih puasnya, berikut beberapa aktivitas fisik yang sering dipertanyakan para ibu hamil, yang langsung ditanggapi dan dijelaskan oleh dr. Didi Danukusumo, Sp.OG, dari RSB Panti Nugraha, Jakarta.
* Naik tangga
Naik tangga diyakini sebagai salah satu yang sering dianggap sebagai pencetus keguguran atau bayi lahir prematur.
Masalah bisa terjadi jika selama atau setelah beraktivitas naik turun tangga tersebut kondisi ibu malah tidak fit. Tandanya, ibu hamil sampai terengah-engah yang merupakan tanda kekurangan oksigen. Akibatnya, aktivitas yang satu ini memang dapat mengundang kontraksi.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Ciri Moms Berisiko Terkena Diabetes Gestasional
Sebaliknya, kalau naik tangga dilakukan secara pelan-pelan dan tak menguras tenaga, tentu aktivitas ini tak mengundang masalah.
Memang sekalipun 90% penyebab keguguran di triwulan pertama akibat faktor genetik, tapi di triwulan ketiga ibu hamil tetap harus lebih berhati-hati.
* Menyetir mobil
Bukti ilmiah bahwa menyetir dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan memang tak ada.
Namun secara logika, menyetir memang berisiko bagi ibu hamil.
Selain kondisi perut yang makin besar sehingga menyulitkan, menyetir juga bisa menimbulkan kelelahan psikis atau stres, terutama bila terjebak macet di jalan.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Begini Pola Makan Sehat Bagi Ibu Hamil dengan Diabetes Menurut Dokter!
Sementara kondisi stres tentu saja dapat memicu kontraksi. Akibatnya, si janin bayi bisa lahir sebelum waktunya.
Kalaupun ingin tetap menyetir, perhatikan benar posisi setir agar tak menekan perut. Selain itu, jok atau tempat duduk mesti nyaman dan posisi kaki tak boleh menggantung.
Agar perut tak tersenggol oleh setir ada baiknya pasangi bantal di depan perut yang akan berfungsi sebagai peredam. Selain itu, pilihlah sabuk pengaman yang baik, yakni yang bersifat elastis dan dapat mengikuti gerak dan bentuk tubuh sekaligus bila mobil direm mendadak sabuk ini mampu menyentak ke belakang tanpa mengganggu kandungan.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Perempuan Ini Rutin Minum Urine Anjing Agar Cantik, Ini Kata Dokter!
* Berdiri terlalu lama
Saat hamil terjadi pelebaran di seluruh pembuluh darah akibat pengaruh hormon progesteron.
Akibatnya, banyak ibu hamil mengalami varises, gusi berdarah, atau penurunan tekanan darah (hipotensi).
Nah, jika si ibu hamil yang mengalami hipotensi berdiri terlalu lama tentu bisa berdampak buruk. Pusing dan pandangan yang gelap karena suplai darah ke otak berkurang bisa saja terjadi.
Dampak selanjutnya ibu bisa terjatuh dan mengakibatkan trauma pada kandungannya.
Masalahnya, tak ada patokan berapa lama waktu maksimal ibu hamil boleh berdiri. Hanya yang bersangkutan yang dapat mengetahuinya. Kalau sudah merasa pusing, gelap dan sebagainya, ibu hamil disarankan mencari tempat yang nyaman untuk duduk atau beristirahat sejenak.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Ini Cara Merawat Jantung Anak Agar Tetap Sehat Menurut Dokter!
* Mengenakan sepatu berhak tinggi
Sayangnya masih ada saja ibu hamil yang terlalu lama berdiri sambil menggunakan sepatu berhak cukup tinggi.
Padahal dengan kondisi perut besar, penggunaan sepatu hak tinggi tentu berbahaya karena mengganggu konsentrasi titik berat badan atau keseimbangan badan yang sedang condong ke depan. Akibat selanjutnya si ibu bisa terjatuh.
Jadi sebaiknya, gunakan sepatu berhak rendah karena sangat membantu menghindari risiko terjatuh. Mengenakan sepatu hak tinggi boleh-boleh saja, asalkan sambil duduk.
* Menempuh perjalanan jauh
Perlu diketahui, semua aktivitas fisik yang dilakukan ibu hamil sebenarnya berisiko terhadap kandungan. Persoalannya, seberapa aktif si ibu sampai kemudian mengganggu janin yang dikandungnya.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Kopi Tidak Mencegah Kejang Pada Anak, Justru Sebabkan Masalah Kardiovaskular!
Sering pula dipertanyakan soal perjalanan jauh, apakah boleh atau tidak bagi ibu hamil. Yang jelas ibu hamil jangan terlalu capek karena kelelahan dapat memicu kontraksi lebih dini.
Selain itu, dalam konteks perjalanan jauh ini, ibu hamil jangan sampai kekurangan cairan atau dehidrasi. Kenapa? Karena otot rahim dapat mengerut yang akan menyebabkan kontraksi.
Kalaupun ibu hamil berniat menempuh perjalanan jauh, sebaiknya siapkan cadangan minuman dan sebelumnya pun banyak minum.
Secara ilmiah, kebutuhan minum ibu hamil adalah 1,5 liter per 24 jam.
Jadi, kuncinya tak lain adalah banyak minum walaupun risikonya nanti bakal sering buang air kecil yang kadang dianggap merepotkan.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Ini Cara Merawat Jantung Anak Agar Tetap Sehat Menurut Dokter!
Disarankan pula untuk berhenti sejenak dan beristirahat setiap kali ibu hamil merasa lelah.
Naik pesawat boleh-boleh saja asalkan bukan untuk perjalanan jauh yang menempuh waktu berjam-jam lamanya.
Hindari pula bepergian menggunakan pesawat pada trimester ketiga kehamilan. Berdasarkan pertimbangan medis, kandungan berusia 36 minggu tak boleh bepergian naik pesawat atau kapal karena dikhawatirkan kelahiran bisa terjadi setiap saat selama perjalanan.
* Tidur siang
Prinsipnya, ibu hamil mesti istirahat cukup dan dianjurkan tidur 8 jam sehari.
Sayangnya, ada pendapat yang melarang ibu hamil tidur siang. Konon katanya dengan tidur siang bayinya akan berlemak.
Tentu saja itu mitos belaka. Bukankah bayi berlemak merupakan sesuatu yang normal karena selama berada dalam rahim dia memang dilapisi lemak supaya tahan terhadap perubahan suhu.
Baca Juga : Berita Kesehatan Bayi: Penyebab Gerakan Bayi Kurang Aktif dalam Kandungan
Jadi, bayi berlemak justru menguntungkan dan bukan karena ibunya banyak tidur atau malas.
* Berhubungan seksual
Menurut kajian ilmiah, sebenarnya tak terbukti aktivitas seksual membahayakan ibu hamil.
Lain hal jika pada ibu hamil yang berisiko, seperti pernah mengalami keguguran berulang dan sebagainya.
Memang ada zat di dalam sperma yang dapat menyebabkan kontraksi sebelum waktunya.
Namun hubungan seksual baru dikatakan membahayakan jika dilakukan dengan frekuensi cukup sering dan gerakan yang kelewat "panas".
Baca Juga : Berita Kesehatan: Ketombe Kepala Berlebihan? Waspadai Psoriasis, Penyakit Autoimun Berbahaya!
Itulah mengapa suami diharapkan mengerti kondisi istri yang sedang hamil.
Kurangi frekuensi hubungan seks dan lakukan dengan hati-hati, terutama bagi mereka yang memiliki risiko kehamilan tinggi.
Kalaupun hubungan seks tetap ingin berlangsung secara rutin, suami dianjurkan menggunakan kondom untuk mengurangi efek zat pada sperma.
Selain itu, kondom juga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi.
Asal tahu saja, bayi yang lahir prematur sebagian besar disebabkan adanya infeksi.
* Berolahraga
Yang jelas, ibu hamil harus tetap menjaga kebugaran dan kesehatan badannya.
Salah satunya adalah dengan olahraga yang tak mengandung gerakan menghentak dan tak menguras tenaga.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Orangtua di AS Dilarang Bicarakan Bobot Tubuh Anak, Ini Alasannya!
Secara obyektif, seseorang dapat diketahui dalam kondisi normal atau tidak melalui tes bicara.
Kalau setelah berolahraga bicaranya ternyata terengah-engah, itu menandakan kapasitas oksigennya kurang. Kalau aktivitas bicaranya masih terdengar jelas dan tak megap-megap berarti masuk kategori normal.
Yang dianjurkan adalah olahraga ringan, semisal jalan kaki dan berenang, serta senam hamil pada kehamilan trimester ketiga.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Begini Aturan Mandi Bagi Bayi dengan Kulit Sensitif
Sebaiknya hindari aktivitas olahraga yang tergolong berat atau seperti aerobik, tenis, joging dan sebagainya, apalagi dengan porsi berlebih.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR