Nakita.id - Saat menjalani operasi sesar kulit Moms akan disayat sekitar 20 cm di bawah perut atau tepat di atas tulang kemaluan.
Sayatan ini lantas akan meninggalkan bekas luka yang perlu untuk diperhatikan. Sayangnya, tak jarang ibu yang mengeluh bekas luka tersebut terasa panas dan gatal.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Setelah Caesar Tidak Bisa Melahirkan Normal
Bekas luka yang terasa panas dan gatal sebenarnya wajar saja terjadi. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 minggu hingga bekas luka benar-benar sembuh.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Penyebab Perut Kencang Di Setiap Trimester Kehamilan
Namun hati-hati, dalam beberapa kasus bekas luka yang terasa panas dan gatal bisa menandakan terjadinya infeksi.
Para dokter biasanya menyebutkan infeksi ini sebagai infeksi situs bedah atau SSI.
Saat seseorang menjalani infeksi, ia kemungkinan mengalami infeksi situs bedah sekitar 1-3%.
Infeksi situs bedah biasanya terjadi dalam 30 hari setelah operasi.
Centers for Disease Control and Prevention atau CDC menjelaskan setidaknya 3 jenis infeksi situs bedah:
1. Insisional superfisial SSI: Infeksi ini terjadi hanya di daerah kulit di mana sayatan dibuat.
2. Deep incisional SSI: Infeksi ini terjadi di bawah area insisi di otot dan jaringan di sekitar otot.
3. Organ or space SSI: Jenis infeksi ini terjadi di area mana pun di tubuh selain kulit, otot, dan jaringan sekitarnya yang terlibat dalam operasi. Termasuk organ tubuh atau ruang antar organ.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali 8 Ciri-Ciri Bayi Sudah Masuk Panggul
Infeksi situs bedah bisa menyebabkan kemerahan, penyembuhan yang tertunda, demam, nyeri, kelembutan, kehangatan, atau pembengkakan.
Berikut beberapa gejala spesifik dari masing-masing infeksi:
- Insisional dangkal SSI dapat menghasilkan nanah dari tempat luka.
- Deep incisional SSI juga dapat menghasilkan nanah.
Tempat luka dapat dibuka kembali dengan sendirinya, atau ahli bedah dapat membuka kembali luka dan menemukan nanah di dalam luka.
- Organ or space SSI mungkin mengeluarkan nanah yang berasal dari saluran yang ditempatkan kulit ke rongga atau organ tubuh.
Kumpulan nanah ini disebut pula abses, yakni daerah tertutup nanah dan jaringan yang hancur yang dikelilingi oleh peradangan.
Abses dapat terlihat ketika ahli bedah membuka kembali luka atau dengan studi X-ray khusus.
Baca Juga : Berita Kesehatan: 9 Penyakit Penyebab Telapak Kaki Terasa Panas, Jangan Diabaikan!
Infeksi situs bedah umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, Streptococcus, dan Pseudomonas.
Bakteri ini dapat menginfeksi luka bedah melalui berbagai bentuk kontak, seperti dari sentuhan pengasuh yang terkontaminasi atau instrumen bedah, udara, atau bakteri yang sudah ada atau di tubuh dan kemudian menyebar ke luka.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko lain infesi situs bedah:
- Melakukan operasi yang berlangsung lebih dari 2 jam
- Memiliki masalah atau penyakit medis lainnya
- Lanjut usia
- Kelebihan berat badan
- Merokok
- Mengalami kanker
- Memiliki sistem kekebalan yang lemah
- Memiliki diabetes
- Memiliki operasi darurat
- Melakukan operasi perut
Baca Juga : Berita Kesehatan: Curahan Pilu Angelina Jolie Lakukan Operasi Angkat Payudara dan Rahim Untuk Hindari Kanker
Untuk mencegah infeksi situs bedah sebaiknya tanyakan pada dokter mengenai hal apa saja yang perlu dilakukan.
Kebanyakan infeksi situs bedah dapat diobati dengan antibiotik.
Namun dalam beberapa kasus dibutuhkan operasi atau prosedur tambahan untuk mengobati infeksi situs bedah.
Lakukan beberapa hal ini untuk mencegah infeksi situs bedah:
- Segera ganti balutan luka/plester jika plester terbuka, terlihat rembesan, basah atau kotor.
Baca Juga : Berita Kesehatan: 5 Vitamin Untuk Menjaga Daya Tahan Tubuh Si Kecil di Musim Hujan
- Pastikan jenis benang apa yang digunakan untuk menjahit luka operasi sesar.
- Penggunaan silikon gel, gel luka, ataupun krim untuk memperbaiki penampakan luka sebaiknya digunakan setelah luka operasi sembuh sempurna, umumnya setelah 3 minggu.
- Jaga selalu kebersihan bekas luka.
- Jangan terlalu sering menyentuh bekas luka untuk menghindari terjadinya infeksi. (*)
Source | : | hopkinsmedicine.org |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR