Kau lebih memilih membeli MPASI instan yang dijual di pinggir jalan agar dapat menghabiskan lebih banyak waktu menemani anak bermain dan menstimulasi dengan berbagai kreasi seharian.
Lalu berbagai komentar berdatangan akan nilai gizi, rasa, higenitas dan kemasan makanan. Mereka bilang, buat anak kok sembarangan.
Lalu kau merasa menjadi ibu yang gagal.
Atau kau ibu baru yang tak tahu centang perenang dunia parenting kekinian. Marah-marah menjadi kegiatan harian saat anak rewel tak keruan.
Hingga akhirnya kau dipertemukan dengan pakar parenting terbarukan atau kau membaca buku parenting yang mengagumkan.
Lalu kau berkaca diri, menghitung ratusan omelan dan bentakan yang sempat dikeluarkan. Tiba-tiba kau merasakan penyesalan menyesapi setiap ruang di hati dan pikiran.
Lalu kau merasa menjadi ibu yang gagal.
Atau kau sungguh mengikuti setiap postingan pakar parenting kesayangan. Pun membaca berbagai buku parenting yang bertengger rapi di rak buku mu jejer-berjejeran.
Tapi kau punya innercild yang belum berhasil kau taklukkan. Hingga bayang kelam pengasuhan masa lalu masih lebih mendominasi setiap perkataan dan perbuatan.
Lalu kau merasa menjadi ibu yang gagal.
Atau kau sungguh-sungguh mengerti segala teori parenting, pun semuanya telah kau praktekkan.
Tapi anakmu sungguh menguji iman. Kau rasa seakan tak ada teori parenting manapun yang mempan. Padahal kau dan suami telah memberikan sebaik-baik teladan.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Facebook,the asian parent |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR