Nakita.id - "Bun, aku punya teman. Kasihan deh, mukanya rata."
"Di kamar aku ada mbak-mbak, Ma. Rambutnya panjang dan pakai baju putih. Dia suka banget berdiri di pojokan."
"Bu, disenyumin sama om yang matanya berdarah. Dia duduk di bangku depan Ibu."
Pernahkah Ibu mendengarkan si kecil bercerita seperti ini? Dia melihat apa yang tidak kita lihat. Reaksi pertama kita tentu kaget lalu merinding. Terlepas dari mitos atau tidak, namun banyaknya fenomena mengenai mahluk halus membuat kita mempercayai keberadaannya. Ditambah celotehan si batita mengenai mereka yang tak kasat mata. Pasti pengakuan si kecil bahwa mereka melihat hantu makin membuat Ibu bergidik, ya kan?
Baca: Hiii... Mama, Takut Ada Hantu!
Pertanyaannya sekarang, benarkah anak-anak bisa melihat hantu atau mahluk halus lainnya? Apakah itu sebenarnya teman khayalan mereka saja? Ataukah itu hanya imajinasi mereka saja lantaran anak-anak sangat kreatif dan menuangkannya lewat cerita, gambar, atau kegiatan lain? Benarkah teori karena anak-anak masih suci maka mereka bisa melihat mahluk yang ada di alam lain?
Melalui beberapa teori berikut ini, Ibu mungkin jadi mengerti mengapa anak kecil bisa melihat hantu:
Teori 1
Banyak orang yakin bahwa setiap bayi yang lahir memiliki kemampuan merasakan dan melihat mahluk halus. Ketika kecil dulu, kita belum terpengaruh apa pun soal hantu dan mereka yang tak kasat mata. Ini disebabkan pemahaman otak yang kuat bahwa hantu tidak menakutkan. Karena itulah kita dapat melihat mereka. Namun seiring dengan bertambahnya umur dan berkembangnya pemahaman kita mengenai hantu, tubuh kita pun menyesuaikan diri. Otak tak lagi dimampukan berpikir tentang sosok mahluk halus yang akhirnya membuat kita tak bisa lagi melihatnya.
Baca: Gara-gara Cerita Seram, Anak Jadi Penakut
Teori 2
Ada pula teori yang lebih masuk akal dan berbasis ilmu biologi sehingga bisa dibuktikan keabsahannnya. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa kemampuan penglihatan manusia berubah sesuai dengan perkembangan usia. Saat bayi, mata manusia hanya bisa melihat sekitar 380nm spektrum elektromagnetik. Penglihatan ini berada di kisaran gelombang sinar UV dan infra merah. Nah, beberapa ilmuwan meyakini bahwa mahluk tak kasat mata ini berwujud di sinar UV dan infra merah, sehingga anak-anak balita mampu melihatnya.
Ketika dewasa, mata kita melihat pada ukuran 400nm - 700 nm spektrum elektromagnetik. Spektrum ini tak lagi mampu melihat sinar UV serta infra merah sehingga mahluk halus pun tak lagi terlihat.
Teori 3
Kalangan spiritual meyakini bahwa bayi hingga balita masih memiliki roh suci sehingga mampu berinteraksi dengan roh lainnya. Sebagian besar dari ibu pasti pernah melihat anak balitanya berbicara sendiri namun seperti berinteraksi dengan seseorang. Biasanya sering disebut teman imajiner atau teman khayalan. Atau bisa pula, ketika si kecil tengah bermain, tiba-tiba dia terdiam dan mengalihkan pandangannya ke sebuah sudut lalu fokus di sudut tersebut. Bisa jadi dia tengah melihat hantu.
Tiga teori tersebut memang belum sepenuhnya menjawab mengapa anak kecil bisa melihat hantu. Pastinya perlu penelitian lebih lanjut agar Ibu mengetahui penyebab pasti mengapa si kecil mampu melihat hantu atau mahluk lain yang tak kasat mata. Meski demikian tiga teori ini dapat menjadi acuan awal mengenai kemampuan mata si kecil dalam menangkap keberadaan roh halus. Walau terlihat biasa dan tak berbahaya, namun Ibu perlu menanggapinya lebih serius.
Baca: Tips Mengatasi Anak yang Takut Gelap
Yang harus dilakukan jika si kecil melihat hantu
Apa pun keyakinan Ibu mengenai mahluk halus, jika si kecil berkeras bahwa ia melihat "sesuatu", lebih baik jangan ditertawakan. Sebagai orangtua, sudah menjadi naluri Ibu untuk melindungi anak ketika mereka mengaku melihat hantu. Namun naluri saja tidak bisa diwujudkan dalam tindakan. Misalnya, Ibu tidak bisa mengusir hantu itu atau menampar wajahnya hanya karena si kecil mengaku melihatnya di atas tempat tidurnya. Sebaiknya, lakukan hal ini:
Jangan panik. Panik hanya membuat anak penasaran dan berusaha mengamatinya lebih cermat. Dengan tenang, minta anak menggambarkan secara rinci apa yang mereka lihat dan dengarkan. Pastikan Ibu betul-betul ingin mengetahuinya. Semakin Ibu kesal dengan pengakuan anak dan tidak memercayainya, semakin enggan anak mau memberitahu Ibu.
Ukur pengaruh emosional yang ditimbulkan. Jika anak terlihat baik-baik saja meskipun bisa melihat "tamu" di kamarnya, mungkin ketajaman paranormalnya tidak perlu menimbulkan kepanikan. Lagipula, ada kemungkinan anak akan berhenti melihat hantu ketika sudah bertambah besar. Namun kalau anak jadi ketakutan, hilangkan rasa takutnya dengan menjelaskan bahwa meskipun ada banyak kisah menyeramkan yang mereka dengar tentang hantu, hantu sendiri tidak mengganggu. Mereka hanya ingin mengenal si kecil.
Alihkan perhatiannya. Beberapa orangtua justru akan mendorong anak untuk melihat penampakan tersebut, dan itu boleh saja. Itu kalau Ibu meyakini bahwa anak adalah suatu medium, dan ia nyaman-nyaman saja dengan kemampuannya. Tetapi, banyak juga orangtua yang memilih mengalihkan perhatian anak supaya tidak mengingat-ingat penampakan tersebut. Selalu temani anak saat bermain dan terutama menjelang tidur, dan bacakan kisah-kisah yang lebih bermanfaat. Dengan demikian anak akan berfokus pada kehidupan dengan orang-orang yang lebih nyata.
Nah, semoga Ibu tak kaget lagi dengan anggapan bahwa anak kecil bisa melihat hantu. Ibu sudah tahu apa penyebabnya, dan bagaimana mengantisipasinya. Jangan lupa share artikelnya untuk ibu-ibu lain, ya.
Penulis | : | Maharani Wibowo |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR