Hasil Riset: Genetika dan Kadar Insulin Dalam Tubuh Ternyata Pengaruhi Keberhasilan Diet!

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 26 Februari 2018 | 20:26 WIB
Genetika dan kadar insulin dalam tubuh memengaruhi keberhasilan diet. ()

 

Nakita.id.- Jika Moms sedang berencana diet, pasti akan dibombardir  oleh berita tentang tren penurunan berat badan yang sedang marak.

Ada beragam testimoni bahwa mereka turun bobotnya dengan sangat cepat dan banyak karena mengikuti pola diet rendah karbohidrat.

Di kelompok lain, mereka mengklaim berat badan turun secara ekstrem akibat mengurangi makanan berlemak.

Pertanyaan yang tak terelakkan kemudian muncul dalam benak Moms, apakah  akan mengikuti yang rendah karbohidrat atau condong ke rendah lemak?

Mungkin Moms kesulitan membuat pilihan sendiri saat Moms bertekad ingin menurunkan berat badan.

Sejujurnya Moms, belum ada jawaban yang jelas tentang diet apa yang paling baik - dan untuk siapa.

BACA JUGA: Ungkap Makna Tentang Jodoh, Rayi Putra 'RAN' Membuat Warganet Kagum 

“Kehilangan berat badan tidak sesederhana mengurangi secara dramatis asupan kelompok makanan tertentu. Jadi hasil pada setiap orang berbeda-beda,” kata Jessica Migala, editor nutrisi dan kesehatan di situs everydayhealth.com.

 

Migala lalu mengutip sebuah penelitian baru  yang diterbitkan pada bulan Februari 2018 di jurnal JAMA.

Penelitian itu menemukan bahwa orang-orang yang mengikuti diet rendah lemak atau rendah karbohidrat kehilangan berat badannya masing-masing - masing-masing 11,6 kg dan 13,2 kg - setelah satu tahun.

Periset mengatakan perbedaan ini tidak signifikan, jadi apa dan mana yang dinilai lebih baik?

Dalam penelitian itu, para peneliti merekrut 609 lelaki dan perempuan dewasa yang sehat, kelebihan berat badan, atau obesitas untuk penelitian ini.

Sepanjang tahun, setiap peserta menghadiri 22 sesi  yang ditujukan untuk mengajarkan mereka cara makan yang sehat rendah lemak atau rendah karbohidrat, tergantung pada kelompok pilihan mana mereka berada.

Setiap peserta memulai dengan membatasi lemak dan karbohidrat sampai 20 gram per hari selama dua bulan pertama.

Setelah itu, mereka menambahkan lemak atau karbohidrat kembali ke makanan mereka dalam jumlah kecil sampai mereka sampai pada tingkat yang mereka rasa berkelanjutan.

BACA JUGA: Keputihan Menggangu Kenyamanan? Atasi dengan Cara Mudah Ini!  

Penurunan berat badan yang sama antara kelompok bukanlah satu-satunya cerita.

Karena penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang kehilangan jumlah berat yang sangat berbeda pada berbagai makanan-

dan tidak ada satu diet yang bekerja untuk semua orang - periset menetapkan untuk melihat apakah susunan genetik seseorang atau sekresi insulin dapat memprediksi keberhasilan diet.

"Kami mencoba untuk menentukan apakah kita dapat menjelaskan variabilitas masif sebagai reaksi  dalam setiap diet, daripada mencoba untuk menemukan apakah satu diet adalah 'makanan terbaik'," kata peneliti utama Christopher Gardner, PhD, profesor kedokteran di Stanford Universitas di California.

Penelitian itu juga ingin menggali lebih jauh, apakah genetika maupun sekresi insulin membuat perbedaan pada hasilnya.

Yang menarik dari penelitian ini adalah bagaimana peneliti menyarankan peserta untuk makan.

Meskipun tampaknya rendah lemak dan rendah karbohidrat adalah dua pendekatan makan yang sangat berbeda, partisipan selalu diminta untuk makan lebih banyak sayuran, dan mengurangi penambahan gula, tepung halus, dan lemak trans.

BACA JUGA: Konsumsi Kurma Setiap Hari, Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh

Kualitas makanan juga ditekankan, termasuk sesedikit mungkin mengonsumsi makanan olahan dan mendorong konsumsi lebih banyak di masakan rumahan.

Masing-masih kelompok dikurangi asupannya hingga 500 sampai 600 kalori per hari.

Penelitian itu sedikit banyak membuktikan, pada akhirnya, setiap orang akan memilih rencana makannya sendiri dengan menyesuaikan asupan lemak dan karbohidrat.

Temuan tersebut tampaknya lebih merupakan bukti bahwa diet yang bekerja baik pada si A, belum tentu berhasil pada si B.

Gardner mengatakan, kepribadian, kebiasaan dan perilaku, serta gaya hidup akan memengaruhi. Jadi  tidak ada satu diet yang sempurna untuk semua orang.

BACA JUGA:  Berat Badan Artis Korea Ini Hanya 43 kg - 48 kg, Penggemarnya Khawatir

Jadi, apa yang membuat kita berhasil dalam diet? Konseling gizi dan pendidikan dari ahli diet terdaftar kemungkinan memainkan peran penting, kata Samantha Heller, RDN, ahli gizi klinis senior di NYU Langone Medical Center di New York City.

Heller mencatat bahwa penelitian ini mendukung apa yang dia lihat dalam praktiknya - bahwa orang secara keseluruhan lebih cenderung menurunkan berat badan saat mendapatkan bimbingan dan bantuan dari para profesional.  

"Mereka membutuhkan dukungan, instruksi, dan gagasan tentang bagaimana menerapkan strategi makan yang benar, bukannya mengurangi ini-itu," katanya. 

Heller juga menunjukkan bahwa penelitian tersebut menekankan memilih makanan berkualitas tinggi, yang mungkin merupakan alasan lain di balik kesuksesan para peserta, dan bukan diet spesifik.  

"Bila kita memperbaiki keseluruhan kualitas makanan, kita dengan sendirinya akan mengurangi kalori dan menurunkan berat badan," Heller menambahkan. 

Intinya, alih-alih menjalani diet rendah lemak atau rendah karbohidrat, Heller merekomendasikan untuk memilih rencana makan - bukan diet - yang seimbang, sehat, berkelanjutan, dan kebanyakan berbasis sayuran/buah. 

Heller merekomendasikan pola makan yang mempromosikan kesehatan dan penurunan berat badan yang sehat, yaitu diet Mediterania, diet DASH, dan diet vegetarian.

Kesamaan diet ini meliputi penekanan mengonsumsi pada biji-bijian, kacang-kacangan, lemak sehat, buah dan sayuran serta protein.

"Ini bukan pesan yang seksi, intens, atau ekstrem.Tapi kita melihat bahwa orang-orang yang mengadopsi jenis pola makan ini cenderung lebih sehat." (*)