Nakita.id - Kita hidup dalam sebuah masyarakat yang memberi label untuk segala hal.
Label dengan mudah ditemukan di mana-mana, pada pakaian, burger keju, daging dan semua produk kami, dan daftarnya terus berlanjut.
Kami menyukai kata-kata yang baik yang dikemas dengan rapi sehingga kami dapat mengidentikkan orang, tempat atau benda dan tahu apa yang diharapkan.
Label pada produk dan tempat itu memang memudahkan dan wajar dilakukan.
Tapi, berhati-hatilah saat hendak melabel anak.
Baca Juga : I Am an ActiFE Mom, In Control, and Protected
Sebab, label yang baik dan dinilai wajar pun dapat memainkan peran yang menetap pada harga diri, konsep diri, bahkan kepribadian anak dalam jangka panjang.
Ingatlah, anak-anak mengembangkan dan mendefinisikan konsep diri mereka dengan memproses apa yang orang lain katakan tentang siapa mereka, apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka bersikap dan sebagainya.
Prinsip komunikasi "Looking-Glass Self" dari Charles Cooley bisa menjadi acuan.
Cooley percaya bahwa dengan mencerminkan kembali kepada kita siapa kita, dengan kata lain orang lain berfungsi sebagai cermin bagi kita.
Bila orang lain mengatakan kita buruk, maka konsep diri kita pun akan jatuh.
Demikian pula sebaliknya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | https://thekidcounselor.com |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR