Nakita.id - Labelling baik positif maupun negatif, akan memiliki dampak yang tidak bagus bagi Si Kecil.
Akibat terlalu sering menerima label bahkan bisa menyebabkan Si Kecil memiliki trauma akibat labelling.
Sebuah studi membuktikan, anak yang memiliki trauma labelling cenderung mendapat nilai jelek di sekolahnya.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Sering Dilakukan Tanpa Sengaja, Labelling Bisa Rusak Hubungan Ibu dan Anak
Ketika Moms melakukan labelling dengan mengatakan kalau Si Kecil bodoh misalnya, Moms tidak hanya menunjukkan kalau Si Kecil cenderung kurang pintar, tetapi juga menunjukkan pada intinya Si Kecil adalah anak yang bodoh.
Anggapan ‘cenderung kurang pintar’ dan pernyataan ‘anak bodoh’ adalah dua hal yang berbeda.
Setiap kali Moms mengatakan “bodoh” pada Si Kecil, Moms telah membiarkan Si Kecil menganggap itu sebagai bukti kalau ia adalah anak bodoh, dan bukan anak yang mungkin pintar namun kebetulan sedang sulit mengerti pelajaran.
Hal ini juga berlaku pada kata yang biasa digunakan untuk labelling seperti "cengeng", "anak pintar", atau "tukang ngompol".
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Tak Selamanya Memuji Itu Baik Loh, Ini Cara Tepat Memuji Anak
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR