Jangan Abaikan Kram Kaki Saat Tidur, Jika Dibiarkan Terus Menerus Bisa Picu Penyakit Serius!

By Poetri Hanzani, Sabtu, 5 Januari 2019 | 16:27 WIB
Ilustrasi kram kaki (12963734)

Nakita.id - Pernahkah Moms dan Dads mengalami kram kaki saat tidur?

Kondisi ini tentu tidak nyaman dan membuat kaki terasa sakit untuk digerakkan.

Kram kaki yang menimbulkan rasa sakit itu sebenarnya dipicu oleh kejang dan menggembungnya otot-otot, yang biasanya terjadi di betis, kata Michael Jaffee, M.D., ahli saraf di University of Florida Health, dilansir dari laman menshealth.com.

"Ini bisa berlangsung dari detik hingga menit, dengan rata-rata sembilan menit, diikuti dengan beberapa jam rasa sakit dan kemungkinan ketidaknyamanan selama dua hingga tiga hari," tambahnya.

Baca Juga : Kram Kaki Bisa Menjadi Tanda Peringatan Menjalani Diet yang Salah!

Bahkan, menurut American Academy of Family Physicians sekitar 60 persen orang Amerika melaporkan mengalami kram kaki yang sering terjadi di malam hari.

"Bentuk paling umum dari dianggap idiopatik, artinya tidak diketahui penyebabnya," kata Dr. Jaffee.

Tetapi ada banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akar penyebabnya.

Salah satu penyebab paling umum adalah dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit (mungkin karena olahraga).

Namun, sebuah studi yang diterbitkan dalam Sports Health tahun 2010 tidak menemukan hubungan tersebut.

Menurut Christopher Hogrefe, M.D., asisten profesor bedah ortopedi di Northwestern Medicine mengatakan, kemungkinan ada penyebab struktural, seperti kaki datar atau masalah sirkulasi,  duduk yang terlalu lama, atau duduk dalam posisi yang tidak semestinya, sehingga membuat sirkulasi darah pada kaki tidak lancar.

Selain itu, obat-obatan juga bisa menjadi penyebab kram kaki.

"Beberapa obat, termasuk diuretik, obat asma, dan statin untuk kolesterol juga dipercaya menyebabkan kram kaki," ungkap Dr. Hogrefe.

Namun jika terus diabaikan, kram kaki bisa menjadi sangat serius.

Baca Juga : Kiat Tenang Belanja dan Berteman, Ini Trik Hindari Penipuan Online

Bahkan dapat dikaitkan dengan gangguan neurologis, termasuk penyakit otot (miopati), penyakit saraf (neuropati), penyakit neuron motorik (ALS), dan penyakit Parkinson, kata Dr. Jaffee.

Meski penyebab kram kaki masih belum diketahui secara pasti, beberapa ahli percaya adanya peningkatan selama musim panas dibandingkan dengan musim dingin bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Studi yang dilakukan pada tahun 2015 di University of Alberta menemukan, gejala kram kaki dapat meningkat di musim panas.

Mengatasi kram kaki bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya harus meregangkan otot kaki yang kram sehingga merasa lebih baik.

"Harus dengan kuat meregangkan otot yang terkena. Jika betis kejang, arahkan jari-jari kaki yang sakit ke arah kepala sambil menjaga lutut tetap panjang," kata Dr. Jaffee.

Tidak hanya itu, adapun cara lainnya dengan mandi air hangat atau mandi air dingin.

Baca Juga : Liburan ke Jepang, Billy Syahputra dan Kekasihnya Disebut seperti Gembel, Hilda Vitria Sampai Jadi Pusat Perhatian Warga!

Pastikan pula Moms tetap terhidrasi dengan banyak minum air putih.

Moms juga bisa mencoba minum jus acar untuk menghilangkan kram di kaki.

Minum jus acar dalam waktu 35 detik dapat mengurangi kram kaki 40 kali lebih cepat daripada minum air.

Ini karena jus acar memicu refleks di daerah di tenggorokan, dan mengurangi neuron yang terlibat dalam kram otot.

Sementara itu, kram kaki dapat dicegah dengan olahraga dan meregangkan otot di bagian belakang kaki.

"Jaga agar telapak kaki rata dan kaki lurus dan condong ke depan dengan tangan terulur ke atas dengan telapak tangan mendorong ke dinding," papar Dr. Jaffee.

Adapun langkah lainnya yaitu tetap terhidrasi, bersepeda statis selama beberapa menit sebelum tidur pada kecepatan yang rendah, hingga konsumsi suplemen mineral dan vitamin (B kompleks dan vitamin E).

Baca Juga : Gading Diisukan Kencan dengan Julie Estelle, Ternyata Pacar Julie yang Asli Adalah Mantan Kekasih Maia Estianty!

Jika kram kaki terjadi secara berulang dan semakin parah, maka segera periksa ke dokter untuk mengetahui lebih lanjut apakah terkait dengan masalah metabolisme atau neurologis yang mendasarinya.