Untung Miliaran Rupiah dari Alat Antigen Bekas, Intip Rumah Mewah yang Baru Dibangun Sang Bos

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 2 Mei 2021 | 07:15 WIB
Picandi Mosko Business Manager Laboratorium Kimia Farma untuk wilayah Medan dan keempat rekannya yang ditangkap Polda Sumatera Utara karena melakukan antigen menggunakan alat bekas (dok. Tribunnews.com)

Nakita.id - Kasus pemakaian alat antigen bekas yang terjadi di Bandara Kualanamu Medan, Sumatera Selatan belakangan ini sangat disoroti.

Bagaimana tidak, ada pihak yang sengaja menggunakan kesempatan kurang baik di balik aturan pemerintah terkait pencegahan Covid-19.

Seperti yang kita tahu, pemerintah meminta stasiun dan bandara melaksanakan tes antigen untuk penumpang yang akan bepergian ke luar kota.

Bukan tanpa alasan, syarat tersebut dilakukan untuk menekan angka penularan Covid-19 di Indonesia.

Sayangnya, di Bandara Kualanamu justru terjadi pelanggaran yang cukup besar.

Baca Juga: Enam Petugas Medis Bandara Kualanamu Pakai Alat Rapid Test Bekas, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan

Seharusnya, alat rapid test hanya digunakan sekali pakai.

Dikutip dari Kompas.com, ada enam orang petugas Kimia Farma Diagnostik yang bertugas di Bandara Kualanamu, Medan ditangkap pihak berwajib pada Selasa (27/4/2021).

Penggerebekan bermula dari informasi masyarakat terkait dengan brush yang digunakan untuk rapid test antigen adalah alat bekas.

Dari situ, penyidik melakukan penyelidikan hingga akhirnya dilakukan penindakan.

Selasa (27/4/2021), Plt Business Manager Laboratorium Kimia Farma untuk wilayah Medan yang berinisial Picandi Mosko ditetapkan sebagai tersangka atas penggunaan alat tes antigen bekas.

Picandi Mosko merupakan warga Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Kota Lubuklinggau Sumsel.

Dari hasil tindakannya tersebut, Picandi Mosko berhasil merup untung mencapai Rp1,8 miliar.

Mengutip dari Tribun Sumsel, Picandi Mosko dan timnya berhasil mengantongi keuntungan Rp30 juta per-harinya.

Menurut Picandi, ia nekat melakukan layanan rapid antigen bekas di Bandara Kualanamu Medan Sumatra Utara demi mendapat keuntungan.

"Menggunakan stik swab bekas dan didaur ulang mendapatkan keuntungan," ujar Irjen Pol Panca Putra mengutip dari Tribun Sumsel.

"Tadi kan masih hitung ni, kita hitung dari Desember, perkiraan Rp1,8 (miliar) sudah masuk yang bersangkutan. Tapi kita dalami. Yang jelas ini barang buktinya ada Rp149 juta dari tangan tersangka," lanjutnya.

Dalam satu hari, para oknum berhasil melakukan layanan rapid antigen bekas sekitar 100 sampai 200 penumpang di Bandara Kualanamu.

Baca Juga: Padahal Sudah 2 Kali Positif Covid-19, Maia Estianty Bagikan Hasil Test Swab Terbarunya: 'Habis Ngunjungin Atta Aurel'

Artinya, dalam satu hari para oknum berhasil melakukan tes rapid pada 100 penumpang, maka dalam 3 bulan sudah ada 9.000 penumpang yang memberikan mereka keuntungan.

Dan kini, keuntungan yang mereka dapatkan kabarnya telah dipergunakan Picandi Mosko untuk membangun istana mewah.

Penampakan rumah Picandi yang tengah dibangun pun kini tak lepas jadi sorotan.

Rumah mewah yang sedang dibangun berada di seberang jalan rumah lama Picandi yang berada di Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II.

Rumah dengan lantai 2 saat ini dalam tahap pembangunan.

Terlihat kayu penyangga bangunan masih terpasang dan belum dilepas oleh tukang bangunan.

Sementara itu, di bagian dalam terdapat sebagian relief rumah yang sudah terpasang.

Pembangunan rumah baru Picandi Mosko di Jl Merbau Griya Pasar Ikan Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II Kota Lubuklinggau Sumsel, Jumat (30/4/2021). Pembangunan dihentikan sejak Picandi tersandung kasus antigen daur ulang.

Pagar besi mewah di depan rumah juga sudah selesai dipasang bahkan sudah dicat.

Mengutip sari Tribun Sumsel, menurut penuturan warga sekitar, pembangunan rumah mewah ini dimulai sekitar satu tahun terakhir dan saat ini dihentikan karena Picandi ditetapkan sebagai tersangka.

Hal ini juga disampaikan tukang yang bekerja membangun rumah Picandi.

Baca Juga: Jadi Syarat Perjalanan, Ini Penjelasan Tentang Rapid Test Antigen

"Kami tukang Purwakarta tugasnya cuma membuat relief saja, sementara yang lainnya kami tidak tahu," kata Antoni dan Cecep tukang yang bekerja membangun rumah milik PC, Jumat (30/4/2021), melansir dari Tribun Sumsel.

"Kamis pagi kemarin kami tiba-tiba di stop oleh nenek (ibu PC) alasannya ada musibah, sekarang kami mau mengambil alat yang masih tinggal," ungkapnya.

Mereka mengungkapkan terakhir melihat istri PC saat perayaan ulang tahun anaknya, kemudian setelah itu mereka tidak melihat lagi, informasinya telah pergi.

"Istrinya sudah pergi katanya ke Padang tapi kami juga tidak tahu kemana," paparnya.

Sementara terakhir mereka bertemu dengan PC dua pekan lalu saat ulang tahun anaknya, selama bekerja dengan PC tidak ada masalah, termasuk pembayaran gaji selalu lancar.

"Kalau tidak salah hari Sabtu kami (tukang) diajak makan bersama terakhir ketemu ulang tahun anaknya, untuk gaji tidak pernah ada masalah karena sistem transfer," jelasnya.