3. Patah hati traumatis
Masa berpacaran yang panjang, dan berakhir dengan perpisahan karena pengkhianatan, atau ketiadaan restu orangtua, mendatangkan efek traumatis mendalam.
Biasanya, perempuan yang ada dalam posisi ini mengalami kesulitan untuk membuka hati, dan lalu memilih untuk hidup melajang.
4. Merawat orangtua
Bagi banyak perempuan lajang, kewajiban untuk merawat orangtua yang kian renta, menjadi rintangan dalam perjalanan membangun rumah tangga.
Ide untuk meninggalkan orangtua yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga besar, membuat perempuan menjadi merasa bersalah. Akhirnya, mereka memilih untuk hidup tanpa menikah.
5. Sinisme dan ketidakpercayaan
Ketika seorang gadis melihat pengalaman buruk yang dialami wanita yang berpengaruh dalam hidupnya saat berumahtangga, maka dia akan langsung menyimpulkan arti pernikahan.
Gadis itu mulai mengasosiasikan 'pernikahan' dengan rasa sakit, penderitaan, dan pengkhianatan.
Pernikahan yang buruk dalam lingkaran sosial seorang perempuan, bisa membuat dia sinis, dan kehilangan kepercayaan pada institusi sakral itu.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com,wikipedia,Nova |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Kunthi Kristyani |
KOMENTAR