Selalu Setia Pada Pasangan Cegah Penyakit Menular Seksual yang Bahayakan Ibu dan Janin

By Soesanti Harini Hartono, Sabtu, 21 April 2018 | 20:22 WIB
Setia pada pasangan adalah kunci menghindari penyakit menular seksual yang dapat membahayakan organ reproduksi perempuan. (Thinkstock)

Nakita.id.- Setiap hari, lebih dari satu juta orang terjangkit PMS alias penyakit menular seksual.

Data dari UNAIDS 2013 mencatat, setiap tahun terdapat sekitar 500 juta orang mengidap salah satu dari empat penyakit menular seksual, yaitu klamidia, gonore, sifilis, dan trikomoniasis.

WHO dan UNAIDS memperkirakan, lebih dari 35,3 juta orang terinfeksi HIV di seluruh dunia dan 90% dari mereka berada di negara berkembang .

Beberapa PMS dapat meningkatkan risiko penularan human immunodeficiency virus (HIV) sebanyak tiga kali lipat atau lebih. Disamping itu, PMS ternyata membawa pengaruh besar bagi kesehatan seksual dan repoduksi di seluruh dunia (WHO, 2014).  BACA JUGA: Hati-hati! Kondom Tidak Menjamin Penggunanya Terbebas Dari Infeksi PMS

Menurut dr. Ivan Sini SpOG dari RS Bunda, PMS merupakan infeksi yang disebarkan lewat hubungan seks dengan seseorang yang memiliki PMS juga.

Seseorang bisa terkena PMS dari aktivitas seksual yang melibatkan mulut, anus, ataupun vagina.

Celakanya lagi, PMS bisa hadir tanpa gejala awal, semisal klamidia. Jikapun ada gejala, biasanya hanya berupa demam ringan, nyeri bawah perut yang kronis atau keputihan yang khas.

Namun, ada juga beberapa PMS yang mempunyai gejala walau tidak terlalu kentara, seperti trikomoniasis dan gonore. Bila terdiagnosis mengidap PMS ini, dokter akan melakukan pengobatan dengan antibiotik.

Pada tahap yang sudah lanjut, PMS bisa memunculkan gejala, seperti benjolan/luka/kuti di dekat mulut, anus, penis/vagina, pembengkakan atau kemerahan dekat penis/vagina, ruam kulit, nyeri usai buang air kecil.

Gejala lain berat badan turun drastis akibat diare berkepanjangan, berkeringat pada malam hari, gatal-gatal, nyeri, demam, dan menggigil, kulit terlihat kuning.

Pada perempuan, vagina berbau tidak sedap dan muncul keputihan yang tidak wajar (berwarna kehijauan pekat dan berbau menyengat), perdarahan dari vagina, nyeri saat berhubungan seks dan gatal patal pada area vagina.

BACA JUGA: Ini Dia 6 Cara Asyik Mengganti Popok Bayi Agar Moms Tak Kerepotan

PMS dapat menjadi penyebab infertilitas, terutama pada perempuan, dengan cara memengaruhi kemampuan fungsi motilitas tuba fallopi (saluran telur). Akibatnya, sperma atau ovum (sel telur) tak bisa melalui saluran ini dengan baik.

Sekitar 10—40% perempuan yang terinfeksi klamidia, akhirnya menderita radang panggul.

Pasca-infeksi, perempuan mantan  penderita klamidia mungkin saja didiagnosis mengalami kerusakan tuba fallopi.

Diduga, hal ini berkontribusi terhadap 30—40% dari keseluruhan kasus ketidaksuburan pada perempuan.

Juga ditemukan, perempuan yang pernah mengalami radang panggul, 6—10 kali lipat lebih berisiko mengalami kehamilan ektopik dibandingkan yang tidak. 

Sementara ibu hamil  yang tertular PMS, tentunya akan berdampak pada janin, dari lahir prematur hingga lahir mati, belum lagi kecacatan yang harus ditanggung oleh si bayi.

Cara paling efektif untuk menghindari penularan PMS adalah tidak berhubungan seks (oral, anal, vaginal) dengan penderita, setia pada pasangan, dan melakukan check up secara teratur. 

BACA JUGA: Lima Perempuan Biasa Menikahi Pangeran Kerajaan, Ada Yang Tak Direstui

Jika PMS tidak atau terlambat diobati, dapat memicu bayi lahir mati (14%) dan kematian neonatal atau kematian bayi lahir hidup dalam rentang waktu 28 hari sejak kelahiran (25%).

PMS juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan keguguran. Bayi yang terpapar berisiko pneumonia berat dan terserang infeksi mata serius (oftalmia neonatorum), yang dapat menyebabkan kebutaan.

Diperkirakan, di seluruh dunia terdapat sekitar 1.000—4.000 bayi baru lahir menjadi buta setiap tahun karena kondisi ini. (*)