Fenomena Pernikahan di Bawah Umur Berisiko Kematian di Usia Belia dan Berbagai Dampak Lainnya, Bagaimana Pencegahannya?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 12 September 2018 | 07:06 WIB
Ilustrasi pernikahan di bawah umur (Tribunnews)

Mereka tidak memiliki kebebasan dalam berpartisipasi dan berkegiatan dalam bermasyarakat yang akan berpengaruh bagi mental dan fisiknya.

Pada akhirnya, mereka yang hamil karena pernikahan dini akan lebih rentan terisiko mengalami HIV / AIDS bahkan kematian.

Mereka juga akan lebih depresi karena berbagai tekanan mental yang harus dirasakan sehari-hari.

Mereka sangat berpeluang kecil untuk melanjutkan hidup bahkan hidup dengan bahagia, meski berkecukupan secara ekonomi.

Dalam hal ini, menikah yang merupakan norma sosial dan bahkan adat-istiadat menjadi muncul diskriminasi gender.

Terus mendorong anak-anak berusia belia memiliki pemikiran bahwa menikah di bawah usia 18 tahun merupakan hal yang wajar dan juga tidak memiliki pengaruh besar, melihat keadaan dan lingkungan sosialnya.

Meski jumlah yang telah dijelaskan tadi termasuk besar, pernikahan di bawah umur mengalami penurunan hingga 15 persen dalam dekade terakhir.

Tetapi, UNICEF terus melakukan upaya untuk mengakhiri praktik dan kebiasaan salah ini untuk mencapai target Sustainable Development Goals yang harus segera terealisasi.

Berbagai alasannya berakhir pada garis lurus, bahwa lain karena alasan ekonomi keluarga, sehingga anaknya dinikahkan dengan orang yang memiliki segi materi lebih baik.

Juga untuk mengurangi beban perekonomian keluarga bahkan diharapkan dapat membantu ekonomi keluarga.

Baca Juga : Percepat Pernikahan dengan Persiapan 20 Jam, Mempelai Pria Meninggal 13 Jam Setelah Menikah

Tentu hal ini bukan hal mudah bagi mereka, terutama perempuan.

Sebagaimana mestinya mereka harus menikmati masa mudanya, justru terenggut dengan pemikiran berat yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawabnya di usia yang sangat belia.

Hal tersebut tentu akan sangat mengganggu bahkan berisiko bagi mentalnya.

Adanya berbagai fenomena tersebut membuat UNICEF terus berusaha memeluk rakyat kecil dan juga rakyat yang masih berparadigma bahwa pernikahan di usia muda akan lebih bisa memperbaiki keperluan ekonomi keluarga.

UNICEF berharap keluarga memiliki peran penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya.

Juga untuk mendukung berbagai faktor mental dan sosial serta kesehatan anak-anak natinya.

Misalnya, anak bisa diarahkan untuk bersosialisasi sesuai dengan usianya, meningkatkan kesehatan mereka karena organ reproduksinya bekerja dengan baik dan mencapai sempurna, juga memperbaiki tingkat pendidikan.

Selain UNICEF, keluarga harus memiliki pemikiran sejak dini, bahkan sejak anaknya lahir, bahwa tak ada yang lebih penting selain menempuh pendidikan dan menggapai cita-cita bagi anak-anak, dengan berbagai dukungan serta adanya motivasi yang diberikan orangtua.

Kontribusi dan peran orangtua dalam mengarahkan juga memberi pendidikan bagi anak-anaknya merupakan kunci penting menekan angka pernikahan dini juga berbagai risiko penyakit yang bahkan berakhir kematian.

Baca Juga : Sederhana, Ini Penampilan Feby Febiola Saat Hadiri Pernikahan Anak Tirinya