Waspada Sindrom Kepala Datar pada Bayi, Ketahui Penyebab dan Gejalanya

By Finna Prima Handayani, Rabu, 31 Oktober 2018 | 16:06 WIB
Penyebab dan gejala sindrom kepala datar pada bayi (pexels.com)

Nakita.id - Sindrom kepala datar atau flat head syndrome adalah adalah gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh setiap bayi.

Umumnya sindrom kepala datar ini disebabkan oleh posisi bayi berada di satu sisi dalam durasi yang terlalu lama, atau juga karena perdarahan abnormal tengkorak bayi.

Moms harus waspada jika bayi mengalami sindrom kepala datar, karena berisiko mengalami keterlambatan perkembangan.

Hal tersebut sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Asisten Profesor Alexander Martiniuk dari The George Institute for Global Health dari University of Sydney.

Baca Juga : Mengapa Bayi Menangis Saat Dilahirkan? Ini Salah Satu Penyebabnya

Dalam studinya, Martiniuk menemukan beberapa keterlambatan perkembangan pada bayi dengan sindrom kepala datar.

Seperti keterlambatan motorik, bahasa, dan kognitif yang dapat terdeteksi pada bayi usia 6 bulan dan berlanjut hingga usia 3 tahun.

Sindrom kepala datar pada bayi ini dapat dilihat di mana satu bagian dari tengkorak lunak bayi memipih, memberikan bentuk abnormal ke kepala, bagian belakang pun datar.

Sindrom kepala datar ini terdapat dua jenis, yaitu plagiocephaly dan brachycephaly.

Baca Juga : Resep MPASI untuk Bayi 6 Bulan yang Enak, Cepat, dan Murah, Tersedia Dalam 5 Menit!

Plagiocephaly, istilah yang umumnya digunakan untuk sindrom kepala datar, meskipun mengacu pada kepala yang merata hanya pada sisi.

Sementara brachycephaly adalah ketika kepala rata hanya di belakang, dengan sisi-sisi yang mempertahankan bentuk yang benar.

Dilansir dari laman momjunction.com, diketahui ada beberapa penyebab yang membuat bayi menderita sindrom kepala datar.

Penyebab-penyebab tersebut di antaranya adalah:

Baca Juga : Anak Ke-4 Zaskia Adya Mecca Genap 7 Bulan, Berikut Perkembangan Bayi 7 Bulan

1. Tidur panjang/berbaring dengan kepala dalam satu posisi

Sindrom kepala datar dapat berkembang pada bayi yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur telentang, dengan kepala menoleh ke satu sisi.

Maka dari itu, saat bayi tidur telentag, orangtua harus mengganti posisi kepala bayi untuk mencegah sindrom kepala datar.

2. Komplikasi intrauterus

Posisi janin yang tidak normal juga dapat menyebabkan tekanan dan mengubah bentuk tengkorak bayi.

Masalah lain termasuk cairan amnion rendah, yang membuat janin rentan terhadap guncangan fisik yang merusak tengkorak.

Dalam kasus kehamilan kembar, ruang rahim terasa sempit dan salah satu kepala bayi mungkin terus-menerus ditekan ke dinding rahim.

Baca Juga : Dua Bayi Jadi Korban Pesawat Lion Air JT 610, Berikut Cara Meredakan Bayi Nangis Saat di Pesawat

3. Kelahiran prematur

Bayi prematur memiliki tengkorak yang jauh lebih lembut dibandingkan dengan bayi lahir cukup bulan.

Kemampuan mereka untuk menggerakkan leher juga terbatas, yang menyebabkan kepala berada dalam satu posisi untuk waktu yang lama.

Hal tersebut dapat membuat bayi mengalami sindrom kepala datar.

4. Masalah dengan otot leher

Suatu kondisi yang disebut tortikolis menyebabkan kepala berputar ke satu arah karena kontraksi otot leher.

Kondisi ini meninggalkan kepala miring ke satu arah bahkan saat tidur, yang mana pada akhirnya meningkatkan risiko sindrom kepala datar.

Baca Juga : Bolehkah Ibu Hamil Menyusui Bayi? Begini Penjelasannya, Moms!

5. Kraniosinostosis

Yaitu masalah kongenital mengarah pada fusi satu atau lebih tulang tengkorak.

Tulang tengkorak bayi tidak menyatu untuk memungkinkan perluasan kepala untuk mengakomodasi otak yang berkembang pesat.

Kraniosinostosis menyebabkan penutupan prematur beberapa tulang, yang memaksa tengkorak untuk tumbuh menjadi bentuk yang tidak biasa, seperti mengarah ke sisi datar.

Apabila bayi mengalami sindrom kepala datar, maka akan memunculkan gejala-gejala seperti ini.

Baca Juga : Faktanya Si Kecil pun Bisa Mengalami Stres, Inilah Penyebabnya!

1. Satu sisi kepala rata, sementara sisi yang lain terlihat normal.

2. Tengkorak meruncing di satu sisi di belakang kepala, sedangkan sisi lainnya normal.

3. Bagian belakang tengkorak benar-benar datar, sementara bagian kepala lainnya dalam bentuk normal.

4. Ketika dilihat dari atas, kepala terlihat seperti jajaran genjang atau memiliki bentuk memanjang, tapi bukan lingkaran seperti biasanya.

Mungkin bisa juga terlihat lonjong atau seperti lingkaran yang terbelah di satu sisi.

Baca Juga : Berkat Diet Keto, Pasangan Suami Istri Berhasil Pangkas 106 Kilogram

5. Moms bisa merasakan tulang yang rata di sisi atau belakang kepala saat Moms memegang dengan lembut bagian atas kepala bayi.

Hal yang harus Moms ingat adalah sindrom kepala datar tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada bayi.