Nakita.id - Memiliki anak-anak yang tubuh sehat tentu menjadi keinginan semua orang tua.
BACA JUGA: Penelitian Membuktikan, Sarapan Bergizi Kunci Anak Sehat dan Berprestasi
Namun menjadi anak yang sehat, tentu kita tak bisa menyampingkan bagaimana pola makan yang sesuai untuk kesehatan.
Tapi ternyata pola asuh di Jepang banyak menjadi acuan pola hidup sehat yang bermanfaat untuk anak-anak.
Menurut penelitian serta wawancara dengan para pakar dan nustrisionis yang dilakukan salah satu penulis Reader's Digest, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari para orang tua Jepang terhadap kesehatan anaknya.
Apa saja?
Membuat makanan rumah jauh lebih memuaskan
Makan dengan gaya Jepang sangatlah efisien dari segi kandungan nutrisinya.
Saat perut kita diisi oleh nutrisi yang dibutuhkan tubuh, secara otomatis kita akan terhindar dari keinginan mengasup makanan cepat saji, junk food, atau jajanan tidak sehat. Sediakanlah makanan-makanan sehat di rumah.
Seperti sayuran, buah, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, hingga sumber lemak sehat. Jangan lupa untuk mengurangi makanan yang diproses menggunakan garam atau gula.
Makanan-makanan sehat tersebut memiliki tipikal rendah kalori dan tinggi nutrisi.
Sangat efisien untuk mengisi perut dan mengurangi risiko obesitas. Di samping itu, pola makan ini bisa memaksimalkan kemungkinan hidup panjang dan lebih sehat. Salah satu rahasianya, makanan utama masyarakat Jepang adalah nasi.
Namun, nasi Jepang berbeda dari nasi lainnya. Nasi Jepang tergolong pada short-grain rice yang lebih mirip nasi merah.
Proses pembuatan nasi Jepang membuat nasi tersebut lebih rendah kalorinya ketimbang roti.
Makanan pendampingnya juga sehat.
'Merayakan' makan
Nutrisionis Tomomi Takahashi dari The Kaji Sakura Nursery School di Hokaido, memberi saran bagi para orang tua.
Saran tersebut adalah membuat waktu makan seolah sebuh perayaan, sehingga anak-anak bisa menikmatinya.
Tunjukkan pula pada anak-anak, kita menikmati waktu makan dan makanan tersebut terasa sangat enak.
Orangtua bisa sangat memengaruhi kebiasaan makan anak-anak mereka. "Meskipun saat kita sibuk, aturlah waktu makan spesifik sehingga kita bisa duduk dengan anak dan keluarga setidaknya sekali sehari," ujarnya.
Ajak anak mencoba makanan-makanan baru
Makanan kesukaan dan makanan yang tidak disukai anak-anak terus berubah.
Orangtua berperan dalam mengganti pola makan tersebut dan mengenalkan mereka dengan makanan sehat yang lebih bervariasi.
Caranya dengan mengatur contoh paket makan.
Semakin dini anak dikenalkan dengan makanan sehat, maka semakin sehatlah pola makan mereka di usia anak-anak.
Respons mereka bisa menjadi acuan para orangtua untuk mengenalkan mereka dengan makanan lainnya, bahkan hingga masa remaja dan seterusnya.
Bayi rata-rata hanya perlu sekali dikenalkan dengan makanan baru untuk mencoba dan menyukainya.
Sementara anak di atas dua tahun butuh dikenalkan hingga 20 kali.
Jadi, jangan menyerah untuk terus mengenalkan mereka dengan makanan baru.
Ganti piring makan malam dengan porsi Jepang
Banyak porsi makan di restoran tidak terkontrol.
Hal itu berdampak pada kebiasaan makan kita.
Cobalah mengikuti pola makan masyarakat Jepang dengan piring yang lebih kecil.
Misalnya, piring dengan empat hingga enam inci diameter dan mangkok dengan satu hingga tiga inci berkapasitas 100 hingga 200 ml.
Jennifer Orlet Fisher, PhD, direktur The Temple University Center for Obesity Research and Education, menemukan, anak-anak cenderung tidak mengambil makanan dengan porsi besar jika disuguhkan piring atau mangkok yang kecil.
Piring kecil akan sangat membantu menjaga ukuran dan nafsu makan mereka di perspektif yang tepat.
Namun, jangan lupa untuk tetap mengonsumsi buah dan sayur.
BACA JUGA:Tak Sungkan Lakukan ini Pada Asistennya, Ashanty Banjir Pujian
Biarkan anak lari dan melompat-lompat
Anak-anak membutuhkan setidaknya 60 menit aktivitas fisik setiap harinya.
Namun, saat ini cukup sulit memisahkan anak-anak dengan gawainya.
Cara yang bisa dicoba adalah dengan membuat aktivitas luar ruangan menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Misalnya, jalan kaki bersama ke sekolah atau bermain bebas di tempat bermain.
Para peneliti menemukan, anak-anak Jepang memiliki durasi jalan kaki yang tinggi, yakni 98,3 persen.
Seperti saat jalan atau bersepeda ke sekolah.
Sementara ada beberapa negara lain yang memiliki angka obesitas anak yang tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meaporkan, aktivitas fisik anak usia 5 hingga 17 tahun penting untuk pertumbuhan tulang, otot dan sendi.
Aktivitas fisik yang cukup juga bisa menghindarkan anak dari kecemasan dan depresi.
Memungkinkan anak berinteraksi sosial lebih aktif.
Faktanya, anak-anak suka bermain.
Mereka akan bermain jika diberi kesempatan.
BACA JUGA:Dari Sebuah Kecelakaan, Tantri 'Kotak' Blak-blakan Alasan Berhijab
Ajaklah mereka bermain di luar ruangan dan di tempat yang aman.
Manfaat kesehatan yang bisa diraih, antara lain memberikan anak-anak kita kesempatan untuk lebih sehat dan hidup lebih lama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Belajar Gaya Hidup Sehat dari Anak-anak Jepang".
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | kompas |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR