Nakita.id.- Dalam studi yang belum lama ini hasilnya diluncurkan, Indonesia masuk dalam 10 negara besar dalam kasus diabetes terbanyak di dunia. Indonesia berada dalam peringkat ke-6.
Bukan peringkat yang menggembirakan memang, sebab itu berarti diabetes masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia.
Baca Juga : Studi: Diet Mediterania Paling Baik Untuk Penderita Jantung dan Diabetes
Menurut Global Health Data Exchange, status kesehatan Indonesia tengah memasuki tahap transisi dari era penyakit menular menuju penyakit tidak menular.
Penyakit jantung, diabetes dan penyakit ginjal kronis adalah contoh penyakit tidak menular yang paling banyak menyebabkan mortalitas, morbiditas dan beban pembiayaan di Indonesia.
Faktanya, diabetes sendiri memiliki kaitan erat dengan penyakit jantung, di mana komplikasi utama dari diabetes adalah adanya komplikasi pada sistem kardiovaskular.
Baca Juga : Kabar Baik, Moms Hamil Boleh Makan Sushi!
Tingginya jumlah penderita diabetes di Indonesia menyebabkan perlunya dilakukan inovasi pencegahan dan pengendalian terhadapnya.
Salah satu hal yang telah dilakukan di Indonesia adalah pelabelan makanan (food labelling) sebagai peringatan kepada masyarakat mengenai makanan dan minuman yang tidak sehat.
Dalam hal ini, pelabelan makanan ditujukan pada makanan yang terlalu banyak mengandung gula, garam, dan lemak.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menyampaikan, saat ini, Indonesia telah mengeluarkan peraturan untuk industri makanan/minuman kemasan dan siap saji.
Baca Juga : Ibu yang Sering Melakukan 3 Hal Ini Akan Memiliki Kulit Wajah Berminyak dan Berjerawat
"Mereka harus mencantumkan kandungan gula, garam dan lemak dalam makanan olahan," kata Menkes Nila.
Penting untuk memastikan ketersediaan lebih banyak pilihan makanan dan minuman sehat di pasar. Kehadiran makanan sehat dapat mendorong masyarakat mengonsumsi makanan sehat.
"Ini bisa membuat orang-orang mengalihkan konsumsi mereka dari makanan dan minuman ringan ke makanan dan minuman sehat," lanjut Menkes Nila.
Bukan hanya pelabelan makanan, ada juga diabetes registry berupa aplikasi pada telepon seluler yang mendata dan mencatat pencegahan risiko dan kontrol tentang diabetes.
Baca Juga : Tip Cara Pakai 'Makeup Tester' Yang Aman di Counter Kosmetik
Aplikasi tersebut juga memberi peringatan otomatis secara reguler untuk olahraga pada area publik, seperti bandara, stasiun, pasar, dan super market).
Sistem diabetes registry sudah dilakukan di beberapa negara, baik kawasan Asia dan Eropa.
Di Spanyol dan Italia, inovasi berupa model pelayanan kesehatan yang strategis. Integrasi pelayanan kesehatan penyakit tidak menular dilakukan bersama Belanda, Prancis, Jerman, dan Inggris.
Baca Juga : Ini Dia 5 Kebiasaan Sepele Yang Bikin Rambut Jadi Cepat Rontok
Pada tahap lebih lanjut, perlu pengkajian lebih tentang rekayasa genetika untuk mengurangi jumlah penderita diabetes tipe 1.
"Untuk mencapai keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian diabetes, diperlukan kerja sama pemangku kepentingan lain di luar sektor kesehatan, baik lintas sektoral di tingkat nasional.
Kemudian juga kerjasama di lintas kawasan regional maupun secara global," Menkes Nila menambahkan.
Konferensi MCOD berhasil menyepakati pemahaman mengenai kebutuhan mendesak untuk menangani ancaman epidemi diabetes yang terus meningkat.
Baca Juga : Wah, Karena Alasan Lingkungan, Konsumsi Alpukat di Inggris Dibatasi!
Kolaborasi dengan kementerian atau lembaga lain (Kemenko PMK, Bappenas, Kemenkeu, Kemenaker, Kementan, Kemenpora, Kemendikbud, Kemenhub, Kemenperin, Kemendag, dan BPOM) dapat diterapkan. (*)
Source | : | kompas health,merdeka.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR