Anak 13 Tahun Depresi Setelah HP-nya Dijual Orang Tua, Pemerintah Sampai Turun Tangan

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Jumat, 17 Mei 2024 | 11:30 WIB
Bocah 13 tahun depresi setelah HP-nya dijual orang tua (IG Pratiwi Noviyanti)

Nakita.id - Belum lama ini, berita depresinya seorang anak berusia 13 tahun viral di media sosial.

Bocah asal Kota Cirebon, Arya (13) yang tinggal di Kampung Gunungsari Bedeng, RT.4/7, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon belakangan ini viral di media sosial.

Dia diduga mengalami depresi berat lantaran ponselnya dijual orangtuanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Bahkan, anak bernama lengkap Arya Randi Pratama itu nekat ingin mengakhiri hidup lantaran ponselnya dijual.

Faktor ekonomi menjadi alasan sang ibu menjual HP milik anaknya tersebut.

Usai ramai diperbincangkan, sejumlah pihak pun bergerak mencari tahu apa penyebab dari kisah pilu itu.

Berikut sejumlah fakta yang telah dihimpun TribunJakarta.com.

Depresi sejak September

Menurut pengakuan ibu Arya, Nita, anaknya itu sudah tidak menentu kondisinya sejak bulan September 2023. 

Arya seringkali melamun sendirian. 

Ia bahkan bisa tiba-tiba marah, berteriak hingga menendang barang hingga rusak. 

Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Mengalami Depresi?

Nita awalnya mengira tindakan Arya hanyalah kenakalan biasa.

Diketahui Arya adalah anak sulung yang duduk di bangku kelas VI SD, sementara sang adik kelas III SD. Anak bungsu Nita berusia dua tahunan. 

Di rumahnya yang berisi dua kamar tidur itu, ada tiga keluarga.

Nita tinggal bersama tiga anaknya, kakek dan nenek Arya, serta bibi Arya dan dua anaknya.

Adapun bapak Arya merantau ke luar Cirebon sebagai buruh bangunan.

"Saya enggak bisa mantau Arya. Saya punya anak balita," ujarnya seperti dikutip Kompas.id. 

Gara-gara HP dijual

Belakangan Nita pun mengetahui perilaku A yang seketika berubah lantaran ponselnya telah dijual. 

Arya kesal dan kecewa dengan ibunya yang menjual hp yang telah dibelinya dengan usahanya sendiri, melalui menabung.

"Dia kesal karena punya tabungan yang dibelikan HP, terus saya jual (HP-nya). Mungkin (dia) enggak berani marah sama saya, jadi emosinya ke sana dan tendang barang-barang," jelas Nita. 

Nita mengaku sudah meminta izin Arya untuk menjual ponselnya. 

Baca Juga: Lebih Banyak Bahayanya Ketimbang Manfaatnya, Pola Asuh Otoriter Ternyata Berisiko Bikin Anak Depresi dan Mengalami Penyakit Mental Saat Dewasa

Namun, sang ibu tak menyangka, amarah anaknya begitu besar. 

Menurut Nita, Arya sering memakai ponsel itu untuk bermain gim dan belajar daring. 

Namun, karena desakan ekonomi, Nita meminta izin Arya untuk merelakan ponselnya dijual. 

"Saya jual HP itu karena bingung. Saya enggak kerja, enggak jualan, terus suami juga waktu itu sudah delapan bulan enggak ngasih nafkah. Jadi, saya bingung. Ada barang itu saya jual buat makan sehari-hari," ujarnya sambil menangis. 

Sempat hilang dari rumah

Merasa teramat kecewa lantaran ponselnya dijual, kondisi Arya menjadi-jadi. 

Ia sering memukul kepalanya dan mengamuk di sekolah. 

Teman-temannya merasa takut terhadapnya. 

Semenjak itu, Nita tak mengizinkan Arya untuk bersekolah. 

"Kalau kayak gini teman-temannya pada ketakutan atau ada yang bully gitu," ujarnya. 

Arya yang baru dua bulan naik kelas VI pun akhirnya putus sekolah. 

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental Anak Stunting dan Perhatian yang Harus Diberikan

Ia sempat beberapa kali kabur dari rumah tanpa memberitahu sang ibu. 

Terhitung, sudah dua puluh kali ia kabur. 

"(Dia) bilang tuh ada 20 kali. Cuma sejauh-jauhnya, Arya hilang di Kuningan. Itu juga ditemukan setelah laporan," terangnya. 

Kala itu, A diketahui setelah aparat RW memasukkan info anak hilang di salah satu Grup Facebook Komunitas Orang Cirebon. 

Arya dijemput di Kuningan, sekitar 40 kilometer dari rumahnya. 

Telapak kakinya ada yang melepuh. Ternyata, Arya berjalan tanpa alas kaki.

Pihak pemerintah turun tangan

Berbagai pihak telah turun tangan usai kasus Arya viral. 

Salah satunya dari pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon yang mendatangi rumah Arya di Kampung Gunungsari Bedeng, RT.4/7, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.

Perwakilan rombongan tersebut berinteraksi dengan Arya yang didampingi ibunya. Namun tak lama berinteraksi, Arya terlihat mengamuk.

Arya menangis melihat banyak orang berdatangan ke rumahnya yang titiknya berada di dalam gang padat penduduk.

Baca Juga: Study Tour Ternyata Selama Ini Timbulkan Pro Kontra Orang Tua Murid, Mulai Muncul Berbagai Larangan

Informasi yang diterima, Arya hendak diajak berkeliling sebagai salah satu upaya menenangkan kondisi Arya.

Ketika kumat, Arya kerap mengamuk dan merusak sejumlah barang yang ada di dalam rumah.

Namun ajakan itu ditolak Arya, sehingga rombongan yang dipimpin Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih itu meninggalkannya dengan membiarkan Arya tenang di dalam rumah oleh ibunya.

Ade mengatakan, kondisi yang dialami oleh Arya menjadi perhatian oleh seluruh pihak, tak terkecuali Disdik Kota Cirebon.

Hasil kunjungannya ke rumah Arya, Ade menyebut Arya awalnya terlihat baik dan cerdas dalam pelajaran dari kelas I hingga kelas VI.

Namun usai dua bulan menginjakkan kaki di kelas VI pada Agustus 2023 lalu, anak pertama dari pasangan Alipyanto dan Siti Anita itu mengalami masalah psikologis yang bermula dari permasalahan internal keluarga, terutama berkaitan dengan masalah ekonomi.

Menurut informasi dari pihak RT dan RW setempat, kata Ade, Arya kesal dan kecewa dengan ibunya yang menjual hp yang telah dibelinya dengan usahanya sendiri, melalui menabung.

"Kami juga tidak bisa menyalahkan ibunya pada akhirnya, hanya mungkin kesedihan si anak ini tidak bisa diluapkan, karena Arya termasuk orang pendiam," ujar Ade saat diwawancarai media, Senin (13/5/2024).

Meskipun berbagai bantuan sosial seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Indonesia Pintar (PIP), dan Program Keluarga Harapan (PKH) telah diberikan oleh pihak terkait, termasuk bantuan dari kelurahan dan warga, namun penanganan terkait masalah psikologis dan mental Arya memerlukan pendekatan yang lebih khusus.

Ade juga menekankan pentingnya terapi yang berkelanjutan dan kontinyu untuk membantu Arya pulih dari kondisinya saat ini. Meskipun demikian, ia menyatakan optimis bahwa masih besar kemungkinan Arya bisa kembali ke kondisi semula.

"Saya memperhatikan masih besar kemungkinan Arya bisa kembali ke sedia kala," ucapnya.

Baca Juga: Bahaya Mengabaikan Gejala Stunting, Termasuk Kesehatan Mental

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Fakta Baru Anak Depresi di Cirebon Gara-gara HP Dijual Ibu: Sempat Kabur Sejauh 40 KM, Jalan Nyeker