Lalu kau merasa menjadi ibu yang gagal.
***
Hai para ibu kesayangan Tuhan
Pervaginam atau caesar, ASI atau susu formula, bekerja di luar rumah atau ibu rumah tangga, MPASI homemade atau instan, dan berbagai gaya parenting yang diterapkan sungguh tak bisa menjadi ukuran keberhasilan.
Setiap ibu menjalani kisah heroik pengasuhannya sendiri-sendiri. Yang unik, yang berbeda satu sama lain, yang mengagumkan, yang pada saatnya nanti meninggalkan kesan di memori.
Setiap ibu memiliki perjuangan dan jalan cerita dalam membersamai anak yang tak sama.
Seorang ibu mungkin berhasil menerapkan teori parenting A, tapi bisa jadi teori yang sama tidak bekerja di kondisi keluarga yang berbeda.
Anak yang tak semontok anak lain yang seumuran, tak segesit anak tetangga depan, atau tak sepandai anak temen fesbukan barangkali pernah mengusik pikiran. Tapi ingatlah bu, itu bukan berarti kau ibu yang gagal.
Sungguh menjadi ibu bukanlah kompetisi siapa yang anak nya lebih sehat, lebih pintar, lebih shaleh.
Menjadi ibu adalah semua perjalanan yang kau lalui bersama anakmu dengan segala jatuh bangunnya, suka dukanya.
Mungkin kau rindu pada rumah yang selalu rapi. Padahal anakmu sungguh menikmati kesempatan yang kau berikan di setiap sudut rumah yang kau bolehkan menjadi tempat bermain dan bereksplorasi.
Mungkin kau merasa bersalah tak mampu memberikan ASI setiap hari. Padahal anakmu merasa nyaman saja berada dipelukmu sambil kau cium pipinya kanan kiri.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Facebook,the asian parent |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR