Nakita.id - Pemberian labelling secara terus menerus kepada anak memunculkan dampak trauma labelling.
Dampak trauma labelling sendiri terbagi menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Salah satu dampak trauma labelling jangka pendek adalah emosi anak yang meledak-ledak.
Menurut Gisella Tani Pratiwi, M.Psi., psikolog anak di Yayasan Pulih mengatakan, labelling yang Moms berikan kepada Si Kecil yang biasanya negatif nanti akan berpengaruh terhadap konsep diri anak.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Mengenali Perilaku Anak yang Terkena Trauma
"Konsep diri ini adalah hal yang cukup mendasar bagi tumbuh kembang kepribadian diri seorang anak. Menjadi salah satu dasar yang kemudian anak berperilaku," jelas Ella.
Seiring berjalannya waktu, anak sudah mampu membangun konsep diri.
Bila Moms secara terus menerus memberikan labelling, anak merasa dirinya negatif dan mempengaruhi cara memandang dirinya.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Anak Rentan Terkena Trauma Karena Labelling?
Oleh karena itu, relasi orangtua dan anak harus segera diperbaiki sebab berdampak pada ke depannya.
Menurut Ella, dampak jangka pendek trauma labelling adalah anak sulit menurut.
Sedangkan dari sisi emosional, anak menjadi sulit mengelola emosi dirinya.
"Mungkin dia jadi seorang anak yang meledak-ledak, sulit untuk diatur, mudah marah, mudah terpicu," jelas Ella.
Atau justru sebaliknya, anak menjadi sangat menarik diri dari lingkungan.
Sikap yang ditunjukkan seperti kurang percaya diri dalam kegiatan sehari-hari, karena anak merasa tidak yakin pada dirinya.
Sementara dampak jangka panjang pada trauma labelling ini adalah mempengaruhi konsep diri.
Dampak jangka panjang labelling pada anak juga mempengaruhi kesehatan mental.
"Kalau kita bicara tentang kesehatan mental adalah adanya balance atau keseimbangan kondisi psikologis seseorang. Ketika itu terjadi artinya anak memiliki kesehatan mental yang baik.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Percaya Kata-kata Adalah Doa, Jadi Alasan Soraya Larasati Hindari Labelling Pada Anak
Ketika seorang anak memiliki kondisi trauma akibat labelling yang diberikan oleh orangtua atau pun sekitarnya, tentu anak berada dalam situasi kesehatan mental yang kurang stabil," kata Ella.
Gangguan kesehatan mental sendiri memiliki beragam bentuk seperti normal artinya dalam kadar yang normal.
Misalnya, anak menjadi tidak percaya diri saat ditanya oleh guru, atau anak menjadi agresif dengan teman, mudah marah, fluktuasi emosi anak sangat naik turun, perilakunya sangat sulit dikelola, sampai pada gangguan-gangguan yang serius.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Hati-hati, Moms Bisa Buat Anak Tak Percaya Diri Karena Lakukan Hal Ini
"Gangguan emosi, gangguan depresi, atau sampai ke gangguan kepribadian nantinya biasanya untuk bisa menegakkan diagnosanya nanti ketika sudah menjelang dewasa atau usia dewasa," jelas Ella.
Dampak trauma labelling bisa dicegah oleh Moms dengan fokus pada kelebihan Si Kecil bukan sisi negatifnya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR