Nakita.id - Kabar keretakan rumah tangga pasangan artis Tanah Air Gisella Anastasia dan Gading Marten cukup menghebohkan publik.
Bagaimana tidak, selama ini rumah tangga Gading Marten dan Gisel dikenal adem ayem dan harmonis.
Selain itu, pasangan ini baru saja merayakan ulang tahun Gisel beberapa hari.
Publik turut menyayangkan kabar tersebut, sebab pasangan ini sudah dikaruniai seorang anak yang sangat cerdas dan cantik bernama Gempita Noura Marten.
Baca Juga : Jadi Sahabat Sejak Sama-sama Meniti Karier, ini Hadiah yang Diberikan Raffi Ahmad pada Baim Wong
Pada Rabu (21/11/2018), Gisel memberikan klarifikasi mengenai kabar perceraiannya. Gisel membenarkan bahwa dirinya menggugat cerai Gading Marten.
“Dengan kerendahan hati saya memohon maaf untuk semua hati yg patah karena cerita ini.. Saya memohon doanya untuk kami bertiga dengan jalan yg ada di depan kami..
Terimakasih teman dan sahabat untuk semua perhatian dan doa yg dikirimkan.. Terimakasih semua pihak diluar sana yg sudah mensupport kami selama ini..
Mohon kebesaran hatinya untuk tidak menyebarkan berita yg tidak betul adanya karna kami ingin terus menjadi partner yang baik untuk mengasihi dan membesarkan Gempita sampai nanti walaupun jalannya tidak sempurna seperti semestinya..
Terimakasih sekali lagi saya ucapkan.. God bless..” tulis Gisel.
Baik dari pihak Gisel dan Gading tidak memberitahu alasan mengenai perceraian mereka.
Baca Juga : Tak Harus Mainan Mahal, Ini 10 Trik Orangtua Menjadi Motivator Anak
Lalu, muncullah spekulasi mengenai penyebab perceraian.
Ada yang mengatakan bahwa penyebab perceraian adalah orang ketiga, ada juga yang berpendapat bahwa penyebabnya adalah masalah ekonomi.
Karena banyaknya spekulasi tak jelas, Gisel akhirnya kembali memberikan konferensi pers melalui video call pada Jumat (23/11/2018).
Pada konferensi pers tersebut, Gisel mengatakan penyebab perceraian mereka bukan orang ketiga.
Ternyata, keretakan rumah tangga Gading dan Gisel sudah terjadi sejak 1,5 tahun lalu. Awalnya tidak ada niat untuk berpisah, namun kedua sejoli tersebut akhirnya memutuskan untuk berpisah.
Gisel menegaskan bahwa dirinya dan Gading tidak akan membuka penyebab perceraian yang sesungguhnya kepada publik. Ia akan menutup rapat masalah rumah tangganya.
Penyesalan terbesar setelah perceraian
Setiap pasangan yang memutuskan menikah tentunya ingin hidup bahagia selamanya bersama pasangan.
Namun, seiring berjalannya waktu masalah yang datang menghadang menguji biduk rumah tangga.
Bagi beberapa pasangan, menganggap perceraian adalah satu-satunya solusi dari masalah pelik yang ada di perkawinan mereka.
Baca Juga : Mantan Pacar Billy Syahputra, Lolita Agustine Menikah, Begini Sosok Suaminya Bukan Orang Sembarangan
Setelah resmi bercerai dan mendapatkan hak seperti hak asuh anak dan harta gono gini, biasanya beberapa orang merasa lega.
Namun, dikutip dari liveabout, penelitian menunjukkan bahwa perasaan lega setelah bercerai hanya di awal dan bersifat sementara. Seiring waktu berlalu, justru timbul beberapa penyesalan karena telah menceraikan pasangan.
Sebanyak 66% orang yang bercerai di Minnesota mengaku bahwa mereka menyesal dengan adanya perceraian.
Bahkan, 40% orang mengaku bahwa kesalahan terbesar dalam hidup mereka adalah perceraian.
“Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa tiga perempat dari orang-orang yang bercerai menyesalinya. Mungkin tidak segera tetapi bertahun-tahun kemudian. ‘Seharusnya aku tidak melakukannya’ adalah hal yang biasanya diucapkan secara pribadi setelah bercerai. Dan setelah surat-surat ditandatangani, properti dibagi, hak asuh anak diselesaikan, dan rasa sakit emosional masih tersisa, biasanya sudah terlambat untuk kembali, ” tutur Dr. Laura, seorang peneliti kehidupan pernikahan.
Berikut beberapa dampak perceraian yang membuatnya menjadi perbuatan paling disesali:
1.Berpengaruh pada keuangan
Dampak keuangan dari perceraian dapat sangat merusak.
Proses sidang perceraian membutuhkan tenaga pengacara untuk memperjuangkan hak asuh anak dan pembagian harta gono-gini.
Mengikuti serangkaian sidang dan menyewa jasa pengacara membutuhkan biaya tak sedikit.
Belum lagi di pihak pria nanti akan menjadi pemberi nafkah dua rumah tangga apabila hak asuh anak jatuh ke tangan mantan istrinya.
2.Berpengaruh pada anak-anak
Sehebat apa pun Moms menjelaskan kepada anak mengenai dampak positif perceraian orangtuanya, mental anak pasti tetap menjadi sedikit rapuh.
Perceraian bisa mengancam kepercayaan diri anak.
Tak hanya karena melihat dua orangtuanya berpisah, anak-anak yang terpaksa meninggalkan rumah masa kecil mereka karena terpaksa dijual demi harta gono gini. Anak-anak akan kehilangan rumah yang dicintai, lingkungan masa kecil, dan teman-teman yang disayangi.
Baca Juga : Keponakan Ashanty, Millen Pakai Baju Pria di Acara Pernikahan, Ternyata Ia Ingin Segera Menikah
Setelah itu Moms dan Dads memaksanya untuk beradaptasi di tempat yang asing. Itu saja bisa menyebabkan luka yang dalam, terlebih bila terjadi kurangnya ikatan dengan orangtua karena sebagai orangtua single harus mencari nafkah untuk masa depan.
Jika sebelum bercerai Moms adalah seorang ibu rumah tangga, maka Moms perlu bekerja untuk memenuhi kebuthan sehari-hari.
Ketika Moms bekerja, Moms akan menitipkan anak ke orangtua atau tempat penitipan anak, atau bahkan menjadi anak yang menjaga rumah seorang diri.
Anak dipaksa mengerti keadaan orangtuanya yang sudah sangat berbeda dibanding yang dulu.
Dengan kata lain, perceraian merupakan pukulan emosional yang besar bagi anak-anak Anda.
3.Berpengaruh pada hubungan berikutnya
Terdapat rumor yang menyebutkan bahwa seseorang membutuhkan waktu setidaknya tiga tahun untuk sembuh dari dampak perceraian.
Beberapa orang memilih segera mencari pengganti pasangannya akibat rasa kesepian dan kondisi keuangan yang semakin kritis.
Itu berarti fokus Moms bukan pada penyembuhan hati tetapi pada pindah ke sesuatu yang baru.
Jika Moms tidak meluangkan waktu untuk menyembuhkan dan introspeksi diri pada kesalahan masa lalu yang menyebabkan keretakan rumah tangga, Moms akan membawa masalah yang sama itu ke pernikahan berikutnya.
Moms mungkin menemukan diri sama tidak bahagia dalam pernikahan Anda berikutnya.
4.Akan memiliki perbedaan pandangan mengenai masalah
Rasa sakit penyesalan setelah perceraian bisa berlangsung lama, terutama ketika Moms mempertimbangkan perceraian berdampak panjang pada anak-anak.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Aturan Minum Obat pada Ibu Hamil, Catat!
Perceraian mungkin satu-satunya jalan Moms dalam beberapa situasi. Jika pernikahan Moms diwarnai kekerasan dalam rumah tangga kasar atau pasangan menderita kecanduan, Moms tidak punya pilihan lain.
Namun, jika Moms memiliki perkawinan dengan masalah kecil, pastikan Moms tidak membiarkan emosi sesaat untuk bercerai menang, sebab suatu hari Moms bisa menyesal.
Salah satu tips untuk mempertahankan rumah tangga: ngopi bareng
Dengan sederet dampak perceraian di atas, Moms perlu memikirkan masak-masak dalam mengambil sebuah keputusan.
Apakah benar perceraian menjadi satu-satunya cara menyelesaikan masalah? Atau justru menimbulkan masalah yang lebih besar?
Dalam sebuah rumah tangga memang tak akan luput dari pertengkaran-pertengkaran kecil ya Moms.
Maski begitu pertengkaran tersebut harusnya tidak disepelekan agar tak semakin membesar.
Nah, keluarga harmonis memang tak bebas dari pertengkaran, sehingga masih memiliki risiko buruk.
Namun, ada lo Moms cara mudah menjaga keluarga agar tetap harmonis, simak penjelasan dari pakar ini.
Psikolog Klinis sekaligus Pakar Hubungan, Denrich Suryadi, M.Psi menuturkan, amat penting untuk menjaga bahasa kasih tetap tersampaikan.
Salah satunya lewat menghabiskan waktu bersama atau quality time. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga hubungan rumah tangga tetap harmonis, salah satunya memanfaatkan hobi ngopi.
Apalagi, saat ini minum kopi sedang hits alias menjadi tren dan membuat kafe kopi tersebar di mana-mana.
Denrich mengakui hal itu juga dilakukan oleh ia dan suaminya.
"Sekarang kan banyak kafe ya. Pakai saja kesempatan itu."
"Misal, kita coba yuk tiap minggu ke kafe baru dekat rumah. Lalu browsing di waze, google. Saya begitu."
Demikian penuturan Denrich seperti dilansir dari Kompas.com
Menyisihkan waktu berdua untuk pasangan suami istri, menurut dia, sangat dibutuhkan di sela mengurus rumah tangga dan kesibukan pekerjaan.
Baca Juga : Anak Tiri Kareena Kapoor Tak Pernah Panggil Kareena 'Ibu', Hingga Kini Masih Canggung?
Beberapa klien biasanya akan ia minta untuk membuat komitmen untuk sama-sama menyisihkan waktu luang untuk berdua setidaknya 2-3 jam seminggu.
Waktu itu bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan sederhana, misalnya makan siang bersama, nonton bioskop, atau melakukan hobi lainnya.
"Yang penting no handphone. Bisa ngobrol, ngafe, apapun yang nereka suka.
Mereka harus sepakati di situ satu hal. Yang pasti bagi waktu, bagi pekerjaan di rumah," tutur dia.
Hal penting lainnya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga adalah meluangkan waktu untuk bulan madu alias honeymoon.
Ia menyarankan pasangan suami istri setidaknya pergi liburan berdua setahun sekali, tanpa anak-anak dan melepaskan pikiran dari pekerjaan.
Hari ulang tahun pernikahan dan valentine bisa jadi momentum yang tepat untuk suami-istri pergi honeymoon.
Pertama kali, anak-anak mungkin marah saat orangtuanya mau pergi berlibur tanpa mereka. Namun, kadang pula anak justru senang karena bisa bebas beberapa hari tanpa orangtuanya.
"Jadi seperti break time. Enggak ada mama papanya, bebas. Enggak ada yang omelin," kata Denrich.
Honeymoon rutin tersebut menurutnya amat efektif.
Ia mencontohkan dari empat pasangan suami istri yang tengah ditanganinya saat ini berada di ujung tanduk perceraian.
Namun, dua dari mereka batal bercerai karena Denrich menyarankan kepada mereka untuk pergi honeymoon di tengah prahara tersebut.
"Mereka bilang enggak ngapa-ngapain, cenderung ada marah-marahan, dan masih ngungkit juga karena suaminya dicurigai selingkuh waktu itu," tutur dia.
"Tapi begitu pulang, ada efeknya loh. Mereka jadi mau konseling, berpikir ulang untuk mempertahankan pernikahan."
Wah, ternyata tak sulit ya Moms menjaga keluarga agar tetap harmonis, yaitu dengan secangkir kopi!
Source | : | nakita,kompas,liveaction.org |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR