Nakita.id - Bukan cerita aneh jika ada pasien kanker dari Indonesia yang berobat ke luar negeri.
Baru-baru ini contohnya, Ustaz Arifin Ilham yang menderita kanker nasofaring memilih untuk berobat ke luar negeri untuk melanjutkan perawatannya.
Ternyata pilihan pasien kanker untuk berobat ke luar negeri tak serta-merta menjadi bukti jika pengobatan kanker di Indonesia sama sekali tak bisa diharapkan.
Baca Juga : Istri Derita Kanker Paru, Indro Warkop Enggan Lakukan Pengobatan ke Luar Negeri
Dalam Konferensi Pers Menyambut Hari Kanker Sedunia yang digelar Kamis (17/01/2019), Persatuan Onkologi Indonesia (POI) bersama dokter-dokter spesialis kanker mengungkapkan sistem pengobatan kanker di Indonesia pun tak kalah dari negara tetangga.
Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Lies Dina Liastuti, Sp.JP(K), MARS, menjelaskan jika RSCM memiliki dokter spesialis hampir 612 orang, dari berbagai sub-divisi maupun sub-spesiasliasi.
Dokter-dokter spesialis kanker dari berbagai sub-spesialis pun lengkap di RSCM.
Tak hanya tenaga medis, Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN), Prof. Dr. dr. Soehartati Gondhowiardjo, Sp.Rad (K), Onk.Rad. mengungkapkan peralatan canggih untuk tangani kanker juga dimiliki RSCM.
RSCM memiliki alat radioterapi satu-satunya di Indonesia dan hanya ada 6 di Asia.
Pasien BPJS pun dapat diterapi dengan alat ini, gratis pula.
Baca Juga : Rutin Konsumsi 5 Makanan Ini Agar Wajah Tampak Lebih Awet Muda
Akan tetapi masih ada pasien kanker yang memilih menjalani pengobatan di luar negeri, walau kemampuan medis Indonesia tak kalah dari negara-negara luar.
Ternyata ada beberapa alasan pendorong pasien kanker rela mengeluarkan dana lebih besar untuk menjalani pengobatan di luar Indonesia.
Faktor pendorong itu antara lain prestis, menurut dr. Soehartati.
"Ada suatu pride dari pasien, jika berobat ke luar negeri," jelasnya.
Alasan lainnya ialah membingungkannya informasi perihal pengobatan kanker di Indonesia.
Menurut dr. Soehartati, terlalu banyak informasi pengobatan kanker yang sebenarnya tidak bisa dibuktikan sepenuhnya dapat memiliki efek pada setiap penderitanya.
Misalnya obat-obat tradisional, atau peralatan seperti rompi antikanker.
Tidak semua pengobatan itu hasilnya sama untuk setiap orang.
Baca Juga : Lama Sendiri, Artis Cantik Ini Sampai Mandi Minta Jodoh, Demi Lepas Status Jomblo Karatan
Namun pengobatan alternatif ini terlanjur banyak disebarkan melalui media sosial, sehingga banyak orang yang mencoba.
Selain itu, informasi pengobatan kanker secara medis kemungkinan belum merata untuk semua penderita kanker.
"Mungkin informasi dari kita juga kurang, jika kita bisa juga melakukan apa yang mereka lakukan," jelas dr. Soehartati, mengacu pada pengobatan kanker di luar negeri.
Adapun alasan lainnya bisa jadi kesengajaan pasien hendak mencari ketenangan.
Misalnya jika pasien merasa saat dirawat di rumah sakit terlalu banyak yang membesuk, mungkin pasien ingin ketenangan dengan berobat jauh dari lingkungannya.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR