Keberhasilan cakupan imunisasi tersebut, tak terlepas dari usaha Dinas Kesehatan Kota Cirebon untuk selalu melakukan pelatihan terhadap tata pelaksanaan dan tata pengelolaan vaksin dan imunisasi.
Mulai dari penyimpanan, pemeliharaan, dan bahkan perawatan dari vaksin itu sendiri.
"Vaksin telah di buat sangat susah sedemikian rupa. Oleh karena itu, kami sangat berhati-hati dalam menjaganya.
Kami selalu memonitor suhu dalam penyimpanan vaksin, sehingga suhu selalu dalam kondisi stabil. Sebab stabilitas dari vaksin itu kan cepat rusak. Oleh karena itu harus selalu terkontrol dan terkendali," jelasnya.
Perlu diketahui, saat Nakita.id bertandang ke tempat penyimpanan vaksin di Dinas Kesehatan Kota Cirebon, semua vaksin disimpan dalam ruangan khusus dan terjaga. Suhu ruangan selalu dimonitor.
"Lemari" vaksinnya sendiri sudah sesuai dengan standarisasi tempat penyimpanan vaksin yang ditetapkan WHO.
Vaksin ditempatkan dalam "lemari" pendingin, mulai dari yang bersuhu -20 derajat celcius untuk vaksin polio, hingga yang bersuhu antara 2-8 derajat celcius untuk vaksin lainnya. Seperti, vaksin DPT, Pentabio, TD.
Menurut Lucy, "lemari" vaksin ini mampu menjaga kualitas vaksin sama seperti saat keluar dari pabrik vaksin Bio Farma di Bandung. Tak terkecuali saat aliran listrik padam.
Dengan begitu, kualitas dan keamanan vaksin dapat tetap terjaga sehingga bermanfaat untuk merangsang anti bodi masyarakat.
BACA JUGA: Vaksin Tak Bisa Digantikan Oleh ASI, Obat Herbal, Ini Penjelasannya
Nah, itu dia Moms, rahasianya mengapa Kota Cirebon lolos dari ORI dan menjadi kota yang patut dicontoh oleh kota-kota lainnya di Indonesia.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR