Nakita.id - Setiap pasangan suami-istri tentu tak ada yang menginginkan satu atau dua tahun lagi bercerai.
Namun ada satu hingga lebih alasan perceraian harus dilakukan agar tidak menyebabkan luka mendalam.
Luka mendalam baik pada pasangan suami-istri tersebut atau buah hati mereka.
Di sisi lain, pasca bercerai membuat Moms merasa stres, sedih, bahkan depresi.
Lantas, bagaimana menghadapi perasaan stres, sedih, bahkan depresi pasca bercerai dengan pasangan?
Oleh karena itu, Nakita.id telah mewawancarai psikolog untuk membahas cara menghadapi perasaan stres, sedih, bahkan depresi pasca bercerai.
Diwawancarai Nakita.id pada Jumat (16/4/2021), Monica Sulistiawati, M.Psi, Psikolog yang berpraktik di Personal Growth menjelaskan cara menghadapi perasaan stres, sedih, bahkan depresi pasca bercerai.
Monica mengatakan ada dua cara menghadapi perasaan stres, sedih, bahkan depresi pasca bercerai yaitu terima dan bersyukur.
"Satu, terima. Terima bahwa ok perpisahan sudah terjadi. Aku sudah mengambil keputusan untuk berpisah dengan berbagai macam pertimbangan yang sebelumnya sudah dilakukan baik dengan konsekuensi baik dan buruk.
'Aku sudah mengambil jalan ini. Aku merasa sedih, ok aku merasa sedih’, ‘Aku merasa stres, ok aku merasa stres’," jelas Monica.
Setelah terima emosi, Monica menjelaskan langkah selanjutnya yang Moms lakukan adalah bersyukur.
"'Coba fokus yuk. Selain aku merasa stres, aku merasa sedih, aku marah, kecewa, aku merasa apa lagi ya. Ada ga ya hal-hal positif yang aku syukuri setelah perpisahan ini terjadi’.
‘Oh ternyata setelah aku berpisah justru aku lebih bisa tidur dengan nyenyak, rumah lebih tenang, tidak ada lagi piring-piring berterbangan, tidak ada lagi kebun binatang keluar’," ungkap Monica.
Monica mengatakan orang tua harus di-link dengan emosinya terlebih dahulu jika dianalogikan seperti memakai masker oksigen terlebih dahulu baru menolong orang di sebelah kita.
Di sisi lain, Monica mengatakan melakukan hal di atas tidak gampang sehingga tak ada salahnya mencari bantuan entah ke orang tua, pemuka agama, atau profesional seperti psikolog atau konselor.
"Kalau khawatir dengan biaya bagaimana? Pakai BPJS sekarang sudah bisa. Ke puskesmas atau ke faskes lainnya.
Bahkan layanan-layanan konseling terjangkau itu sekarang sudah banyak banget, jadi jangan khawatir dan jangan malu mencari pertolongan," pungkasnya.
Sementara, Meriyati, M.Psi, Psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah ketika diwawancarai pada Selasa (20/4/2021) juga menjelaskan cara menghadapi perasaan stres, sedih, bahkan depresi pasca bercerai.
Meriyati menjelaskan cara menghadapi emosi negatif pasca perceraian adalah paling mendasar dengan tidak menyangkalnya atau menolaknya.
"Karena apa? Karena emosi yang dikeluarkan adalah respon wajar terhadap situasi yang Moms miliki.
Jadi kalau misalnya emosi itu ditangkal atau ditolak, tidak menginginkan emosi itu dirasakan itu akan merasa kuat, mengikat, dan terikat dengan diri sendiri," jelas Meriyati.
Meriyati juga mengungkapkan cara untuk menghadapinya adalah akui dulu, sadari, dan izinkan diri Moms untuk merasakan perasaan tersebut.
"Karena adalah wajar bagi Moms merasakan sedih, stres, terluka, kecewa, bahkan depresi akibat dari peristiwa perceraian ini.
Karena ini kan memang kejadian yang tidak diharapkan tentunya. Jadi tidak perlu khawatir merasakan sedih tersebut karena tidak mungkin kamu akan sedih sepanjang hidup Moms karena emosi ini tidak bersifat kekal adanya," ucap Meriyati.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR