Salah satu kasusnya adalah seorang remaja yang mendapatkan keleluasan jam malam lebih setelah marah pada orangtuanya.
"Pada kasus yang luas, kemarahan bisa membuat semua pihak menjadi mau mendengarkan, cenderung bicara jujur, serta lebih akomodatif terhadap komplain orang lain," tulis Duhigg.
Meski begitu, intensitas kemarahan penting pula untik diperhatikan.
Baca Juga : Beruntung Dads! Miliki Istri Cerewet Ternyata Bisa Bikin Lebih Sehat
Awal tahun ini, para peneliti dari Rice University menemukan bahwa orang-orang yang marah dengan intensitas moderat lebih mampu menegosiasikan keinginannya daripada mereka yang sangat marah atau hanya sedikit marah.
Para peneliti meyakini bahwa orang-orang yang marah dengan intensitas moderat lebih dipandang sebagai figur yang kuat.
Sedangkan orang-orang yang mengekspresikan kemarahannya secara ekstrim dipandang tidak pantas.
Baca Juga : Ternyata Belanja Bisa Tingkatkan Kemampuan Otak. Shopping Lagi Yuk!
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR