Nakita.id - Tahun 2020 mungkin menjadi tahun yang cukup berat bagi sebagian besar orang.
Berbagai masalah kehidupan disertai pandemi Covid-19 yang berdampak pada berbagai bidang, telah menimbulkan stres dan kecemasan.
Baca Juga: 5 Manfaat Menjalani Kehamilan dengan Bahagia, Salah Satunya Menjaga Pola Makan
Mungkin kita berusaha untuk memotivasi diri dengan pikiran positif, namun harus diwaspadai bahwa tidak semua upaya melihat sisi baik itu berdampak baik.
Untuk meredakan kecemasan dan stres, mungkin kita berusaha memotivasi diri dengan pikiran positif.
Baca Juga: 4 Tips Melatih Pikiran Positif Untuk Menjaga Kesehatan Mental!
Namun, tidak semua upaya melihat sisi baik kehidupan itu berdampak baik.
Tak jarang, kata-kata penyemangat itu malah menjadi toxic positivity.
Secara umum, toxic positivity adalah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan perilaku menjaga optimisme, harapan, dan suasana yang baik, meski berada dalam situasi negatif atau stres.
Kalimat seperti, "Semua akan baik-baik saja! atau "Lihat sisi baiknya!" yang disampaikan kepada seseorang yang sedang terpuruk atau tertekan merupakan contohnya.
Baca Juga: Cara Mengagumkan Dilakukan oleh Wanita Ini agar Penderita Kanker Payudara Tetap Semangat dan Optimis
Toxic positivity justru dapat menimbulkan dampak emosional.
Sebab, kita dipaksa untuk tetap cerah di dalam masa-masa yang penuh tekanan tanpa bisa mencurahkan apa yang dirasakan.
Bahkan, toxic positivity dapat merusak persahabatan jika kita tidak membiarkan orang lain hanya mengungkapkan hal-hal positif yang sebenarnya tidak sesuai dengan realitas sosial.
Maka dari itu, keseimbangan di dalam hidup adalah kuncinya.
Kita boleh saja mengekspresikan kepositifan dengan cara yang produktif ketika itu benar-benar penting, tetapi kita juga perlu membiarkan diri untuk mengeluh atau mengeluarkan unek-unek tanpa berlebihan.
Nah, berikut ini ada beberapa cara agar kita dapat menggunakan pikiran yang positif dengan tepat seperti yang dilansir dari Women's Health.
1. Menjadi agen perubahan
Ada kalanya kita merasa jengah dengan orang-orang yang memanipulasi rasa positif di dalam dirinya.
Inilah kesempatan kita menjadi agen perubahan untuk mengungkapkan gagasan bahwa tidak semua orang harus memiliki hari-hari yang baik karena itu siklus kehidupan.
Memang, hal ini membutuhkan usaha yang lebih, tapi itu bisa membuat orang-orang jadi lebih kritis dan dapat memahami kondisi mereka.
2. Selalu bersyukur
Mulai dan akhiri percakapan dengan hal-hal yang memberi semangat.
Ibarat sandwich, sikap positif seperti roti dan segala keluhan merupakan bagian isinya.
Biasakan diri untuk memulai dan mengakhiri setiap harinya dengan bersyukur.
Intinya, mempraktikkan rasa syukur tanpa harus menyingkirkan segala perasaan yang dialami, karena menekan emosi sebenarnya akan membuat kita merasa lebih buruk lagi.
3. Curhat dan meminta nasihat
Keretakan berkembang dalam hubungan ketika kita terus-menerus melampiaskan kemarahan pada orang lain.
Sebaiknya, kita meluapkannya dengan cara yang berbeda, yakni curhat dan meminta nasihat kepada orang yang dituju.
Setiap orang pasti akan mendengarkan apa yang kita rasakan ketika mereka dianggap sebagai pendengar yang baik, bukan pelampiasan amarah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Toxic Positivity", Pikiran Positif yang Berakibat Buruk bagi Mental"
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR