Nakita.id - Salah satu permasalahan di sekolah yang cukup mengkhawatirkan yaitu bullying.
Sebenarnya kasus bullying ini bisa terjadi di mana saja seperti media sosial, dunia pekerjaan, dan sekolah.
Dan kasus bullying di sekolah ini cukup mengkhawatirkan karena kerap hanya dianggap sebagai 'candaan' saja.
Tetapi tidak jarang juga korban bully yang mengalami gangguan psikologis hingga membahayakan nyawa.
Baca Juga: 6 Tips Agar Anak Berprestasi di Sekolah yang Bisa Orangtua Lakukan Demi Dukung Si Kecil
Tak sekadar bully dengan teman sepermainannya, senioritas di sekolah juga kerap masih ditemukan.
Senioritas yang tidak baik akan berujung pada bully kepada adik kelasnya.
Sebagai orangtua, Moms perlu mendidik anak sejak sebelum anak sekolah agar nantinya ia tidak menjadi pelaku bullying ataupun korban bullying di sekolah serta lingkungannya.
Seorang psikolog Gisella Tani Pratiwi, M.Psi., Psikolog dalam wawancaranya bersama Nakita.id menjelaskan cara mempersiapkan anak agar tidak menjadi pelaku ataupun korban bullying di sekolahnya.
Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying
Gisella Tani Pratiwi atau yang akrab dipanggil Ela menyebutkan bahwa langkah awal bisa dimulai dengan ajarkan tentang keberagaman.
Beri tahu anak bahwa ada beragam kondisi yang dimiliki setiap orang baik dari segi fisik ataupun sosialnya.
Sebutkan bahwa di lingkungan akan ada perbedaan suku, agama, ras, ekonomi, dan lain sebagainya.
"Jadi dia menyadari kita ini beragam jadi dia punya toleransi akan keberagaman dan dia menyadari bahwa dirinya adalah unik," jelas Ela saat diwawancarai pada Senin (5/4/2021).
Setelah mengajarkan keberagaman, tanamkanlah sifat empati dalam diri Si Kecil.
Untuk menanamkan dan mengembangkannya, mulailah dengan cara memberikan pengasuhan dengan rasa empati.
Baca Juga: Pahami 5 Tips Memilih Sekolah Terbaik Untuk Anak Demi Masa Depan Cerah Si Kecil
"Kalau dia tidak mengalami rasanya nyamannya diberikan empati, diperhatikan, ditanggapi kebutuhannya secara proposional sejak kecil dia akan sulit mengembangkan empati," jelas Ela.
Moms bisa juga merespons emosi Si Kecil ketika menonton film atau berantem dengan saudaranya.
"Misalnya lagi nonton film atau dia sendiri mengalami 'kakak tadi menangis kenapa kak?' atau liat tuh adiknya habis terjatuh lalu menangis," ujar Ela mencontohkan.
Ela menyebutkan bahwa dengan memberikan respons akan membuat anak tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi ada sebab dan akibatnya serta ada repons emosinya juga yang membuat tidak nyaman.
Dengan begitu anak akan merasa bahwa ia tidak ingin merasakan hal itu sehingga ia juga tidak boleh menyebabkan orang lain merasakan hal buruk tersebut.
Cara mendidik anak agar tidak menjadi korban bullying
Tak hanya mendidik anak agar tidak menjadi pelaku, tetapi Moms juga perlu mengajarkan Si Kecil agar tidak menjadi korban bullying.
Beri tahu anak bahwa ia memiliki hak untuk bersuara dan berpendapat.
Setelah itu, bangunlah self esteem atau kepercayaan dirinya untuk mengetahui bahwa dirinya berharga.
"Bahwa saya berharga saya adalah pribadi yang baik saya punya kemampuan-kemapuan, potensi-potensi segala macem," jelas Ela.
Dengan meningkatkan harga diri Si Kecil, anak akan tahu kondisi ketika ia berada di posisi yang tidak seharusnya.
Baca Juga: 3 Tips Untuk Orangtua Saat Dampingi Anak Pertama Kali Masuk Sekolah
Setelah itu, tunjukkan juga kepada anak siapa-siapa saja di sekolah yang bisa menjadi pelindungnya untuk dimintai tolong.
Bangun pula rasa empati dan aman secara psikologis di dalam diri Si Kecil.
Rasa aman ini menjadi dasar anak mengetahui bahwa dirinya memiliki harga diri dan mampu mengembangkan identitas dirinya agar lebih baik.
"Dia punya keyakinana akan dirinya sendiri dia bisa stand up atas dirinya sendiri. Jadi dia bisa berpendapat dia bisa mengungkapkan pikirannya. Dia bisa berekplorasi dengan rasa aman,"
"Jadi penting sekali punya relasi emosional yang sehat sehingga dia lebih punya ketahanan dalam menghadapi perilaku-perilaku yang mengarah ke bullying," jelas Ela.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR